Asisten Wanita Ndeso - Bab 69 Rencana Yang Tidak Berniat Bagus

Hujan masih turun dengan deras, Asmi berjalan di tengah hujan, payung sudah tidak berguna lagi, hujan yang deras sudah membahasahi para pejalan kaki.

Banyak orang bersembunyi di tempat terlindung untuk menghindar hujan, sementara Asmi sudah tidak bisa merasakan kehujanan, dia merasa mungkin hanya hujan deras seperti ini yang membersihkan penghinaan di dalam hatinya.

Pakaian Asmi sudah dibasahi air hujan, tetapi dia sama sekali tidak sadar. Hujan di depannya sudah membuat kacamatanya beruap sampai dia tidak bisa melihat jalan dengan jelas. Asmi berjalan sesuai perasaannya, dia sudah sangat familier dengan lingkungan sini, tanpa melihat dia bahkan bisa berjalan ke stasiun bus.

Anisa mengemudi mobil merahnya yang mewah menunju ke tempat parkir perusahaan Fajar, suasana hati dia sangat bagus hari ini, Asmi yang dia khawatir sangat lama ternyata adalah adiknya Fredo, hal itu membuat Anisa membuka speakernya dengan senang hati.

Tanpa gangguan Asmi, suasana hati Anisa sangat bagus. Dulu dia selalu merasa Fredo memiliki perasaan unik yang tidak bisa dijelaskan terhadap Asmi. Sikap Fredo terhadap Anisa yang selalu labil membuat Anisa tidak bisa menahan diri dan meragukan semua orang di sisi Fredo.

Terutama orang seperti Asmi. Berpikir sampai sini, alis Anisa yang cantik pun mengerut lagi, apakah Asmi akan merebut harta Fredo?

Karena hujan terlalu deras, Anisa mengemudi dengan lambat. Mobil dia bergerak dengan perlahan dan tiba-tiba ada sebuah bayangan tubuh yang berdiri di bagian pejalan kaki sedang bergerak ke arah jalan raya.

Anisa merasa bayangan tubuh orang itu sangat familier, sepertinya dia mengenal orang itu. Anisa mengikuti di belakang orang itu dan melihat tas yang dipegang gadis itu.

Tas bermotif bunga "Asmi!" Anisa segera bereaksi, benar, orang itu adalah Asmi.

Mengapa dia bisa berjalan di tengah hujan pada jam seperti ini? Anisa berpikir dengan cepat. Jangan-jangan ada masalah apa? Anisa merasakan firasat yang buruk.

Dia melihat sekeliling, karena hujan sangat deras, mobil di jalan raya sangat sedikit, pejalan kaki juga, sangat sepi. Sehingga Anisa pun menginjak pedal gas dengan kuat.

Kemudian menggerakan alat setirnya ke arah kanan, mobil bergerak melalui belakang Asmi dengan cepat, Anisa memejamkan matanya, tidak berani melihat bagaimana adegan di depanya. Jantungnya berdebar dengan cepat dan dia juga tidak mendengar suara tubuh Asmi jatuh ke atas lantai.

Anisa tidak pergi ke kantor Fredo, Anisa mengemudi mobilnya di tengah hujan dengan tangan yang bergetar. Dia berharap tidak ada yang melihat kejadian tadi, selama tidak ada yang melihat, tidak akan ada masalah terjadi kepadanya.

Anisa pulang ke rumah dengan tubuh yang gemetaran, ayah seharusnya tidak berada di rumah pada jam segini. Anisa tidak berani memberi tahu ayah, ayah pasti akan memukul dia sampai mati kalau dia tahu apa yang dilakukan Anisa.

Anisa membuka pintu dengan diam, suasana di rumah sangat sepi. Asmi berjalan dengan hati-hati, dia tidak ingin orang lain melihat penampilan dia yang kasihan.

"Anisa, kamu kenapa bersikap begitu gugup di sana?" Suara ibu membuat Anisa terkejut, dia meletakkan tangannya di dada dan berusaha menenangkan dirinya.

"Aduh, ibu, kamu mengejutkan aku!" Anisa berkata dengan wajah memerah.

"Aku membuat kamu terkejut ya? Kamu yang membuat aku terkejut! Aku belum sempat mengeluh" Ibu Anisa adalah seorang ibu yang merawat dirinya dengan baik. Kulit di seluruh tubuhnya terlihat putih dan mulus, bisa memiliki kulit putih mulus pada usia segini, tentu saja karena pengaruh kehidupan yang tidak memiliki kerisauan.

Ibu Anisa sedang istirahat dengan memejamkan mata. Semua orang tidak berada di rumah, di luar sedang hujan dan dia tertidur di atas sofa. Ibu Anisa mengenakan cheongsam yang berwarna ringan dan duduk di atas kursi ratunya dengan bangga.

