Asisten Wanita Ndeso - Bab 4 Apa Benar Wanita Yang Jelek?

Dari jauh, Tanu kelihatan gumpalan warna hitam, dari kepala sampai kaki semuanyna hitam, seperti memakai sepotong cadar kain berwarna hitam, membuat orang tidak ada berkeinginan untuk menjajaki.

Tapi, ini malah tambah membuat Tanu lebih penasaran, kalau, wanita jelek ini diatur oleh Anisa, kalau begitu, pasti sangat jeleknya sampai membuat langit dan orang jijik, membuat Fredo tidak ada sedikit minat pun.

Asmi sedang konsentrasi bekerja, meski baru saja bekerja di sini, tapi terhadap pekerjaan di bidang ini sudah sangat terlatih, dan, ketika dia sedang bekerja bisa sangat serius sekali.

Kelihatan!

Tanu terkejut, memang sulit menemukan, di zaman seperti ini, ternyata masih ada wanita yang mengepang rambut, ini belum apa-apa, tak disangka juga berpakaian dengan begitu sederhana, daripada menyebutnya sederhana lebih tepat disebut kuno…. tapi….

Tanu mengedipkan mata, kalau tidak salah melihat, lengkungan di bawah dagunya luar biasa cantik, kulit juga sangat putih dan halus, meski tidak kelihatan matanya, tapi berdasarkan paras wajah juga tidak seperti berpenampilan sangat jelek sekali, hanya saja, cara berpakaian yang seperti itu, memang benar berstyle kuno yang langkah.

“Apa yang kamu lakukan.”

Suara yang tiba-tiba terdengar membuat Tanu terkejut, hampir saja menjerit keluar, begitu menoleh, tak disangka itu adalah Fredo si muka dingin.

“Kalau aku bilang, CEO Fredo, kamu ini apa mau membuatmu mati terkejut?”

Tanu menepuk dada, dengan gaya terkejut dan belum tenang.

“Apa ada yang menarik, serius sekali…” Fredo yang jarang sekali mengejek berkata, pria itu dan Tanu adalah teman sekelas sewaktu kuliah, juga adalah teman sekamar, sewaktu di sekolah lebih adalah teman baik lagi, setelah pria itu mengambil alih Tanu juga ikut ke Marini menjadi asistennya. Secara formal hubungannya atasan dan bawahan, secara pribadi merupakan teman baik yang akrab sekali.

Mengikuti arah pandangan mata Tanu yang melihat ke sana, tak disangka sekretaris baru yang dipilih oleh Anisa Lim itu.

Dalam mata Fredo terlintas seuntaian apresiasi, tidak disangka, wanita itu pagi sekali sudah datang, tapi, apa yang sedang Tanu lihat, apa yang dia lihat?

“Tidak ada apa-apa yang bagus dilihat, hanya penasaran saja.” Tanu melihat teman baiknya, dalam mata agak senang, “Aku sungguh ingin tahu selera Anisa, sekarang sudah kelihatan.” Terdiam sebentar, Tanu baru lanjut berkata, “Ternyata memang beda dari yang lainnya.”

Tidak tahu mengapa, sekarang sekali menyebut nama Anisa, pria itu jadi agak pusing, memijat kepala, menghela nafas, “Tidak ada cara lain, ini adalah keputusan kakek tua.”

Tanu tahu, meski Fredo kelihatannya sangat dingin, tapi sebenarnya adalah putra yang sangat patuh pada orangtua.

Menghibur dengan menepuk pundak Fredo, Tanu agak menyayangkan, menurut pria itu Anisa, sungguh tidak sepadan dengan Fredo, meski latar belakang keluarga setara, rumor di luar sangat baik, “Baik-baik yah, aku tidak bisa bantu apa-apa lagi.”

“Ow, iya, malam pergi ke bar yuk, dijamin bisa membuatmu kagum.” Tanu sepertinya tiba-tiba teringat sesuatu, seluruh orangnya jadi bersinar.

Fredo terdiam, bar? Dia selalu tidak suka berhubungan tidak jelas dengan para wanita yang tidak ada kerjaan itu, apa mungkin Tanu tidak tahu?

