Asisten Wanita Ndeso - Bab 14 Ini Semua Tidak Buruk (1)
“Baiklah, kalau begitu kapan memberitahu Dodo, hal yang sebenarnya, aku kuatir ia mengira kami ibu dan putri ini yang berkonspirasi unyuk menipu kekayaanmu, aku dapat merasakan aura musuh darinya.” Rani merenung sejenak, bagaimanapun juga membesarkannya bertahun-tahun, Teto telah memiliki perasaan yang cukup dalam terhadap Dodo, dan juga anak itu terhadap si tua memang benar-benar berbakti.
“Hal ini, aku juga sedang memikirkannya, kamu tidak perlu kuatir, aku akan menyelesaikannya, kamu masih kuatir dengan kemampuanku dalam menyelesaikan masalah? Nini, hal yang sudah berlalu, kita tidak perlu mengungkitnya lagi ok?” Permohonan dikata-kata Teto terdengar jelas.
Rani meangguk-anggukkan kepalanya: “Meskipun Dodo adalah anak angkat, kedua anak itu haruss kamu perlakukan dengan adil, jika tidak——” sisanya tidak perlu diucapkannya lagi.
“Kamu tenang saja. Hari ini Asmi tidak pergi bekerja kan, aku melihat dirinya tidak seperti dalam keadaan yang baik.”
“Kalau begitu nanti kamu katakana kepada Dodo.”
——
Hari ini Asmi tidak pergi bekerja, Anisa dengan puas melihat kearah meja kerja yang kosong, peringatan kemarin, itu mungkin sudah membuat si jelek itu tersadar!
Kebanggaan didalm matanya tidak dapat ditutupi, melenggokkan pinggangnya kemudian tanpa mengetok pintu terlebih dahulu ia langsung memasuki ruang kantor Fredo .
Fredo
“Do, kenapa masih melihat dokumen, kamu harus memperhatikan kesehatan, mencintai dirimu sendiri, duh benar-benar.” Berjalan hingga kesamping Fredo dengan hembusan aroma parfum yang membuat Fredo langsung bersin beberapa kali.
“Jika kamu memakai parfum lagi, jangan masuk kedalam ruangan kantorku.” Wajah Fredo menunjukkan ekspresi jijik, Anisa tidak keberatan, asal dapat menggenggam berlian ini erat-erat ditangannya baru adalah point utama, ini adalah pria Anisa dirinya, siapapun tidak boleh merebutnya, si buruk rupa itu terlebih lagi, jangan berangan-angan.
Huh, hanya peringatan kecil seperti kemarin itu, hari ini bahkan untuk masuk kerja ia sudah tidak berani.
“Do, aku sudah mengerti, aku akan memperhatikannya nanti.” Ujung mulut Anisa yang melengkung keatas menunjukkan rasa bangganya, kemarin malam ayahnya mengungkit akan segera membincangkan masalah pernikahan mereka dengan Teto, Fredo begitu mendengarkan perkataan Teto, kalau begitu kursi menantukeluarga Fajar ia sudah mendudukinya.
“Jangan menggangguku bekerja, keluar.” Perkataan dingin yang meluncur dari mulut Fredo seketika memutuskan imajinasinya.
“Iya mengerti, jangan jahat-jahat donk.” Mengayungkan pinggannya dan keluar dari kantornya, kepalanya tiba-tiba muncul gambaran strawberry di tubuh si buruk rupa kemarin.
"Aku begitu cantiknya, Dodo mana mungkin tertarik kepada si buruk rupa?"
Siapapun yang ingin merebut prianya tidak akan boleh, meskipun si buruk rupa ini juga tidak boleh, apalagi ia adalah sekretaris yang ditarik oleh dirinya sendiri, jika dirinya bahkan tidak dapat menahan buruk rupa itu, bagaimana bisa menjadi istri direktur Marini, Teto hanya memiliki satu putra ini saja.
