Asisten Wanita Ndeso - Bab 87 Menghilang
Tanu membawa Fredo ke bar yang suka ia kunjungi, Tanu merasa minum alkohol harus datang ke bar baru menyenangkan, minum di restoran kurang menyenangkan, karena tidak tahu sebenarnya ingin makan atau minum.
Namun, dulu Fredo selalu menolak datang ke tempat-tempat ini, mengira tempat ini banyak barang kotor yang tidak layak, jadi Tanu hampir tidak memberi tahu Fredo, terkadang dia datang bersama beberapa teman minum di sini.
Hanya untuk minum saja, bagaimana pun ia anak baik-baik, tidak melakukan hal senonoh di bar, ia pergi ke bar hanya untuk minum.
Service di bar sangat bagus, Tanu memesan dua gelas wiskey, dia tahu selera Fredo, jadi tidak memesan minuman sembarangan.
Duduk di kursi bar panjang, Fredo berkata kepada Tanu, “Ini kedua kalinya aku datang ke tempat seperti ini, pertama kali bersamamu, kali ini juga bersamamu.”Hanya saja waktu berlalu dengan cepat, kala itu bertemu Asmi yang mabuk, kali ini Asmi terbaring di rumah sakit.
Tanu melihat Fredo sangat sedih, mengangkat gelas, “Bos Fredo, masalahnya sudah berlalu, tidak peduli bagaimana kita memikirkannya, itu akan sia-sia. Yang disebut ‘Itu belum terlambat’. Semuanya masih bisa diperbaiki. Aku percaya Asmi pasti akan memaafkanmu. Hanya saja, apakah kamu masih bisa bersama dengan Asmi?”Tanya Tanu, kalau Fredo menerima Asmi, bagaimana ia menyampaikannya kepada Direktur.
“Aku bukan putra kandung Direktur, Asmi-lah anak kandungnya.”Fredo sudah menerima kenyataannya ini, apalagi yang bisa ia banggakan?
Anak terlantar yang tidak memiliki siapa-siapa di panti asuhan bisa dibesarkan oleh Teto dan menyerahkan perusahaan kepadanya, apa lagi yang bisa ia keluhkan?
Kalau dirinya dibesarkan di panti asuhan? Kalau dirinya dibesarkan di keluarga yang tidak mencintainya?
Fredo tidak berani memikirkannya lagi, dia sangat puas dengan semua yang telah diberikan Teto padanya, bahkan setelah Teto memberi tahu Fredo, ia bukan anak kandungnya, ia merasa dirinya sangat bersalah kepada Teto.
Kalau bukan karena penilaiannya yang salah, ia tidak akan begitu kejam pada Asmi, dan tidak akan membuat Teto sedih karena kedatangan Rani dan Asmi.
Sekarang, dia menjadi orang yang paling dibenci.
Fredo mengangkat gelasnya dan meminumnya, rasa pedas turun dari tenggorokannya ke kerongkongan dan masuk ke perutnya. Fredo merasa perutnya panas dan mulutnya juga panas.
Namun, setelah segelas alkohol diminum, suasana hatinya jauh lebih baik, apakah ini efek alkohol? “Berikan aku segelas lagi.”Wajah Fredo memerah setelah minum segelas alkohol.
Tanu memberi isyarat kepada pelayan untuk membiarkannya minum segelas lagi, kalau suasana hati Bos Fredo membaik, biarkan dia minum lebih banyak. Setelah membaik, mudah baginya untuk tidur, mungkin setelah tidur, ia akan mengerti segalanya.
Pelayan menyajikan segelas alkohol untuk Fredo lagi, namun Tanu tidak minum, salah satu dari mereka harus ada yang sadar agar bisa pulang. Dia harus menjaga Bos Fredo dengan baik.
Fredo mulai minum sendiri, setiap kali alkohol mengalir melalui tenggorokan dan perutnya, ia merasakan ada nafas yang keluar dari hatinya, yang membuatnya merasa sangat nyaman.
Akhirnya ia mengerti mengapa orang dulu seperti itu, kalau ada sesuatu yang mengesalkan di hati, akan minum alkohol. Hanya alkohol yang bisa membuat hati yang kacau masuk ke dalam pembiusan, membuat orang tidak berpikir apa-apa, hanya ingin minum untuk membiuskan diri sendiri.
Bar ini sangat bising, dengan adanya suara natural seperti Asmi yang menyanyikan lagu rock and roll, bar ini sekarang ada seorang penyanyi rock and roll.
Tanu menyukai mereka yang menyanyikan lagu melow dengan teknik bagus, mengira itu adalah suara yang berasal dari lubuk hatinya, bar ini yang memiliki penyanyi seperti ini, membuat Tanu sangat senang.
