Asisten Wanita Ndeso - Bab 38 Bibi Yang Menyebalkan
Dini hari, Asmi bangun pagi-pagi, kebiasannya selama bertahun-tahun, meskipun tidurnya agak telat, Asmi tetap bangun di sekitar jam 6.
Dia tidak langsung bangun, seperti biasanya mengulurkan tangan ingin mengambil kacamata yang diletakkan di samping ranjang, dekorasi di kamar Asmi sangat indah, dapat dilihat, orang tua angkatnya sangat baik padanya.
Wallpaper floral yang segar dan mungil merupakan perawatan yang bahkan tidak tersedia di ruang tamu, didesain sepenuhnya sesuai dengan gaya Korea, meskipun rumahnya kecil namun penuh kehangatan dimana-mana.
Ranjang berwarna putih susu, di samping ranjang ada meja rias dengan warna yang sama, tapi dia tidak pernah menata rias di sana, dia sering menggunakan meja rias sebagai meja kerja.
Ada juga lemari pakaian empat pintu, yang sangat ringkas, hanya ada beberapa benda ini di dalam ruangan, tapi didekorasi oleh Asmi dengan sangat hangat.
Ketika memegang kacamata, Asmi merasa ada yang tidak beres, sepertinya itu bukan kacamatanya, ketika menundukkan kepala, dia hampir lupa, sahabat baiknya Sasa telah mengganti kacamatanya, tapi lumayan jelas ketika mengenakannya.
Dia duduk, meregangkan tubuhnya dengan malas dan menguap, dia mulai berpikir pakaian apa yang harus dia pakai hari ini. Apakah dia harus tetap memakai pakaian biasanya?
Dia telah memikirkan masalah ini sepanjang malam, dan merasa bahkan dalam mimpi juga memikirkan persoalan ini, seolah-olah tidak tidur nyenyak sepanjang malam.
Dia membuka lemari, tidak banyak pakaian di dalamnya, dia tidak pernah membeli pakaian, pakaian sekarang juga punya dulu.
Dia merentangkan tangannya menyentuh pakaian yang sering dia pakai, lalu menarik kembali tangannya, mungkin dia harus benar-benar berubah, mengembalikan Asmi yang sebenarnya, Asmi juga harus menjadi wanita normal, bukan lagi orang aneh di pandangan semua orang.
Asmi memutar kepala dengan tegas, dia telah memasukkan semua pakaian yang baru saja dia beli ke dalam koper, siap-siap membawa ke Korea, begitu Fredo meremehkannya lagi, dia baru mengenakannya, tapi saat ini dia memutuskan untuk mengenakannya, mengenakan setelan yang dibelikan Sasa untuknya.
Dia segera mengenakannya dan mengaca di depan cermin, dia merasa tidak ada banyak perubahan.
Selain merasa kemeja di dalamnya agak ketat, sisanya sepertinya baik-baik saja, dia merapikan kembali kopernya, dia telah menggunakan koper ini sejak kuliah, ini adalah satu-satunya barang miliknya yang berharga.
"Tok tok tok." Terdengar ketukan keras di pintu, Asmi mengangkat alisnya dan sangat terkejut, siapa yang akan datang mencarinya pagi-pagi gini, tidak banyak orang yang tahu dimana dia tinggal.
Dia mengenakan sandalnya dan membuka pintu dengan penasaran, melihat pakaiannya, dia merasa sangat aneh, jadi mengambil sehelai pakaian yang longgar di lemari dan mengenakannya.
“Asmi.” Sebuah wajah dengan riasan wajah yang tebal muncul di depan pintu, itu adalah bibinya, Asmi sudah beberapa hari tidak bertemu dengannya, mulai sejak ibu kandungnya membayar semua utangan orang tua angkatnya, dia tidak pernah melihat bibinya lagi.
Apa yang ingin dia lakukan hari ini? Asmi melihat ekspresi di wajah bibinya terlihat semangat, "Asmi, Bibi sengaja bangun pagi hari ini dan mengukus roti isi talas favoritmu, kamu harus memakannya." Bibinya membuka lebar mulutnya, berpenampilan menyanjung.
Asmi tahu masalah ibunya pasti telah diketahui bibinya, dia selalu tahu orang seperti apa bibinya, begitu tahu ibunya adalah orang kaya, bibinya pasti akan berusaha menyenangkannya.
