Asisten Wanita Ndeso - Bab 68 Perpisahaan
Di luar telah hujan gerimis sepanjang hari, karena lampu yang menyala, suasana di dalam kantor terlihat menjadi hangat. Asmi tidak begitu sibuk hari ini, di hari hujan seperti ini, banyak hal menjadi tertunda.
Mungkin setiap orang akan mengingat masa lalu yang mereka tidak ingin ingat setiap hari mendung seperti ini. Hari mendung adalah hari yang cocok untuk mengenang masa lalu, pada hari dimana langit terlihat abu ini, suasana hati orang juga tidak bisa bagus, hanya bisa melakukan tugas mereka dengan bosan.
Siang ini ada beberapa manager yang datang ke ruangan Fredo, mereka datang dan pergi dengan buru-buru sehingga Asmi tidak melakukan apa pun, dia hanya sedang menyelesaikan email. Asmi merasa bekerja dengan komputer sangat membantu, masalah bisa diselesai dengan mengetik tanpa perlu bertemu ataupun berbicara.
Di dalam kotak surat ada sebuah email berupa kontrak yang dikirim oleh perusahaan Kresna. Asmi harus mencetak kontrak tersebut dan meminta Fredo menandatanganinya. Hal ini membuat Asmi meragu sejenak, hari ini dia belum memasuki ruangan Fredo sekali pun.
Jari Asmi yang panjang berhenti bergerak sejenak. Pada akhirnya Asmi tetap mencetak kontrak tersebut dengan profesional. Fasilitas di ruangan ini bisa dibilang menggunakan alat terbaru, tentu saja tingkat efisiensinya sangat tinggi.
Memegang kontrak yang siap dicetak, jantung Asmi mulai berdebar dengan kuat. Seberapa bagusnya kalau dia hanya sekretaris biasa dan bukan adiknya Fredo.
Asmi mengangkat tangannya dan masih meragu apa yang harus dikatakan setelah masuk ke dalam. Ekspresi marah besar Fredo dan kata-kata dia yang menyakitkan masih membuat Asmi merasa hatinya sedang berdarah.
"Hanya seorang anak gadis liar, masih berani berpikir mau masuk ke dalam keluarga?" Kalimat yang dikatakan Fredo dan ekspresinya yang marah membuat Asmi merasa gemetaran.
"Lupakan saja" Asmi memejamkan mata kemudian membuka lagi, "Sudah memutuskan tidak mau berhubungan dengan dia lagi, buat apa masih berpikir begitu banyak? Setelah hari ini berlalu, aku akan meninggalkan sini secara diam-diam" Asmi menarik nafas dengan dalam, menyemangatkan dirinya untuk mengetuk pintu.
"Masuk" Suara Fredo tetap dingins seperti biasa. Asmi memberanikan diri untuk membuka pintu.
Asap rokok yang tebal membuat Asmi berbatuk, Asmi memang takut dengan bau aneh, terutama bau rokok, dia memegang dadanya dan mulai berbatuk.
Asmi menekan hidungnya untuk menenangkan pernapasan. Hal ini membuat Asmi teringat dengan sebuah pepatah, di dalam kehidupan ada beberapa hal itu tidak akan bisa ditutupi dan salah satunya adalah batuk, kamu mau hentikan pun tidak bisa.
"Presiden, ini adalah kontrak dari perusahaan Kresna, membutuhkan tanda tangan anda setelah konfirmasi" Asmi meletakkan dokumen di atas Fredo dan menyadari tatapannya dipenuhi oleh kesedihan.
Mungkin ini adalah terakhir kali Asmi bisa melihat Fredo dalam jarak sedekat ini, dia akan meninggalkan tempat ini pada besok dan pergi ke tempat yang tidak ada mengenalnya untuk menjalani hidup biasa yang tenang. Asmi menatap kepada Fredo tanpa berpikir panjang.
Dia ingin mengukir penampilan Fredo saat ini ke bagian terdalam hatinya agar dia tidak akan melupakannya. Seperti 19 tahun lalu, tatapan Asmi yang penuh cinta dan kasih sayang tertuju ke wajah Fredo.