Tanu merasakan hp di saku jasnya bergetar, lalu mengeluarkannya, melihat Sasa menelepon, kemudian bergegas ke kamar mandi, dan tidak lupa mengatakan kepada Fredo, ia hendak pergi ke kamar mandi.
Tanu tidak berani memberi tahu dirinya datang ke tempat ini bersama dengan Bos Fredo, kalau Sasa tahu pasti akan mengabaikan dirinya.
“Halo.”Tanu menjawab telepon, belum sempat mengatakan nama Sasa, Sasa sudah menyelanya.
Tanu yang mendengar Sasa berbicara dengan cemas, seolah sedang berlari. “Tanu, dokter meneleponku mengatakan Asmi menghilang, barangnya juga tidak ada, aku keluar rumah sekarang, kamu juga segera keluar, kita ketemu di rumah sakit.”Ucap Sasa tergesa-gesa, langsung menutup telepon setelah berbicara.
“Ok, kamu jangan khawatir, aku pergi sekarang.”Tanu yang mendengar Sasa sudah menutup telepon, diriya segera berlari, menarik tangan Fredo pergi.
Fredo minum segelas lagi saat Tanu menjawab telepon. Dia sepertinya telah jatuh cinta dengan alkohol sampai minum tiga gelas berturut-turut, dalam keadaan perut kosong tidak makan malam, pikirannya sudah tidak begitu sadar.
Fredo menghempaskan tarikan tangan Tanu, “Ada apa, Tanu, kamu yang membawaku ke tempat ini, aku harus minum sampai puas.”Dia duduk lagi, meminta pelayan menuangkan alkohol untuknya.
Tanu sangat terburu-buru, ia sudah tidak peduli lagi dengan etika, lalu berteriak kepada Fredo: “Minum, minum, minum, mau jadi apa? Asmi menghilang dari rumah sakit, kamu masih ada niat untuk minum.”Tanu mengeluarkan uang membayar tagihan.
Saat ini, Fredo setengah sadar, dirinya yang mendengar Tanu mengatakan Asmi menghilang dari rumah sakit, tiba-tiba tertegun di tempat.
“Apa katamu? Aku tidak salah dengar, kan?”Fredo mengira dirinya halusinasi. Dia melototi Tanu, menatapnya dengan bingung.
“Iya, bosku, ayo cepat pergi, kamu tidak salah dengar, Asmi menghilang, dan barang-barangnya juga tidak ada.”Tanu sangat ingin membawa Fredo ke rumah sakit sekarang.
Fredo segera berdiri seolah sedang duduk di atas jarum, “Kenapa tidak katakan dari awal.”Dia sudah berjalan ke luar, dan Tanu bergegas mengikuti Fredo.
“Cepat sedikit, kamu lamban sekali.”Fredo masih sedikit mabuk. Sepanjang perjalanan, ia terus mengatakan Tanu menyetir sangat lamban, sebenarnya Tanu sudah menyetir melewati batas kecepatan, dia berdoa sepanjang jalan agar dia tidak bertemu polisi, kalau tidak, meskipun dirinya hanya minum segelas alkohol, tetap bisa mendeteksi kandungan alkohol dalam dirinya.
Ditambah ada seorang pemabuk di sampingnya dan ngebut di jalan pasti akan mengantarkannya ke penjara, ia merasa ketakutan di sepanjang jalan menuju rumah sakit.
Baru saja turun mobil, sudah melihat sebuah mobil konvertiobel, Tanu tidak sempat bertanya kepada Sasa mobil siapa itu, langsung menarik Bos Fredo keluar.
Fredo baru saja minum alkohol, meskipun sedikit mabuk, tetapi begitu mendengar Asmi menghilang dari rumah sakit, rasa mabuknya berkurang setengah, ditambah ditiup oleh angin dingin di jalan sudah membuatnya sadar sepenuhnya, tetapi dia yang tidak makan siang dan minum alkohol, membuat perutnya sangat tidak nyaman. Kalau bukan Tanu yang memapahnya, ia merasa sangat sulit untuk berjalan.
Sasa berjalan ke sisi Tanu, Sasa mencium bau alkohol yang tajam, “Kenapa minum begitu banyak, benar-benar deh.”Sasa berbalik dengan jijik, tidak hanya muak dengan bau alkohol yang kuat ini, dia lebih benci dengan tampang Fredo.
Meskipun sangat tampan, tetapi sangat kotor dalam melakukan sesuatu. Sasa memalingkan wajahnya tidak ingin melihat Fredo.
“Ayo cepat naik, Tanu, aku tidak apa-apa.”Fredo berusaha keras menahan sakit perutnya, berusaha tidak membiarkan Tanu datang membantunya.