Tidak perlu dia katakan, sekali melihat pria itu mengerutkan dahi, Tanu jadi tahu Fredo salah sangka, langsung menjelaskan, “Maksudnya suara, bar itu ada seorang penyanyi misterius, suaranya pasti bisa membuatmu kagum! Gimana, aku ini memandang kamu adalah teman lamaku baru berbagi denganmu.”

“Lihat nanti.” Fredo menghela nafas, Tanu memang seperti ini, hanya seorang wanita yang menjual suara saja, sekarang artis banyak sekali, apa yang perlu dikagumi, wanita cantik yang dilihat dan suara menarik yang pernah didengarnya apa terbilang sedikit?

Mengenai percakapan tentang dirinya, wanita itu hanya tahu, dia pasti harus mempergunakan waktu yang bisa digunakan dengan baik, melunasi semua hutang-hutang.

Mendekati siang hari, Asmi akhirnya lega, pekerjaan yang diberi oleh Fredo semuanya sudah selasai, teringat akan wajah yang terlihat agak dingin itu, Asmi terjerumus masuk ke dalam ingatan….

Suara sepatu hak tinggi yang nyaring memukul lantai terdengar sekali lagi di depan pintu ruang kerja CEO, Anisa menghentikan langkah kaki, dia melihat, tak disangka wanita jelek itu sedang melamun?! Cari mati yah!

“Sedang ngapain kamu!”

Asmi tiba-tiba sadar kembali, mendongak berpapasan dengan pandangan mata Anisa yang marah, “Tidak… aku… sekarang….”

Asmi mau menjelaskan, sekarang sudah hampir siang hari, dia sudah boleh istirahat, tapi, karena tiba-tiba gugup, tidak bisa mengatakan keluar apapun.

“Wanita jelek, masih berani membantah?! Aku beritahu kamu, jangan mengkhayal hal yang tidak seharusnya kamu pikirkan! Orang di dalam sana, bukan orang yang pantas kamu pikirkan!” Anisa menunjuk ke ruang kerja CEO, bibir yang diwarnai dengan lipstick merah cerah ini membuka dan menutup mulut membuat pikiran Asmi tersobek hancur.

Kuku panjang yang ditempeli dengan berlian berkerlap-kerlip, bersinar itu menunjuk ujung hidung Asmi .

Pintu ruang kerja CEO tiba-tiba terbuka, Fredo dengan wajah yang berat berdiri di depan pintu.

"Ada apa, apa mungkin sekretaris yang kamu pilih sendiri, kamu masih bisa mau mencari kesalahannya?" Fredo melihat wajah yang angkuh itu, semakin merasa tidak enak, dengan suara yang rendah dan berat namun enak didengar perlahan banjir keluar dari bibir yang tipis, “ Anisa, apa yang sedang kamu lakukan?!”

Anisa tidak menyangka, ternyata Fredo kelihatan, salah tingkah menyimpan kembali jari tangan, muka langsung menebar senyuman, bahkan menepuk pundak Asmi, dengan gaya yang sangat lemah lembut, dengan suara lembut dan halus yang manja, “Do, aku sedang memberinya semangat supaya baik-baik bekerja, jangan seperti beberapa sekretaris sebelumnya tidak menghargai kesempatan.” Diam sebentar, Anisa dengan ganas melototi Asmi sekilas, peringatan dalam matanya terlihat luar biasa jelas, “Adalagi, kalau kamu ada pemikiran apa, boleh beritahu aku, kita sama-sama wanita, yang bisa kubantu, aku juga akan sebisanya membantunya.”

Fredo menyipitkan mata, melihat dengan seksama wajah Asmi, sayangnya, Asmi tidak ada ekspresi apapun, bahkan dalam mata yang menunduk tidak ada kesedihan yang luar biasa, wanita itu selalu tahu dirinya tidak disukai orang, tapi dia lebih tahu, mengerjakan hal yang seharusnya dia kerjakan itu adalah yang terpenting.

“Sekretaris Sumirah, dokumen yang sebelumnya aku minta kamu lihat, apa sudah selesai?” Suara Fredo agak lembut sedikit.