Fredo sedang bekerja dengan serius, rokok yang masih menyala diletakkan ke asbak scara sementara dengan keadaan masih menyala, matanya yang hitam sedang menyapu setiap kata dokumen tanpa melepaskan detail kecil.
Sudut bibir Asmi terangkat dengan ringan, dia merasa sangat puas dan bersyukur. Dia sudah memiliki anak Fredo, masih kekurangan apa lagi di kehidupan ini?
Asmi hanya berharap bisa menjalani setiap hari dengan tenang. Besok dia sudah bisa menghilang di tatapan semua orang.
Fredo menggerakkan penanya dan menandatangani kontrak, kontrak ini gabta kontrak awal, bagi perusahaan hanya merupakan sebuah permulaan, tidak perlu meneliti terlalu dalam, tetapi Fredo tetap membacanya dengan detail.
Fredo selalu memegang sebuah prinsip, "Segala masalah di dunia ini harus dijalani dengan detail" semua detail kecil yang tidak menarik perhatian memiliki kemungkinan memengaruhi masa depan perusahaan.
Mengangkat kepalanya, Fredo melihat Asmi sedang menatapnya dengan senyuman, senyuman itu membakar api emosional Fredo tanpa alasan, perasaan yang baru saja dia tekan ke dalam hati bangkit begitu saja.
"Adikku, kamu begitu tidak sabar ya?" Tenggorokan Fredo dipenuhi bau tembakau, tenggorokan dia sedikit gatal dan suaranya menjadi semakin rendah.
"Apa?" Asmi yang masih fokus pada tampilan Fredo yang tampan tidak sempat memproses kata-katanya.
"Haha, Asmi, jangan berpura-pura polos dan tidak bersalah. Penampilan kamu seperti ini bisa membohongi Teto Fajar, Tanu, tetapi tidak bisa membohongi aku" Fredo membuang penanya ke atas meja. Dai mau mengungkapkan semua kebencian dia kepada Asmi.
"Aku tidak membohongi kamu apa pun" Asmi benar-benar tidak bisa menahan lagi, Fredo terus berkata dia membohonginya. Sejak kecil, dia memang adalah anak yang baik dan penurut, dia tidak pernah dan tidak pernah berpikir mau membohongi siapa pun.
Wajah tidak bersalah Asmi membuat Fredo semakin marah dan semakin yakin dengan pemikiran dia sendiri.
Fredo berdiri dan menepuk meja dengan marah, tinggi tubuh dia melebihi lebih dari 1 kepala Asmi, "Kamu sudah berbeda, kamu bukan gadis liar Asmi lagi, tetapi anak gadisnya presiden perusahaan Fajar, tentu saja identitas kamu sudah berbeda. Sekarang kamu sudah merasa tinggi hati kan?" Fredo berpikir, ekor serigala Asmi akhirnya muncul, kalau dulu, Asmi akan menghadapi pertanyaan Fredo dengan kepala tertunduk.
Fredo menyadari keraguan yang dia rasakan tadi semuanya itu tidak pantas, tadi dia masih mengira Asmi akan merasa bersalah. Tetapi kata-kata Asmi tadi membuat rasa bersalah yang tersisa sedikit menghilang semuanya. Setelah tidak merasa bersalah, tidak ada kata-kata yang tidak bisa dikatakan lagi.
Fredo tertawa, akhirnya dia mengerti. Pertanyaan yang terus berada di pikirannya selama berhari-hari akhirnya memiliki jawaban.
"Asmi, aku benar-benar sangat salut kepada kamu. Demi mau mendekati aku, kamu memakai baju seperti ini dan berdandan sepreti itu, seharusnya aku tidak memandang rendah kamu" Fredo memegang wajah Asmi yang kecil di tangannya, pada saat ini tatapan Asmi dipenuhi oleh kebingunan.
Tidak ada air mata, Fredo tidak melihat setetes air mata pun di mata Asmi. Fredo sudah kecewa total. Apakah air mata dia sebelumnya hanya digunakan untuk membohonginya?