Bibi adalah tipikal orang yang hanya tahu menguntungkan dirinya, dia tidak akan melakukan apa pun tanpa mendapatkan keuntungan. Asmi memandang bibinya dengan tatapan jijik, “Terima kasih, bibi.” Kemudian dia mengambil piring dan tahu begitu dia menerimanya, bibinya pasti akan mengatakan lebih banyak teori padanya.
"Yah, makanlah, lihatlah dirimu agak kurusan baru-baru ini, orang tuamu sudah tiada, mengapa tidak pergi tinggal bersama ibu kandungmu? Aku melihat dia lumayan kaya, dasar bocah bodoh, pikiranmu selalu berbeda dengan orang lain. Kamu sudah tidak muda lagi, harus memikirkan dirimu sendiri.” Bibir bibi mengenakan lipstik yang tebal terus bergerak di depan Asmi, seperti senapan mesin tidak berhenti mengeluarkan peluru.
“Bibi, aku tahu kamu demi kebaikanku, tapi aku masih harus berangkat kerja, jadi tidak dapat berbicara terlalu lama denganmu.” Asmi terburu-buru menutup pintu rumah, dia tahu kalau tidak menutup pintu, bibinya tidak akan berhenti mengobrol.
Dia meletakkan roti di dapur, dia memang suka makan roti isi talas, tapi dia hanya menyukai roti yang dibuat ibunya, dia tidak pernah makan buatan orang lain.
Terutama bibinya yang sombong, Asmi tidak pernah makan apapun darinya, karena sulit 'membayarnya'.
Saat ini bibi masih tertegun di luar pintu, dia sangat marah, mengapa Asmi dapat menemukan ibu kandungnya, dan begitu kaya, dia agak kesal, kalau tahu seperti begini, dia pasti akan memperlakukan Asmi lebih baik.
Tapi tidak tahu apakah gadis kecil ini akan dendam, pandangan bibi agak gelisah, awalnya ingin mempergunakan hubungan Asmi untuk meminta lebih banyak uang pada ibu kandungnya yang kaya.
Sekarang, dia merasa sepertinya tidak ada harapan, Asmi bersikap begitu dingin padanya, tapi dia merasa enggan. Bagaimanapun, dia adalah adik kandung dari ibu angkatnya, jadi dia tidak akan menyerah, Asmi bagaikan penyelamat hidupnya.
Memikirkan ini, dia pergi meninggalkan rumah Asmi, inilah salah satu alasan mengapa Asmi tidak menyukainya, sok-sok dan berpura-pura, selalu ingin mendapatkan sesuatu tanpa kerja keras, bahkan menjebak anggota keluarganya sendiri.
Begitu terpikir di saat orang tuanya dalam keadaan sakit, tindakan bibinya sungguh menyebalkan, tidak hanya tidak membantu, tapi malah mencelakainya.
Asmi adalah seseorang yang pendendam, dia tidak akan membantu orang yang dia benci, terutama bibinya, sekarang dia sangat membencinya.
Begitu kembali, Asmi terburu-buru mandi, kedatangan bibinya membuatnya merasa kesal, tadinya dia dalam suasana hati baik, tapi sekarang malah dihancurkan olehnya.
Di saat menekan pasta gigi, membuatnya semakin cemas, dia merasa sangat tidak nyaman.
“Tok tok tok.” Terdengar ketukan pintu lagi, Asmi merasa kesal, dia menyangka bibinya kembali lagi, dia tidak ingin membuka pintu, dia sangat benci melihat wajah bibinya yang menyanjung.
“Tok tok tok.” Ketukan pintu berbunyi lagi, “Asmi, apakah kamu sudah bangun?” Terdengar sebuah suara gadis yang tajam, itu adalah Sasa.
Begitu mengetahui orang yang mengetuk pintu adalah sahabat baiknya, Asmi segera meletakkan sikat giginya dan pergi membuka pintu.
“Sasa, ada apa denganmu? Mengapa kamu datang begitu pagi.” Asmi tahu Sasa memiliki kebiasaan bangun telat.
Sasa bergegas masuk, dan membawa banyak barang di tangannya, ada kantong besar dan kantong kecil, sudah tidak dapat melihat jelas wajah Sasa.
"Demi kamu. Lihatlah tanganku, cepat mengambilnya, aku tidak dapat menahannya lagi." Sasa mengambil terlalu banyak barang di tangannya.
Asmi segera membantunya, “Apa yang ingin kamu lakukan? Apakah kamu ingin pindah dan tinggal bersamaku?” Asmi bertanya dengan bingung, dia tidak pernah bertanya pada Sasa di mana dia tinggal? Kelihatannya dia benar-benar bukan teman yang baik.
