Asisten Wanita Ndeso - Bab 8 Ibu Kandung

Di depan pintu berdiri seorang wanita paruh baya yang elegan dan sederhana.

Asmi mendorong kacamata berbingkai hitam, dalam hati agak kecewa.

“Maaf, ada apa yah?”

“Permisi mau tanya, kamu Asmi yah?”

Asmi memiringkan kepala, melihat dari atas ke bawah wanita yang tidak pernah ketemu tapi merasa sangat akrab ini, baju katun yang berwarna biru terang dijahit tangan, di atasnya disulam penuh bunga kaca piring dengan warna yang sama, sebuah selendang berbahan wool warna putih tepat mengait menampilkan keluar bentuk pinggang, sekali melihat langsung tahu dibuat oleh penenun terkenal, Asmi bimbang bukan main, nyonya yang terhormat seperti ini bisa datang mencarinya?

Bersamaan ketika Asmi sedang terus memandangi nyonya terhormat itu, nyonya terhormat itu juga sedang terus memandangi Asmi, Asmi tetap sama seperti biasa mengepang dua rambut, kacamata berbingkai hitam yang kuno dan tua, baju yang kuno dan tua yang dijahit tangan berwarna abu-abu gelap, kainnya tebal, sepertinya sudah berusia sangat panjang, sudah agak sedikit pucat. Semakin melihat mata nyonya terhormat semakin memerah, dalam matanya rasa penyesalan dan kasihan semakin terlihat jelas.

“Aku Asmi, maaf, ada apa yah?” Asmi sungguh sama sekali tidak mengerti, dia sedikit pun tidak ingat dirinya ada hubungan apa dengan nyonya terhormat ini, tidak jelas jadi bertanya sekali lagi.

“Aku…” Nyonya terhormat itu mau berbicara namun terhenti lagi, sekali membuka mulut air mata tak tahan untuk mengalir keluar, tangannya tanpa terkendali menjulur, mau menyentuh Asmi, namun juga berhenti di tengah jalan, jiwanya rumit, “Aku adalah….”

Bibi yang gendut Tanu melihat Asmi berhenti di depan pintu, agak tidak sabaran, kalau wanita itu tidak memberi dirinya suatu jawaban yang memuaskan, dia pasti mau mendapatkan rumah ini, saat itu, jangan salahkan dia tidak mengingat hubungan lama!

“Asmi, ayo berikan jawaban spontan, beri aku rumah ini, atau beri aku uang dobel, aku tidak ada banyak waktu untuk bergesekan denganmu.” Tanu berkata sambil memasukkan uang yang tadi Asmi ambil dan diletakkan di atas meja ke dalam tasnya.

Nyonya terhormat terkejut, di dalam rumah ada orang? Uang apa yang dobel? Rumah apa? Dia tidak mendapatkan info tentang bagian ini.

Tanu menyimpan uang dengan baik, bersiap pergi, hanya tunggu dua hari lagi orang itu datang kemari melihat rumah, toh Asmi juga hanya adalah putri asuh adik perempuannya, ini adalah rumah adik perempuan kandungnya, dia juga pantas untuk mendapatkannya.

“Bibi, ruah ini aku Asmi bagaimana pun juga tidak akan mengalah, mengenai uang, kalau aku tidak salah ingat, sebelumnya bibi juga sudah mintah lebih banyak, belum berjarak 7 hari, jadi dobel, agak tidak bisa diterima.”

Muka Tanu memerah, jadi bodoh sebentar, Asmi yang selalu menerima semua perlakuan yang tidak baik, tidak pernah berbicara ke mereka beberapa orang ini dengan suara yang keras, hari ini tak disangka berani berkata seperti ini? Dia sudah memberontak!

Asmi tidak pernah ingin membuat orangtuanya kesulitan, meski mereka sudah tiada, tapi rumah inilah yang ditinggalkan orangtuanya, satu-satunya titipan, dia tidak boleh mengala.

Tanu melangkah dengan cepat berjalan kemari, satu tamparan siap dilemparkan ke Asmi, “Gadis jelek, pantas saja tidak ada seorang pun yang mau, kamu itu dipungut, ada hak apa memakiku, aku beritahu kamu, hari ini rumah ini, aku pasti mau dapat!”

Tanu dengan dua tangan di pinggang, sikap yang memaksa orang.

Sekali nyonya terhormat mendengar perkataan ini, wajahnya langsung memucat, air mata lebih tidak bisa ditahan lagi.

Asmi dari dulu juga sudah terbiasa dengan perkataan seperti ini, tapi masih tidak tahan jadi kebingungan sebentar, dengan suara yang tegas, “Tentang rumah, pasti tidak ada berkompromi!”

Tanu menjulurkan tangan, jarinya bisa dibilang sudah menekan di atas hidung Asmi ….

Tiba-tiba yang menjulur ke depan Tanu adalah sebuah tumpukan tebal uang membuat dia jadi terbengong, tertegun menoleh dan melihat ke sana, ternyata adalah seorang nyonya terhormat yang elegan dan sederhana.

“Apa ini cukup?” Ekspresi wajah nyonya terhormat agak tidak enak dilihat.

Kedua mata Tanu bersinar memandang uang itu, segera mengangguk, “Cukup, cukup!”

Uang sebanyak itu, semua diberikan ke dia? Benarkah? Bagus sekali! Uang ini, tidak hanya 2-3x lipat, tepat ketika mau menjulurkan tangan menerima uang.

“Sebentar!”

“Sebentar!”

Mulut nyonya terhormat dan Asmi yang berbeda mengeluarkan suara yang sama menghentikan.

Asmi mengerutkan dahi, melihat bibi yang matanya terbuka lebar karena melihat uang, melihat lagi ke nyonya terhormat yang matanya merah, apa maksudnya ini? “Kenapa memberinya uang?”