Kalau dulu dia mengatakan Asmi seperti itu, Asmi Sumirah pasti akan memasang ekspresi yang sangat kasihan. Jantung Fredo bergetar dan tenggorokannya mengeluarkan suara tidak senang.
"Asmi, akhirnya aku mengerti, ternyata kamu adalah wanita seperti ini. Kamu bisa melakukan apa pun demi mencapai tujuanmu?" Adegan yang muncul di otak Fredo sekarang adalah penampilan waktu dia bertemu dengan Asmi untuk pertama kali.
"Sekarang di sini tidak ada orang luar. Kamu beri tahu abang, selain abang, kamu pernah memiliki berapa pria? Ada berapa pria yang berhasil digoda olehmu?" Fredo mendekati Asmi dan berbisik di telinganya. Asmi hanya merasa telinganya merasa hangat.
Tubuh Asmi terasa panas dan tidak tenang, tetapi otaknnya masih sangat tenang. Mau apa yang dikatakan Fredo, dia tidak akan membantah ataupun menjelaskan lagi, semua itu sudah tidak berguna dan tidak berarti.
Asmi hanya berdiri dengan diam, dia bisa mencium bau tembakau berat yang berada di tubuh Fredo. Asmi tahu, Fredo sudah menganggap dia sebagai musuh.
Fredo sudah memberi tahu dia jawaban pada semalam, Asmi itu seorang anak gadis liar, Fredo pasti merasa keberadaannya akan merebut harta yang seharuskan diwarisi olehnya.
Asmi sudah mengerti. Keputusan dia untuk meninggalkan sini itu benar, Asmi harus pergi agar harta, ataupun fakta bahwa dia adalah anak ayahnya tidak berubah.
"Presiden, kalau tidak ada urusan lain, aku akan keluar dulu" Asmi berkata dengan kepala tertunduk, bermaksud mau meninggalkan diri. Asmi masih belum menulis surat pengunduran diri, sebagai karyawan lama, Asmi tahu dia hanya kurang melakukan tahap itu.
"Asmi, sudah saat seperti ini, kamu masih melarikan diri buat apa? Keinginan kamu sudah tercapai, sebaiknya kamu mengatakan semuanya dengan senang hati" Melihat ekspresi Asmi yang tidak peduli, Fredo merasa sangat marah.
"Aku, tidak ada yang ingin aku katakan. Aku tidak memiliki pendapat lain, aku ingin keluar sekarang, bau sini terlalu tidak enak dicium" Asmi tidak ingin berdebat dengan Fredo lagi, dia tahu Fredo itu tidak akan mendengarkan kata-katanya.
Asmi sudah berputar balik badan, Fredo menarik dia ke dalam pelukannya dan mencium bibirnya.
Asmi hanya merasa dirinya jatuh ke dalam pelukan Fredo dan bau tembakau yang berat menutupi di atas tubuhnya, dia merasa sesak dan ingin mendorong Fredo, waktu dia baru mau berbicara, Fredo sudah menciumnya.
Bau tembakau yang lebih tidak enak dicium menyebar ke dalam mulut Asmi, dia merasa sangat tidak nyaman dan berusaha untuk menutup mulutnya dengan kuat, tetapi hal ini malah membuat serangan Fredo menjadi semakin kuat. Tangan Asmi sedang berusaha mendorong Fredo, tetapi mau seberapa keras dia berusaha, tangan Fredo tetap memeluknya, bahkan menjadi semakin erat.
Asmi merasa nafasnya sudah mau putus, pada saat dia sudah hampir tidak tahan, Fredo berhenti, "Bagaimana? Sangat enak dicium kan? Kamu tidak suka bau rokok kan? Aku sengaja membuat kamu menciumnya" Tatapan Fredo dipenuhi oleh keinginan.