"Baru pulang dari luar, cepat pergi mandi, tidak kena hujan kan?" Ibu Anisa melihat anak gadisnya dengan penuh perhatian, dua anaknya ini selalu membuat dia risau.

"Ibu" Anisa duduk ke depan ibu dengan manja dan memeluk lengannya, dia memerlukan hiburan sekarang, tidak tahu bagaimana memberi tahu ibu tentang hal ini.

Ibu mendorong tangan Anisa "Anisa, kamu melakukan kesalahan apa lagi?" Ibu Anisa sanga mengerti anak gadisnya, kalau tidak ada kejadian apa pun, dia tidak akan duduk di sini dengan wajah seperti ini.

Mendengar kata-kata ibu, air mata Anisa langsung mengalir "Ibu" Anisa memeluk ibunya sambil menangis dengan sedih, hal ini membuat ibunya agak panik, apa yang terjadi kepada anak gadisnya ini?

"Anisa, kamu kenapa? Beri tahu ibu kalau ada masalah" Mengelus rambut Anisa yang sedikit basah, ibunya terlihat sangat kaget, Anisa tidak pernah terlihat begitu sedih, siapa yang melukai hatinya?

Satu-satu orang yang bisa membuat Anisa begitu sakit hati hanya Fredo "Fredo melukai hatimu lagi ya?" Ibu Anisa tahu, Anisa menyukai Fredo sejak kecil, pria lain tidak pernah bisa menarik perhatiannya.

Anisa menundukkan kepalanya, tidak berani melihat ke ibunya. Dulu ibu Anisa membangun karier bersama ayahnya, sampai karier ayah Anisa sudah sukses, dia baru menjadi ibu rumah tangga dan mendidik anak di rumah.

"Anisa" Ibu mengelus rambut Anisa yang diwarnai menjadi merah dan berusaha menghibur Anisa yang masih sedang menangis dengan sedih di pelukannya. Air mata yang membasahi wajahnya membuat riasannya terlihat sedikit hancur.

Ibu Anisa mengambil tisu di atas meja untuk menyeka air mata Anisa sambil berkata "Anisa, kamu kenapa? Apa yang terjadi? Kamu harus beri tahu ibu" Tidak hanya air mata membasahi wajahhnya, Anisa bahkan terlihat sedikit takut.

Tangisan Anisa menjadi semakin kuat, tubuh dia mulai gemetaran "Bu, aku, aku, aku" Anisa tidak berani mengatakannya.

Ibu menggeserkan rambut Anisa yang menutupi wajahnya, rambutnya sudah dibasahi air mata "Ada masalah sebesar apa pun, kamu masih ada ibu, ibu akan menyelesaikannya untuk kamu" Ibu menepuk Anisa dengan lembut untuk menenangkannya.

"Aku menabrak orang tadi" Anisa akhirnya mengatakan isi hatinya dengan air mata mengalir.

Ibu merasa sangat tidak percaya, apakah dia salah mendengar? Anak gadisnya menabrak orang, apakah hal ini benar? Dia memegang tangan Anisa “Anisa, kamu berkata apa? Katakan sekali lagi" Dia mengira dirinya salah mendengar.

Anisa memegang tangan ibunya dengan kuat "Bu, kamua tidak salah mendengar. Aku benar-benar menabrak orang tadi, apa yang harus aku buat?" Anisa melihat ibunya dengan wajah ketakutan.

"Anisa, kamu beri tahu ibu, apa yang terjadi? Kamu beri tahu ibu, ibu akan mencari solusi untuk kamu" Ibu Anisa berusaha menenangkan diri, dia tidak boleh membiarkan Anisa tidak memliki andalan. Meskipun dia sendiri juga merasa takut, dia tetap harus bersikap kuat di depan anak-anaknya.

"Ibu, tadi aku pergi mencari abang Fredo. Aku melihat sekretarisnya di tengah jalan, kamu tahu kan? Asmi" Anisa menyeka air matanya dan memberi tahu ibu alasan mengapa dia mau menabrak Asmi. Anisa merasa ibu pasti akan mendukung apa yang dia lakukan tadi.

"Aku tahu. Anisa, katakan intinya. Dimana kamu menabrak orang? Bagaimana dengan kondisi orang itu sekarang?" Ibu Anisa sangat cemas. Melihat Anisa yang panik, dia juga tidak bisa mengatakan apa pun.

"Orang yang aku tabrak itu Asmi. Tetapi, dia tidak hanya sekretaris bang Fredo, dia juga merupakan adiknya bang Fredo" Anisa teringat lagi dengan hal Fredo memperlakukan Anisa dengan berbeda.

Ibu Anisa membesarkan matanya dengan kaget "Kamu bilang Asmi adalah adik Fredo? Bagaimana kamu mengetahui hal ini?" Keluarga ibu Anisa dan keluarga Fredo itu teman baik sejak dulu, mengapa tidak pernah mendengar tentang hal ini?