“Aku takut kamu tidak memiliki pakaian dan sepatu yang cocok untuk dikenakan hari ini, jadi datang pagi-pagi untuk menyelamatkanmu.” Sasa tersenyum pada Asmi, “Aku masih belum makan, lapar sekali, cepatlah membuatkan makanan untukku.”
Sebelumnya Sasa sudah pernah ke rumah Asmi, dia merasa orang tua angkat Asmi sangat baik pada Asmi dan sangat antusias pada orang lain, Sasa datang ke rumah Asmi untuk mengerjakan pekerjaan rumah setiap akhir pekan.
Dia merasa nyaman dan santai di rumah Asmi seperti rumahnya sendiri. “Ah, ada roti kukus yang enak, aku ingat kamu sepertinya paling suka roti isi talas buatan bibi, kan?” Sasa sudah mengambil satu dari piring dan menggigitnya.
“Ya benar, lalu bagaimana dengan yang ini? Ini dari bibiku, orang yang paling kubenci.” Asmi berada di dapur, “Apa lagi yang ingin kamu makan?” Asmi tahu Sasa pasti sudah lapar.
“Ya, aku ingin memesan sesuatu yang enak. Sarapanku di rumah terlalu sederhana. Aku ingin makan mie yang dibuat bibi saat itu, yang menuangkan sesuatu diatasnya.” Sasa pernah makan di rumah Asmi, itu adalah jenis mie terenak yang pernah dia makan, dia ingat Asmi menyebutnya “Bakmi Goreng ”.
Sasa pernah mengunjungi banyak tempat, dan juga pernah makan pasta terkenal di luar negri, mie dengan berbagai rasa tidak seenak yang dibuat oleh ibu angkat Asmi.
“Tidak sulit kalau ingin makan mie, aku paling ahli dalam memasak Bakmi Goreng , tunggu saja untuk makan.” Ketika duduk di bangku SMP dan SMA, Asmi dirawat dengan baik oleh orang tua angkatnya, dan bahkan pakaian juga dicuci oleh ibu angkatnya.
Saat itu, dia tidak pandai melakukan apapun, dan juga tidak pernah melakukannya, tapi ketika kembali dari perguruan tinggi, dia melihat kondisi fisik orang tua angkatnya tidak begitu baik. Dia mengambil inisiatif untuk melakukan pekerjaan rumah. Saat itu, dia baru menyadari ternyata dia tidak pandai melakukan apapun.
Jadi dia berusaha belajar, dan juga akan seperti ibu angkatnya, mencatat menu makanan yang disukai semua orang dan menempelnya di pintu kulkas. Tidak lama kemudian, dia bisa membuat beberapa hidangan dan hasilnya sangat lezat.
Saat itu, Asmi baru menemukan bahwa dirinya sangat berbakat dalam memasak, “Kamu terlihat seperti seorang ibu rumah tangga.” Sasa bersandar di kusen pintu dapur, memandang Asmi yang sedang sibuk.
“Benarkah? Memang nasib seperti ini.” Asmi tidak mengangkat kepalanya, konsen menggoreng telur, ini adalah langkah pertama membuat Bakmi Goreng .
“Kapan kamu belajar memasak?” Mulut Sasa penuh dengan roti.
“Aku mulai belajar setelah lulus dari universitas, karena tubuh kedua orang tuaku kurang sehat.” Asmi berkata.
“Kamu sangat hebat, kalau gantian aku pasti tidak akan pandai.” Sasa memandang Asmi dengan iri, Asmi tidak hanya cantik, juga sangat baik dan lembut, kalau dia memiliki kakak atau adik laki-laki pasti akan memintanya menikahi Asmi.
Tapi sangat disayangkan, Sasa adalah anak tunggal, betapa dia berharap dirinya adalah seorang pria.
Novel Terkait
Marriage Journey
Hyon SongCinta Yang Berpaling
NajokurataInventing A Millionaire
EdisonAngin Selatan Mewujudkan Impianku
Jiang MuyanMi Amor
TakashiMbak, Kamu Sungguh Cantik
Tere LiyeSuami Misterius
LauraMenaklukkan Suami CEO
Red MapleAsisten Wanita Ndeso×
- Bab 1 Sekretaris ke-29
- Bab 2 Perolehan Yang Tak Terduga
- Bab 3 Penyanyi Misterius
- Bab 4 Apa Benar Wanita Yang Jelek?