Asmi agak mendongak, di mata besar dalam bingkai kacamata berwarna hitam tersambar seuntaian perasaan malu, orang yang diam-diam dia sukai selama 10 tahun ada di hadapannya, masih tampan sama seperti dalam ingatannya, bahkan suaranya juga tidak berubah, meski sudah kurang sedikit sinar, tapi baginya, sudah sangat memuaskan.

“Sekretaris Sumirah?” Jari tangan Fredo yang panjang dan langsing mengetuk meja, apa mungkin wanita ini belum mengerjakan selesai? Berpikir sampai sini, ekspresi wajah kembali agak gelap lagi.

Anisa melihat gaya Asmi yang bodoh, marah karena berbagai hal, kalau bukan Fredo masih di sini, dia pasti harus mempermalukan si jelek ini! Melihat gayanya itu, jelas sedang berkhayal tentang pria miliknya! Meski tahu Fredo tidak berminat terhadap barang sejenis ini, tapi dalam hati berkobar api membara.

“Ah? CEO…” Asmi agak tidak tahu harus bagaimana, pipinya memerah, dia, tak disangka dia tadi melamun?! Apa yang tadi CEO katakan?

“Tidak apa-apa, sebelum malam lihat dan pahami, apa ada masalah?” Fredo kembali ke wajah seperti biasanya tak berekspresi.

Ah? Sekali Asmi kedengaran jadi mengerti, ternyata tugas yang diberikan ke dia pagi tadi, wanita itu sudah menyelesaikannya, sebelum Fredo membalikkan badan, Asmi dengan kaki tangan yang gesit dari tumpukan dokumen di pojok kiri meja mengambil keluar sebuah dokumen yang sudah ditandai, menunduk, tidak berani melihat wajah Fredo, “Pak, aku sudah lihat, dokumen ini ada beberapa kekeliruan kecil….”

Fredo langsung kagum dengan perkataan Asmi ….

Anisa melihat dua orang masih terus berdiskusi, marah sampai gusi ikut gatal, pantas mati, kenapa bisa seperti ini? Ini bukanlah yang dia harapkan!

Fredo dengan muka yang berpikir berat mengambil dokumen dan menghilang dari pintu ruang kerja CEO.

Anisa tidak seperti biasanya tidak buru-buru mengikuti, tapi melototi erat wajah Asmi, dalam matanya mengandung hinaan yang kental, “Wanita jelek, jangan berkhayal untuk mendekati pria itu, kamu tidak sepadan, mengerti? Kamu tidak sepadan!”

Asmi menggigit bibir, wanita itu tahu dirinya tidak pantas untuk Fredo, juga sungguh tidak pemikiran mau mempergunakan kesempatan untuk mendekatinya, wanita itu pastinya tidak kepikiran bisa masuk ke Marini, sekarang, malah jadi berpemikiran untuk mendekati pria itu.

“Nona Anisa tenang saja, Asmi tahu diri.” Asmi menunduk, bingkai mata berasa asam.

“Kalau benar demikian bagus! Bagus kalau kamu tahu dirimu tidak pantas untuknya, tentu saja, pria itu selama-lamanya juga tidak akan mungkin menyukaimu!” Anisa selesai mengatakan ini, seperti seorang puteri yang sombong, pergi dengan angkuh, meninggal Asmi sendirian merasakan kesuraman dengan hatinya penuh kekosongan.

Novel Terkait

Aku bukan menantu sampah

Aku bukan menantu sampah

Stiw boy
Menantu
4 tahun yang lalu
Sang Pendosa

Sang Pendosa

Doni
Adventure
5 tahun yang lalu
Be Mine Lover Please

Be Mine Lover Please

Kate
Romantis
4 tahun yang lalu
Sederhana Cinta

Sederhana Cinta

Arshinta Kirania Pratista
Cerpen
5 tahun yang lalu
My Greget Husband

My Greget Husband

Dio Zheng
Karir
4 tahun yang lalu
Si Menantu Buta

Si Menantu Buta

Deddy
Menantu
4 tahun yang lalu
Where’s Ur Self-Respect Ex-hubby?

Where’s Ur Self-Respect Ex-hubby?

Jasmine
Percintaan
4 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Tito Arbani
Menantu
5 tahun yang lalu