“Direktur besarku, raut muka hari ini terlihat cukup baik, katakan, kemarin siapa yang memanjakanmu?”
Tanu duduk diatas meja kerjanya, tanganya naik turun memainkan hpnya.
“Manja apanya, sekretarisku masih belum datang, aku seorang diri sudah terlalu sibuk.” Apa yang dilakukan wanita itu hingga tidak datang hari?
"Mengambil kasih sayang sang ayah? Masih meminta ayah untuk menelepon kemari meminta ijin, tangannya sendiri memang rusak?
Tunggu dia kembali bekerja aku akan memberinya pelajaran." saat teringat dengan memberi pelajaran, ia kembali teringat saat ia meneriakkan namanya dengan penuh air mata, ujung bibirnya terangkat tersenyum dingin.
“Teman sekretarismu itu juga cukup menarik.” Tanu teringat akan Sasa , gadis yang benar-benar ramah.
“Kamu harus berhati-hati, temannya itu mendekatimu dengan suatu tujuan.” Kata-kata Fredo benar-benar tanpa ragu berkata padanya.
Wajah Tanu terpana, aura dari tubuh Sasa , karismanya, penampilannya, semuanya menunjukkan keunggulan dalam kehidupannya, hanya saja tidak tahu bagaimana ia bisa berteman dengan Asmi orang yang miskin seperti itu.
Dia mengangkat bahunya sekilas, “Aku hanya bisa berkata ada yang salah dengan matamu, pertama, aku akan mengejarnya, kamu menghentikanku, hentikan saja. Sekarang kamu berkata seperti itu, Sasa pasti bukanlah anak yang biasa-biasa saja, mataku tidak mungkin salah, kamu itu, terlalu subjektif saja.”
Ia subjektif? Hah! DIa hanya belum melihat bagaimana gadis yang ia kira adalah gadis paling baik Asmi itu melepas setengah dari bajunya, berinisiatif untuk masuk kedalam pelukannya, teringat akan cinta dimalam itu dan juga darah itu, ia bersikeras memberitahukan dirinya sendiri, itu semua adalah palsu, wanita itu memiliki maksud yang tidak baik.
“Aku tidak akan berdebat denganmu mengenai hal ini.” Ia yakin dirinya dapat menunjukkan wajah asli dari Asmi kepada teman baiknya itu, hanya dengan membongkar kedok Asmi, wanita yang disebut sebagai teman baiknya itu juga secara alami akan terbuka kan?
“Terserah kamu!” Tanu berloncat turun dari meja Fredo, perbincangannya dengan Sasa kemarin tidak cukup, hari ini mereka membuat janji bertemu kembali ditempat yang lain, kebetulan sekali ia bisa mencari tahu mengenai masalah Asmi, melihat-lihat apa yang dilakukannya kepada Fredo hingga membuat dirinya memiliki pandangan yang seperti itu terhadapnya.
Ia melemparkan sebuah kalimat saat Tanu akan keluar dari ruangan itu:
“Bermain-main, boleh saja, jangan serius dengan wanita seperti ini.”
Tanu tidak memberikan tanggapan kepada kalimatnya.
Kencannya tidak terlambat baru adalah hal yang benar, baru saja keluar dari pintu utama perusahaan, langsung melihat Sasa yang manis, bersandar kepada sebuah mobil Lamborgini berwarna merah muda pucat, Tanu terkejut ternyata ada juga warna mobil yang seperti ini, bahkan itu adalah mobil mahal.
“Milikmu?”
Sasa mengangkat tangannya, “Aku hanya capek berdiri dan bersandar sebentar, dari mana terlihat itu milikku?”
“Yuk, kamu bisa berjalan kaki?” Tanu melihat sepatu dikaki Sasa , hati Sasa tiba-tiba berdetak kencang, secara tidak tersadari ia berkali-kali melihat kearah pria didepannya ini.