Nyonya terhormat menarik balik tangannya, agak sedikit tidak tahu harus berbuat apa, “Asmi … aku…”

Tanu melihat uang yang hampir ia dapatkan tak disangka dihalangi oleh Asmi, marah sekali, membalikkan tangan langsung satu tamparan terjatuh di wajah Asmi, dengan sangat emosi berkata, “Kamu ini barang pembuat rugi! Dulu adik perempuanku tidak seharusnya memungutmu pulang, benar-benar orang yang tak tahu berterima kasih…”

Nyonya terhormat tidak bisa menahan lagi, satu tamparan dengan ganas memukul di wajah Tanu, “Minta maaf! Kamu minta maaf ke Asmi !”

Tanu dan Asmi jadi heran karena nyonya terhormat yang tiba-tiba meledak.

“Kamu… tak disangka kamu berani memukulku? Apa kamu tahu siapa aku! Aku….”

“Aku tidak perlu tahu siapa kamu, tapi kamu sudah mengganggu Asmi -ku, segera minta maaf, kalau tidak, aku pasti akan membuatmu menyesal!” Pandangan mata nyonya terhormat tegas, siapa pun tidak boleh mengganggu Asmi lagi, dia dirinya sudah berhutang terlalu banyak terhadap Asmi, dia tidak akan lagi mengizinkan orang mengganggu Asmi !

“Kamu… siapa kamu?!” Tanu melihat dandanan nyonya terhormat, juga tidak berani keterlaluan, menggertak.

Asmi aneh melihat duanya, berdiri diam di samping, seakan seperti orang luar saja.

Nyonya terhormat menerjang keluar dari mulut, “Siapa aku? Aku adalah ibu kandung Asmi Sumirah !

Ibu kandung?!

Seakan seperti sebuah petir di langit yang cerah, membuat Asmi hampir tidak bisa berdiri dengan stabil, ibu kandungnya sendiri? Berapa kali bermimpi ibu kandungnya datang mencari dia, namun tidak menyangka dalam kondisi seperti ini, usia dimana dia mendambakan orangtua kandung dari dulu sudah terlewati, orangtua asuhnya adalah keluarganya.

Tanu memandangi nyonya terhormat dari atas ke bawah seputaran, pasti adalah orang kaya, terlebih lagi tadi mengeluarkan uang, lapang dada seperti itu, dalam otaknya bersinar sebuah pemikiran, Tanu langsung mengumpulkan senyuman, cap tamparan di wajah belum hilang, namun seperti sama sekali tidak peduli, menarik tangan Asmi, dengan gaya yang sangat akrab sekali, “Asmi, bibi bercanda dengan kamu, bagaimana bisa bibi mau rumah ini? Rumah ini ditinggalkan adik perempuanku untuk Asmi, mengenai uang, bibi juga karena sungguh kekurangan uang baru terpaksa meminta balik, kamu mau mengerti bibi, di kemudian hari, kalau jadi sukses, jangan lupakan bibi yah….”

Tanu mengatakan sambil melihat ke nyonya terhormat itu, sangat menjilat.

Asmi tak berekspresi, sungguh tidak bisa mencerna dengan baik berita yang terlalu tiba-tiba ini.

“Asmi, bibi pergi dulu, besok-besok ada waktu ingat pergi jenguk bibi…” Tanu pergi dengan gembira, juga tidak lupa melihat dengan seksama lagi rupa nyonya terhormat itu, antingan yang pasti berharga 2 milyaran itu sungguh membuat wanita itu iri sampai hatinya gatal.

“Asmi … Aku… aku adalah ibu kandungmu…” Nyonya terhormat melihat Asmi tidak ada reaksi sedikit pun, tidak bisa mengendalikan diri untuk agak cemas, dia tahu Asmi mungkin tidak bisa memaafkannya, tapi, saat itu dia sungguh tidak ada jalan lain, kalau tidak demikian bagaimana pun juga bisa membesarkannya.

“Ibu kandung?” Asmi membisik, seperti tersenyum dan bukan tersenyum, dengan tenang melihat ke foto yang tergantung tinggi di tengah ruang tamu itu, “Orangtuaku ada di sini.”

Mata nyonya terhormat yang memerah kembali mengalir air mata, mencoba menjelaskan, “Asmi, dengarkan ibu…”

Asmi tidak berbicara, diam bersandar di samping pintu, yang terjadi hari ini seakan sudah menghisap kering seluruh tenanganya, sebenarnya, di lubuk hatinya juga sangat ingin tahu, mengingat sekarang datang mencarinya, dan kenapa dulu membuangnya?

Dia bisa melihat bahwa nyonya yang ada di hadapannya sangat cemas, perasaan di matanya sepertinya juga bukan dibuat-buat, tapi, kenapa lagi dengan semua ini?

Novel Terkait

Anak Sultan Super

Anak Sultan Super

Tristan Xu
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Jalan Kembali Hidupku

Jalan Kembali Hidupku

Devan Hardi
Cerpen
4 tahun yang lalu
Si Menantu Dokter

Si Menantu Dokter

Hendy Zhang
Menantu
3 tahun yang lalu
Jika bertemu lagi, aku akan melupakanmu

Jika bertemu lagi, aku akan melupakanmu

Summer
Romantis
4 tahun yang lalu
The Break-up Guru

The Break-up Guru

Jose
18+
4 tahun yang lalu
Love And War

Love And War

Jane
Kisah Cinta
3 tahun yang lalu
Bretta’s Diary

Bretta’s Diary

Danielle
Pernikahan
3 tahun yang lalu
Seberapa Sulit Mencintai

Seberapa Sulit Mencintai

Lisa
Pernikahan
4 tahun yang lalu