Anisa mengangguk dengan kuat "Asmi benar-benar adalah adik bang Fredo. Hal ini benar, aku dapat konfirmasi dari bang Fredo. Ayah bang Fredo sepertinya mau memberikan sebagian saham kepada Asmi, mana boleh begitu?" Kesedihan di wajah Anisa tadi segera berubah menjadi kemarahan.

"Kalau Asmi benar-benar adalah adik Fredo, hal itu bisa dibilang masuk akal. Mau bagaimanapun dia adalah darah kandungnya ayah Fredo, tentu saja dia berhak mewarisi kekayaan keluarga juga" Suasana hati ibu Anisa masih tergolong sangat tenang sekarang.

"Bu" Anisa memanggil ibunya dengan manja "Kenapa kamu memihak kepada Asmi? Bang Fredo sudah berkata, dia tidak akan memaafkan Asmi dan ibunya. Karena ibu Asmi menyebabkan kematian ibu bang Fredo" Mata Anisa sudah tidak ada ketakutan seperti tadi, tatapan dia mulai terlihat tidak senang.

"Apakah kata-katamu benar?" Ibu Anisa semakin kaget, masalah Asmi adalah adik Fredo sudah membuat dia sangat kaget, ditambah hal ini lagi.

"Ibu, aku benar-benar bukan sengaja. Aku melihat bang Fredo begitu sedih, sampai harus membagikan karier yang dia urus sampai begitu susah kepada musuhnya, bagaimana aku bisa menahan diri?" Anisa menundukkan kepalanya, berharap ibunuya bisa membantu dia.

Ibu menepuk bagian belakang Anisa dengan lembut "Anisa, kamu tenang saja, ibu pasti akan membantu kamu. Waktu kamu menabrak dia, apakah ada orang di sekitar yang menyaksikan kejadian itu?" Ibu Anisa sudah memiliki sedikit pemikiran, asal tidak ada yang melihat orang di dalam mobil itu Anisa, dia memiliki cara untuk melindungi Anisa.

"Hujan turun sangat deras pada waktu itu, aku sama sekali tidak bisa melihat jalan dengan jelas. Aku menggunakan waktu yang lama untuk menyadari orang itu Asmi" Anisa berusaha berpikir kembali adegan tadi, dia yakin tidak ada yang melihat dia menabrak Asmi.

Wajah ibu Anisa muncul ekspresi yang puas "Asal tidak ada yang melihatnya, anakku, kamu anggap sama tidak ada apa pun yang terjadi. Berikan kuncimu kepada ibu, ibu akan menyelesaikan masalah ini dengan baik" Ibu Anisa juga pernah menjadi pebisnis, sebelum menjadi ibu rumah tangga yang tidak mengerjakan apa pun dan hanya di rumah, dia juga pernah menaiki ombak di dunia bisnis.

"Bu, mengapa kamu mau mengambil kunciku juga?" Anisa sedikit tidak tega dengan mobil kesayangannya, dia mendapatkan mobil itu setelah meminta kepada ayah untuk waktu yang lama.

"Anakku, kamu pikir saja, kalau kamu terus memiliki mobil itu, bagaimana kalau suatu hari masalah ini diketahui? Aku bisa menanganinya, kamu harus percaya kepada ibu" Ibu Anisa memasang gaya puas,

"Baik" Anisa mengeluarkan kunci kesayangannya dari tas Hermes edisi terbatasnya.

"Pulang saja, aku akan memperhatikan kondisi Asmi. Anisa, kamu pulang dulu dan tidur sebentar, setelah kamu bangun, tidak akan ada masalah apa pun lagi, anggap saja masalah ini tidak terjadi" Ibu Anisa menghibur Anisa yang kecewa sambil mendorong dia ke kamar tidur di lantai dua.

Novel Terkait

Mr Lu, Let's Get Married!

Mr Lu, Let's Get Married!

Elsa
CEO
4 tahun yang lalu
Bretta’s Diary

Bretta’s Diary

Danielle
Pernikahan
3 tahun yang lalu
My Secret Love

My Secret Love

Fang Fang
Romantis
5 tahun yang lalu
Jika bertemu lagi, aku akan melupakanmu

Jika bertemu lagi, aku akan melupakanmu

Summer
Romantis
4 tahun yang lalu
Air Mata Cinta

Air Mata Cinta

Bella Ciao
Keburu Nikah
4 tahun yang lalu
A Dream of Marrying You

A Dream of Marrying You

Lexis
Percintaan
3 tahun yang lalu
Cintaku Pada Presdir

Cintaku Pada Presdir

Ningsi
Romantis
3 tahun yang lalu
Blooming at that time

Blooming at that time

White Rose
Percintaan
4 tahun yang lalu