Asmi mundur ke belakang secara refleks. Dia sudah memiliki bayi sekarang, hal yang paling ingin dia lakukan adalah menjaga keamanan bayi. Melihat Asmi mundur ke belakang, Fredo malah melangkah ke depan untuk mendekatinya. Bagaimana kalau dia adalah adiknya sendiri? Bukannya tujuan dia hanya demi mengambil harta ayah juga?
Batas garis moral Fredo sudah hancur tanpa sisa, waktu melihat leher Asmi yang putih dan cantik, dia sudah lupa dengan larangan-larangan tersebut.
Waktu mundur ke belakang, hati Asmi terasa sangat kacau, dia tahu meskipun berhasil melarikan diri, dia tidak akan bisa melarikan diri dari telapak tangan Fredo. Apaalagi dia adalah seorang ibu hamil sekarang, dia tidak boleh melakukan olahraga yang berat.
Karena gerakan kasar dan perubahan suasana hati yang drastis, lambung Asmi terasa tidak enak. Bau yang pahit dan asam tersebar dari lambung Asmi, wajah dia menjadi pucat dan dia segera menggunakan tangannya untuk menutupi mulut.
"Wah!" Asmi tidak sempat berjalan keluar dan muntah di ruangan presiden yang bersih. Asmi tahu, yang menyelamatkan dia adalah anaknya.
Asmi masih berada dalam tahap awal kehamilan, tubuhnya akan bereaksi dengan kuat. Beberapa hari ini dia tidak merasa mual karena dia sengaja tidak makan makanan yang berminyak. Hanya saja dia tetap akan merasa mual pada saat suasana hatinya terasa gugup.
Mencium bau yang tidak enak, Fredo menutupi mulutnya dan segera mundur dengan jauh.
Setelah muntah, Asmi baru berdiri, pinggangnya sudah tidak bisa tegak lagi, dia memuntahkan semua sarapan tadi pagi. Asmi memang begitu, sekali muntah, dia akan memuntahkan semua sisa makanannya.
Melihat bayangan tubuh Fredo yang semakin menjauh, mata Asmi merasa sedikit basah. Fredo, kalau bukan kesalahan seperti ini, seharusnya kamu akan memegang aku sekarang, kemudian menuangkan aku segelas air kemudian menghibur aku.
Hanya saja, Asmi sudah membuat keputusan. Dia tidak akan menyentuh segala sesuatu yang dimiliki Fredo. Menarik tubuhnya yang berat dan kakinya yang tidak bertenaga, Asmi merasa asngat kesusahan.
Asmi mengerutkan alisnya sambil mengelus perutnya, "Jangan berpura-pura lagi Asmi" Fredo berdiri dengan kedua tangan di pinggangnya dan aura mendominasi.
"Sayang kamu tidak pergi menjadi aktor, kalau kamu menjadi aktor, kamu pasti sangat berkemampuan. Mau abang mempromosikan kamu sebagai aktor?" Nada suara Fredo dipenuhi penghinaan.
Air mata yang sakit hati mengalir dari mata Asmi. Dia keluar dengan diam-diam, dia tahu dirinya tidak perlu berada di tempat yang penuh penghinaan ini lagi. Kembali ke mejanya, Asmi mengambil tasnya, dia ingin pulang sekarang, saluran pencernaannya terasa seperti sedang terbakar.
Novel Terkait
See You Next Time
Cherry BlossomMy Secret Love
Fang FangBretta’s Diary
DaniellePergilah Suamiku
DanisUntouchable Love
Devil BuddyPengantin Baruku
FebiYama's Wife
ClarkAsisten Wanita Ndeso×
- Bab 1 Sekretaris ke-29
- Bab 2 Perolehan Yang Tak Terduga
- Bab 3 Penyanyi Misterius
- Bab 4 Apa Benar Wanita Yang Jelek?