“Apakah kamu tahu apa yang dilakukan oleh Asmi hingga membuat Fredo marah?” Tanu langsung melontarkan pertanyaannya tanpa berbasa-basi.
“Fredo marah apa hubungannya denganku, eh—— kamu jangan-jangan mengajakku bertemu hari ini hanya untuk menanyakan tentang Asmi ?” Sasa mengangkat sebelah alisnya, kemudian lanjut berkata:
“Semua pria sama saja, menginginkan gadis cantik seperti Asmi ? Caramu juga terlalu kuno lah.”
“Bukan aku, Fredo, tidak tahu kenapa ia memiliki pemikiran yang tidak baik kepada Asmi, aku sangat kebingungan, karena itu bertanya kepadamu.” Kecantikan Asmi ? Ia mah tidak dapat melihatnya, jujur, ia hanya merasa dirinya mungkin tidak sejelek itu, hanya itu saja!
Jadi seperti itu, Sasa menurunkan pandangan matanya: “Asmi pasti tidak akan setuju, aku tidak akan memberitahukannya kepadamu.” Tanu tertawa: “Apakah harus ada persetujuan dari Sekretaris Sumirah baru bisa?”
“Sekretaris Sumirah?” Sasa terkejut mendengar panggilan ini. Ia masih belum sempat bertanya kepada Asmi apa pekerjaannya saat ini, “Ia sekarang adalah sekretaris Fredo ?”
Dalam waktu 10 tahun ini, ini adalah pertama kalinya ia berjarak sangat dekat dengannya, mata Sasa terasa sedikit perih, tetapi ia tidak akan membiarkan orang didepannya ini melihatnya.
“Kamu tidak tahu? Tidak mungkin lah…”
Tanu mengutarakan keraguannya, Sasa agak sedikit tidak enak “Hari itu disaat makan malam aku melihatnya tetapi tidak bertanya kepadanya, sepertinya aku terlalu tidak peduli kepadanya.” Tanu tertawa tanpa mengeluarkan suara: “Sepertinya kalian memiliki cerita yang cukup banyak.”
Ternyata masih saja berusaha untuk mencari cerita mengenai mereka berdua. Tetapi Sasa tidak keberatan.
“Iya, saat itu masih sangat kecil, ia sudah bertemu dengan si brengsek itu, tidak dapat melupakannya hingga hari ini, sudah sepuluh tahun.”
Saat hatinya terjerat dengan Asmi, tidak disangka saat mulutnya terbuka yang keluar adalah kalimat ini.
“Sepuluh tahun? Ada hubungannya dengan Fredo ?” Tanu tertarik dalam pembicaraan ini, meskipun dalam hatinya ia sedikit tidak senang, wanita yang hanya dengan suaranya saja dapat membuat hatinya tergerak itu sebenarnya memiliki cerita yang seperti apa?
Sasa mengangkat jari tangannya: “Kalimat terakhir, setelah ini tidak aka nada pembahasan tentang hal ini lagi.” Melihat Tanu yang menganggukkan kepalanya, ia baru kemudian muali berkata: “Dia lah, tetapi tidak tepat.”
10 tahun, secara diam-diam mencintai seorang pria, Tanu mulai salut kepadanya: “Apa yang bisa kita lakukan untuknya?” Ia selama ini belum pernah melihat seorang wanita yang begitu setianya mencintai seseorang. Karena itu ia rela membantunya.
Meskipun yang ada didalam matanya bukanlah dirinya, tetapi ia Tanu rela untuk membantunya, sejak dari mendengar suara jernihnya itu, ia teguh percaya kepada perasaannya, Asmi tidak mungkin adalah seseorang seburuk perkataan teman baiknya Fredo itu, tidak tahu kenapa ia harus seperti itu terhadapnya.
Seperti seorang pria yang menyimpan dendamnya selama berabad-abad, teringat dengan perumpamaan ini, Tanu langsung tertawa didalam hatinya.