- Bab 5 Dengan Tidak Disengaja
- Bab 6 Menyelamatkan
- Bab 7 Permintaan Tidak Dipenuhi Terus Menjerat
- Bab 8 Ibu Kandung
- Bab 9 Cerita Belakang Layar
- Bab 10 Kelembutan Palsu
- Bab 11 Sasa Lin
- Bab 12 Perjamuan
- Bab 13 Menyiksa Siapa
- Bab 14 Ini Semua Tidak Buruk (1)
- Bab 15 Ini Semua Tidak Buruk (2)
- Bab 16 Siapa itu
- Bab 17 Hidup Manusia Hanya Berapa Puluh Tahun
- Bab 18 Kopi Nona Lim
- Bab 19 Bagaimana Kamu Melihatnya
- Bab 20 Sehati
- Bab 21 Kamu Benar-Benar Berkemampuan
- Bab 22 Curiga
- Bab 23 Ternyata Penyebabnya Adalah Ini
- Bab 24 Cinta Ibu Sama Semua
- Bab 25 Pohon Parasol
- Bab 26 Muntah
- Bab 27 Mencari Alasan (1)
- Bab 28 Mencari Alasan (2)
- Bab 29 Asap Bertebaran
- Bab 30 Pacar Baru
- Bab 31 Memerah
- Bab 32 Mengejar
- Bab 33 Suka Rasa Stroberi
- Bab 34 Menangis Dengan Getir
- Bab 35 Persoalan Secarik Kartu
- Bab 36 Pertemuan Secara Tidak Sengaja
- Bab 37 Kepahitan Dalam Cinta
- Bab 38 Bibi Yang Menyebalkan
- Bab 39 Kupu-Kupu Keluar Dari Kepompong
- Bab 40 Apakah Kamu Benar Adalah Asmi
- Bab 41 Anisa Terluka
- Bab 42 Perselisihan
- Bab 43 Berangkat
- Bab 44 Satu Kali Pertemuan
- Bab 45 Tidak Nyaman Dengan Tempat Baru
- Bab 46 Gaun Ungu
- Bab 47 Acara Pesta
- Bab 48 Tokoh Utama
- Bab 49 Drama Korea
- Bab 50 Olahraga Pagi
- Bab 51 Sound Of Silence
- Bab 52 Hari Terakhir Di Korea
- Bab 53 Tidak menarik
- Bab 54 Sebuah lingkaran merah
- Bab 55 Meminta Ijin
- Bab 56 Hamil
- Bab 57 Periksa Dan Pelajari
- Bab 58 Hidup Bersama Dengan Damai
- Bab 59 Pahitnya Hati
- Bab 60 Pesta Keluarga
- Bab 61 Bertengkar Hebat
- Bab 62 Cinta Asmi Sumirah
- Bab 63 Sembarangan Menjodohkan
- Bab 64 Pertama Kali Ke Rumah Asmi
- Bab 65 Minum Alkohol
- Bab 66 Pertemuan
- Bab 67 Asap Hijau
- Bab 68 Perpisahaan
- Bab 69 Rencana Yang Tidak Berniat Bagus
- Bab 70 Bangsal
- Bab 71 Enggan
- Bab 72 Mimpi Buruk
- Bab 73 Berjaga Malam
- Bab 74 Air Mata
- Bab 75 Memperbaiki Suasana Hati
- Bab 76 Sikap Makan
- Bab 77 Perusahaan Dargo
- Bab 78 Masalah Anak
- Bab 79 Konfirmasi Kecelakaan Mobil
- Bab 80 Susah Untuk Menerima
- Bab 81 Sangat Kecewa
- Bab 82 Kebahagiaan Yang Sederhana
- Bab 83 Mempertanyakan
- Bab 84 Kebenaran
- Bab 85 Ke Utara
- Bab 86 Gunung Es Meleleh
- Bab 87 Menghilang
- Bab 88 Balas Surat
- Bab 89 Nama Yang Sangat Tidak Asing
- Bab 90 Pulang Negeri
- Bab 91 Bertemu Dengan Sahabat Lama
- Bab 92 Acara Pernikahan
- Bab 93 Cantik dan Menawan
- Bab 94 Perjamuan Malam
- Bab 95 Pulang Rumah
- Bab 96 Pergi Ke Kuburan
- Bab 97 Bingung
- Bab 98 Konser
- Bab 99 Badai Konferensi Pers
- Bab 100 Baunya