- Bab 5 Dengan Tidak Disengaja
- Bab 6 Menyelamatkan
- Bab 7 Permintaan Tidak Dipenuhi Terus Menjerat
- Bab 8 Ibu Kandung
- Bab 9 Cerita Belakang Layar
- Bab 10 Kelembutan Palsu
- Bab 11 Sasa Lin
- Bab 12 Perjamuan
- Bab 13 Menyiksa Siapa
- Bab 14 Ini Semua Tidak Buruk (1)
- Bab 15 Ini Semua Tidak Buruk (2)
- Bab 16 Siapa itu
- Bab 17 Hidup Manusia Hanya Berapa Puluh Tahun
- Bab 18 Kopi Nona Lim
- Bab 19 Bagaimana Kamu Melihatnya
- Bab 20 Sehati
- Bab 21 Kamu Benar-Benar Berkemampuan
- Bab 22 Curiga
- Bab 23 Ternyata Penyebabnya Adalah Ini
- Bab 24 Cinta Ibu Sama Semua
- Bab 25 Pohon Parasol
- Bab 26 Muntah
- Bab 27 Mencari Alasan (1)
- Bab 28 Mencari Alasan (2)
- Bab 29 Asap Bertebaran
- Bab 30 Pacar Baru
- Bab 31 Memerah
- Bab 32 Mengejar
- Bab 33 Suka Rasa Stroberi
- Bab 34 Menangis Dengan Getir
- Bab 35 Persoalan Secarik Kartu
- Bab 36 Pertemuan Secara Tidak Sengaja
- Bab 37 Kepahitan Dalam Cinta
- Bab 38 Bibi Yang Menyebalkan
- Bab 39 Kupu-Kupu Keluar Dari Kepompong
- Bab 40 Apakah Kamu Benar Adalah Asmi
- Bab 41 Anisa Terluka
- Bab 42 Perselisihan
- Bab 43 Berangkat
- Bab 44 Satu Kali Pertemuan
- Bab 45 Tidak Nyaman Dengan Tempat Baru
- Bab 46 Gaun Ungu
- Bab 47 Acara Pesta
- Bab 48 Tokoh Utama
- Bab 49 Drama Korea
- Bab 50 Olahraga Pagi
- Bab 51 Sound Of Silence
- Bab 52 Hari Terakhir Di Korea
- Bab 53 Tidak menarik
- Bab 54 Sebuah lingkaran merah
- Bab 55 Meminta Ijin
- Bab 56 Hamil
- Bab 57 Periksa Dan Pelajari
- Bab 58 Hidup Bersama Dengan Damai
- Bab 59 Pahitnya Hati
- Bab 60 Pesta Keluarga
- Bab 61 Bertengkar Hebat
- Bab 62 Cinta Asmi Sumirah
- Bab 63 Sembarangan Menjodohkan
- Bab 64 Pertama Kali Ke Rumah Asmi
- Bab 65 Minum Alkohol
- Bab 66 Pertemuan
- Bab 67 Asap Hijau
- Bab 68 Perpisahaan
- Bab 69 Rencana Yang Tidak Berniat Bagus
- Bab 70 Bangsal
- Bab 71 Enggan
- Bab 72 Mimpi Buruk
- Bab 73 Berjaga Malam
- Bab 74 Air Mata
- Bab 75 Memperbaiki Suasana Hati
- Bab 76 Sikap Makan
- Bab 77 Perusahaan Dargo
- Bab 78 Masalah Anak
- Bab 79 Konfirmasi Kecelakaan Mobil
- Bab 80 Susah Untuk Menerima
- Bab 81 Sangat Kecewa
- Bab 82 Kebahagiaan Yang Sederhana
- Bab 83 Mempertanyakan
- Bab 84 Kebenaran
- Bab 85 Ke Utara
- Bab 86 Gunung Es Meleleh
- Bab 87 Menghilang
- Bab 88 Balas Surat
- Bab 89 Nama Yang Sangat Tidak Asing
- Bab 90 Pulang Negeri
- Bab 91 Bertemu Dengan Sahabat Lama
- Bab 92 Acara Pernikahan
- Bab 93 Cantik dan Menawan
- Bab 94 Perjamuan Malam
- Bab 95 Pulang Rumah
- Bab 96 Pergi Ke Kuburan
- Bab 97 Bingung
- Bab 98 Konser
- Bab 99 Badai Konferensi Pers
- Bab 100 Baunya