Datang ke kamar Asmi, Teto dan Rani sudah berada di dalam, dokter dan Teto sedang membicarakan sesuatu, sedangkan Rani duduk menangis sendirian di kamar.
Sasa yang melihat Rani menangis seorang diri di sana, segera menenangkannya, “Bi, sebenarnya apa yang terjadi, apakah Asmi merasa bosan dan jalan keluar rumah sakit.”Sasa tidak percaya masalah Asmi pergi dari rumah sakit, ketika dia pergi, dirinya masih menyelimuti Asmi.
Rani yang mendengar hiburan Sasa, menangis lebih keras, “Sasa, bukan, Asmi sudah pergi, dia tidak ingin bertemu kita lagi, kamu lihat dia membawa pergi semua barang miliknya.”Rani menunjuk ke kamar, Sasa menyadari tas Asmi telah menghilang, dan tas pakaian Asmi juga hilang.
Tampaknya Asmi benar-benar pergi, mengapa dia melakukan ini? Sasa melirik tajam ke arah Fredo, “Fredo, sekarang Asmi sudah pergi, kamu sudah senang, kan.”Sasa merasa sedih untuk Asmi, pria brengsek ini masih memiliki mood untuk pergi minum.
“Sasa, menurutmu Asmi akan pergi ke mana?”Rani menutupi wajahnya dengan kedua tangan, dan air mata menetes di bajunya, baju merah tua sutra itu sudah penuh dengan air mata.
Setelah Fredo dan dokter selesai berbicara, dia diam-diam melirik orang di ruangan itu, terutama Fredo, lalu perlahan-lahan berbicara dengan suara bass-nya, “Dokter mengatakan ketika dia datang untuk melakukan pemeriksaan tengah malam, ia menyadari Asmi tidak berbaring di tempat tidur, ia mengira Asmi pergi ke toilet, jadi tidak mempedulikannya, dan ingin menunggu Asmi keluar, lalu menanyakan kondisi Asmi, tidak disangka setelah menunggu sepuluh menit, tidak ada orang yang keluar dari kamar mandi. Lalu perawat masuk dan menyadari Asmi sama sekali tidak berada di kamar mandi, baru menelepon memberi tahu kami.”Teto sangat kecewa sampai tidak bisa mengungkapkan penyesalannya dengan kata-kata.
“Dokter sudah memeriksa CCTV, mengatakan Asmi sekitar pukul sembilan meninggalkan rumah sakit, membawa tasnya dan naik taksi.”Setelah itu, Teto meneteskan air mata, “Ini semua salahku, mengapa berjanji pada Asmi untuk membiarkannya tinggal di sini sendirian di sini, kalau aku sedikit bersikeras, Asmi pasti tidak akan menghilang.”
Teto sangat menyalahkan dirinya. Dia dan Sasa secara bergantian menjaga Asmi, ketika dokter mengatakan Asmi hampir sembuh dan dapat pulang setelah diobservasi selama dua hari, Asmi meminta mereka untuk tidak menjaganya sepanjang malam, selama ia tidur di malam hari dirinya tidak akan bangun.
Teto dan Sasa percaya padanya, jadi tidak menemaninya tidur di rumah sakit, malam sebelumnya masih normal. Tidak disangka keesokan malamnya, Asmi pergi tanpa pamit.
“Akankah Asmi kembali ke rumah lamanya, ayo cepat kita pergi lihat, mungkin masih sempat.”Tanu melihat mereka semua berdiri di sana dengan bodoh dan bingung, dia mengingat di kota ini masih ada satu tempat yang bisa dikunjungi Asmi.
“Cepat, ini belum terlambat, ayo kita pergi lihat, Tanu, Sasa kalian tahu tempatnya, ayo bawa jalan.”Teto mengangkat Rani dari sofa, Rani tidak tahan menerima cobaan ini, kehilangan Asmi sudah membuatnya sangat terpukul hingga tidak ada kekuataan untuk merespon.
Teto dan Sasa memapah Rani masuk ke mobil Teto, Tanu dan Fredo naik ke mobil Tanu. Kedua mobil itu menuju ke rumah orang tua angkat Asmi.
Dan saat ini Asmi sudah naik kereta menuju utara. Dia bersandar di kursinya dan tertidur. Setiap orang di sisinya akan menenangkan dan merawat mereka, dirinya tidak perlu berpikir terlalu banyak.
Kereta melaju ke utara, Asmi sangat akrab dengan tempat-tempat yang dilewati. Sekarang, dia sangat lelah sampai tidak ingin melihatnya.