Seorang pria yang menaruh dendam berabad-abad——
Sasa melihat kearahnya, “Begitu baiknya? Perasaan adalah hal yang tidak dapat dibantu oleh orang lain.”
“Aku benar-benar serius.” Tanu tidak mengerti, membantunya, juga bukan hal yang salah.
Sasa menggeleng-gelengkan kepalany menolak Tanu . “Kamu sama sekali jangan ikut campur, hanya bisa membuat semuanya semakin berantakan, kamu juga tahu Fredo adalah seseorang yang sangat canggung.” Penilaiannya terhadap dirinya adalah canggung, hari itu ia melihat seluruhnya, amarah Fredo muncul karena pembicaraan antara Asmi dan Tanu . Karena itu ia yakin ini bukanlah cinta sebelah pihak dari Asmi, hanya saja kapan orang canggung itu dapat menyadari isi hatinya sendiri.
Tunggu hingga Asmi tidak lagi mencintainya, ia baru menyadarinya—— jika seperti itu maka benar-benar konyol.
“Tetapi sekarang pemikiran Dodo kepadanya benar-benar buruk, mengira dirinya memiliki tujuan tertentu.” Tanu tidak senang, ia benar-benar bersungguh-sungguh ingin membantu, emosi Fredo orang itu, ia benar-benar sangat mengerti dirinya.
“Tadi sudah berkata, itu kalimat terakhir.” Nada bicaranya sangat tenang, membuat Tanu sedikit curiga.
“Benar-benar curiga kamu apakah benar-benar adalah teman baiknya.”
“Tanpa perlu diragukan lagi.”
“Sudahlah, nanti kita berjalan-jalan kemana?”
Sasa tertawa: “Gagal untuk mengajukkan permintaan!” Pria ini cukup ok, ia didalam hati memberikan penilaiannya, makan malam hari itu, Asmi sengaja membuat sebuah kesempatan untuk mereka berdua, Sekarang dilihat dari nilainya juga cukup bagus.
Saat mendengar Tanu berkata hatinya tergerak oleh suara Asmi, didalam hatinya terasa sedikit asam.
“Sekarang kamu jangan berharap lagi, Asmi adalah seseorang yang sangat gigih.” Jika tidak bagaimana bisa—— sepuluh tahun!
Tanu mengangkat kepalanya, dengan berani menatap Sasa : “Aku tidak berharap, aku hanya menyadari, teman Asmi juga sangat berbeda.”
Apa yang dikatakannya itu sungguh-sungguh, tidak tahu orang yang mendengarkannya itu berpikir seperti apa?
“Benarkah? Kalau begitu kuanggap itu sebagai pujian loh.” Sasa menunjukkan senyuman diwajahnya, rasa asam didalam hatinya seketika hilang bersih.
Novel Terkait
You're My Savior
Shella NaviRahasia Istriku
MahardikaSee You Next Time
Cherry BlossomSi Menantu Buta
DeddyDoctor Stranger
Kevin WongMenantu Hebat
Alwi GoYour Ignorance
YayaAsisten Wanita Ndeso×
- Bab 1 Sekretaris ke-29
- Bab 2 Perolehan Yang Tak Terduga
- Bab 3 Penyanyi Misterius
- Bab 4 Apa Benar Wanita Yang Jelek?