Novel Terkait
My Lady Boss
GeorgeLove From Arrogant CEO
Melisa StephanieLove And War
JaneCinta Yang Paling Mahal
Andara EarlyPejuang Hati
Marry SuMy Perfect Lady
AliciaAngin Selatan Mewujudkan Impianku
Jiang MuyanAsisten Wanita Ndeso×
- Bab 1 Sekretaris ke-29
- Bab 2 Perolehan Yang Tak Terduga
- Bab 3 Penyanyi Misterius
- Bab 4 Apa Benar Wanita Yang Jelek?
- Bab 5 Dengan Tidak Disengaja
- Bab 6 Menyelamatkan
- Bab 7 Permintaan Tidak Dipenuhi Terus Menjerat
- Bab 8 Ibu Kandung
- Bab 9 Cerita Belakang Layar
- Bab 10 Kelembutan Palsu
- Bab 11 Sasa Lin
- Bab 12 Perjamuan
- Bab 13 Menyiksa Siapa
- Bab 14 Ini Semua Tidak Buruk (1)
- Bab 15 Ini Semua Tidak Buruk (2)
- Bab 16 Siapa itu
- Bab 17 Hidup Manusia Hanya Berapa Puluh Tahun
- Bab 18 Kopi Nona Lim
- Bab 19 Bagaimana Kamu Melihatnya
- Bab 20 Sehati
- Bab 21 Kamu Benar-Benar Berkemampuan
- Bab 22 Curiga
- Bab 23 Ternyata Penyebabnya Adalah Ini
- Bab 24 Cinta Ibu Sama Semua
- Bab 25 Pohon Parasol
- Bab 26 Muntah
- Bab 27 Mencari Alasan (1)
- Bab 28 Mencari Alasan (2)
- Bab 29 Asap Bertebaran
- Bab 30 Pacar Baru
- Bab 31 Memerah
- Bab 32 Mengejar
- Bab 33 Suka Rasa Stroberi
- Bab 34 Menangis Dengan Getir
- Bab 35 Persoalan Secarik Kartu
- Bab 36 Pertemuan Secara Tidak Sengaja
- Bab 37 Kepahitan Dalam Cinta
- Bab 38 Bibi Yang Menyebalkan
- Bab 39 Kupu-Kupu Keluar Dari Kepompong
- Bab 40 Apakah Kamu Benar Adalah Asmi
- Bab 41 Anisa Terluka
- Bab 42 Perselisihan
- Bab 43 Berangkat
- Bab 44 Satu Kali Pertemuan
- Bab 45 Tidak Nyaman Dengan Tempat Baru
- Bab 46 Gaun Ungu
- Bab 47 Acara Pesta
- Bab 48 Tokoh Utama
- Bab 49 Drama Korea
- Bab 50 Olahraga Pagi
- Bab 51 Sound Of Silence
- Bab 52 Hari Terakhir Di Korea
- Bab 53 Tidak menarik
- Bab 54 Sebuah lingkaran merah
- Bab 55 Meminta Ijin
- Bab 56 Hamil
- Bab 57 Periksa Dan Pelajari
- Bab 58 Hidup Bersama Dengan Damai
- Bab 59 Pahitnya Hati
- Bab 60 Pesta Keluarga
- Bab 61 Bertengkar Hebat
- Bab 62 Cinta Asmi Sumirah
- Bab 63 Sembarangan Menjodohkan
- Bab 64 Pertama Kali Ke Rumah Asmi
- Bab 65 Minum Alkohol
- Bab 66 Pertemuan
- Bab 67 Asap Hijau
- Bab 68 Perpisahaan
- Bab 69 Rencana Yang Tidak Berniat Bagus
- Bab 70 Bangsal
- Bab 71 Enggan
- Bab 72 Mimpi Buruk
- Bab 73 Berjaga Malam
- Bab 74 Air Mata
- Bab 75 Memperbaiki Suasana Hati
- Bab 76 Sikap Makan
- Bab 77 Perusahaan Dargo
- Bab 78 Masalah Anak
- Bab 79 Konfirmasi Kecelakaan Mobil
- Bab 80 Susah Untuk Menerima
- Bab 81 Sangat Kecewa
- Bab 82 Kebahagiaan Yang Sederhana
- Bab 83 Mempertanyakan
- Bab 84 Kebenaran
- Bab 85 Ke Utara
- Bab 86 Gunung Es Meleleh
- Bab 87 Menghilang
- Bab 88 Balas Surat
- Bab 89 Nama Yang Sangat Tidak Asing
- Bab 90 Pulang Negeri
- Bab 91 Bertemu Dengan Sahabat Lama
- Bab 92 Acara Pernikahan
- Bab 93 Cantik dan Menawan
- Bab 94 Perjamuan Malam
- Bab 95 Pulang Rumah
- Bab 96 Pergi Ke Kuburan
- Bab 97 Bingung
- Bab 98 Konser
- Bab 99 Badai Konferensi Pers
- Bab 100 Baunya