- Bab 5 Dengan Tidak Disengaja
- Bab 6 Menyelamatkan
- Bab 7 Permintaan Tidak Dipenuhi Terus Menjerat
- Bab 8 Ibu Kandung
- Bab 9 Cerita Belakang Layar
- Bab 10 Kelembutan Palsu
- Bab 11 Sasa Lin
- Bab 12 Perjamuan
- Bab 13 Menyiksa Siapa
- Bab 14 Ini Semua Tidak Buruk (1)
- Bab 15 Ini Semua Tidak Buruk (2)
- Bab 16 Siapa itu
- Bab 17 Hidup Manusia Hanya Berapa Puluh Tahun
- Bab 18 Kopi Nona Lim
- Bab 19 Bagaimana Kamu Melihatnya
- Bab 20 Sehati
- Bab 21 Kamu Benar-Benar Berkemampuan
- Bab 22 Curiga
- Bab 23 Ternyata Penyebabnya Adalah Ini
- Bab 24 Cinta Ibu Sama Semua
- Bab 25 Pohon Parasol
- Bab 26 Muntah
- Bab 27 Mencari Alasan (1)
- Bab 28 Mencari Alasan (2)
- Bab 29 Asap Bertebaran
- Bab 30 Pacar Baru
- Bab 31 Memerah
- Bab 32 Mengejar
- Bab 33 Suka Rasa Stroberi
- Bab 34 Menangis Dengan Getir
- Bab 35 Persoalan Secarik Kartu
- Bab 36 Pertemuan Secara Tidak Sengaja
- Bab 37 Kepahitan Dalam Cinta
- Bab 38 Bibi Yang Menyebalkan
- Bab 39 Kupu-Kupu Keluar Dari Kepompong
- Bab 40 Apakah Kamu Benar Adalah Asmi
- Bab 41 Anisa Terluka
- Bab 42 Perselisihan
- Bab 43 Berangkat
- Bab 44 Satu Kali Pertemuan
- Bab 45 Tidak Nyaman Dengan Tempat Baru
- Bab 46 Gaun Ungu
- Bab 47 Acara Pesta
- Bab 48 Tokoh Utama
- Bab 49 Drama Korea
- Bab 50 Olahraga Pagi
- Bab 51 Sound Of Silence
- Bab 52 Hari Terakhir Di Korea
- Bab 53 Tidak menarik
- Bab 54 Sebuah lingkaran merah
- Bab 55 Meminta Ijin
- Bab 56 Hamil
- Bab 57 Periksa Dan Pelajari
- Bab 58 Hidup Bersama Dengan Damai
- Bab 59 Pahitnya Hati
- Bab 60 Pesta Keluarga
- Bab 61 Bertengkar Hebat
- Bab 62 Cinta Asmi Sumirah
- Bab 63 Sembarangan Menjodohkan
- Bab 64 Pertama Kali Ke Rumah Asmi
- Bab 65 Minum Alkohol
- Bab 66 Pertemuan
- Bab 67 Asap Hijau
- Bab 68 Perpisahaan
- Bab 69 Rencana Yang Tidak Berniat Bagus
- Bab 70 Bangsal
- Bab 71 Enggan
- Bab 72 Mimpi Buruk
- Bab 73 Berjaga Malam
- Bab 74 Air Mata
- Bab 75 Memperbaiki Suasana Hati
- Bab 76 Sikap Makan
- Bab 77 Perusahaan Dargo
- Bab 78 Masalah Anak
- Bab 79 Konfirmasi Kecelakaan Mobil
- Bab 80 Susah Untuk Menerima
- Bab 81 Sangat Kecewa
- Bab 82 Kebahagiaan Yang Sederhana
- Bab 83 Mempertanyakan
- Bab 84 Kebenaran
- Bab 85 Ke Utara
- Bab 86 Gunung Es Meleleh
- Bab 87 Menghilang
- Bab 88 Balas Surat
- Bab 89 Nama Yang Sangat Tidak Asing
- Bab 90 Pulang Negeri
- Bab 91 Bertemu Dengan Sahabat Lama
- Bab 92 Acara Pernikahan
- Bab 93 Cantik dan Menawan
- Bab 94 Perjamuan Malam
- Bab 95 Pulang Rumah
- Bab 96 Pergi Ke Kuburan
- Bab 97 Bingung
- Bab 98 Konser
- Bab 99 Badai Konferensi Pers
- Bab 100 Baunya