Asisten Wanita Ndeso - Bab 79 Konfirmasi Kecelakaan Mobil

Aroma bunga lily casablanca yang ringan merambat di dalam bangsal, hingga ke setiap sudut ruangan, Asmi mempunyai kesukaan yang khas terhadap bunga lily, hal ini sangat diketahui oleh Sasa.

“Asmi, apa rencanamu? Anak ini, apakah kamu akan melahirkannya? Kata dokter, meskipun kamu mengalami kecelakaan mobil, namun tidak ada masalah apa-apa pada anak ini, kamu harus merawat diri sendiri ke depannya.” Teto merasa putrinya pasti akan bersikeras melahirkan anak ini, maka mereka harus merencanakannya dengan matang.

Asmi mengangguk, dia tidak menyangka ayahnya akan setuju untuk membiarkan dia melahirkan anak ini.

“Ayah, kamu tidak akan menyalahkan aku bukan.” Asmi tetap merasa ayahnya tidak akan membiarkan dia melahirkan anak ini, karena Fredo adalah kakaknya, setidaknya saat ini Fredo masih adalah kakaknya berdasarkan status. Harus bagaimana menangani masalah ini, harus bagaimana mengurusi masalah setelahnya, sungguh adalah suatu masalah yang sulit.

“Anak bodoh, kamu sudah beranjak dewasa, bagaimana mungkin aku menyalahkan kamu, aku ingin memberitahu kamu, Dodo bukanlah anak kandungku, dia adalah anak adopsiku.” Saat ini suasana hati Teto sudah kembali tenang, pada waktu itu karena merindukan Rani, barulah dia mengadopsi Fredo.

Asmi tersenyum, dia sudah mengetahui semua ini sejak awal, “Ayah, kamu tidak perlu menjelaskannya, juga tidak perlu menyalahkan diri sendiri, aku pikir, siapapun yang bertemu dengan keadaan pada waktu itu pun akan memilih untuk hidup seperti itu. Bukankah selama bertahun-tahun ini kamu juga terus tidak menikah?” Asmi teringat akan cerita ayahnya, sebenarnya, bukankah ayah dan dia adalah orang yang sejenis?

Serta ibunya, Rani, sifat mereka bertiga, terutama sikap terhadap cinta adalah sama persis, sama-sama begitu bersikeras, tidak akan berbalik sebelum menabrak tembok.

“Semoga kamu dan Ibu dapat memaafkan aku.” Saat ini dalam hati Asmi sedang beriak-riak, hatinya sangat kacau, tidak tahu apa yang sudah dia katakan dengan ayahnya, dia sangat ingin menyerbu ke dalam pelukan ayahnya dan menangis dengan puas.

“Tok tok tok.” Terdengar suara ketukan pintu di luar bangsal, lalu ada serangkaian angin yang berwarna kuning bertiup masuk, itu adalah Sasa yang mengenakan gaun kuning, warna yang cerah itu semakin menonjolkan raut wajahnya yang muda, serta kulitnya yang putih.

“Paman, Anda di sini juga.” Meskipun Sasa adalah orang yang blakblakan, tetapi dia adalah seorang gadis yang sangat memiliki sopan santun.

“Sasa, kamu sudah datang.” Teto bergegas menyeka air mata di sudut matanya, tak disangka semakin usianya menua, semakin tidak dapat menyembunyikan masalah di dalam hati, pada waktu itu dia bahkan tidak pernah menangis satu kali pun setelah Rani pergi, saat itu dia merasa hatinya begitu keras, tetapi sekarang dia sudah tua, hatinya sudah melunak.

Melihat gerakan kecil Teto, Sasa bergegas mengalihkan topik pembicaraan, tidak ingin membuat mereka merasa canggung karena kedatangannya yang mendadak.

“Asmi, bagaimana perasaanmu, apakah sudah membaik?” Sasa meletakkan barang di tangannya, dia membawakan sekantong besar barang lagi, di dalamnya terdapat buah-buahan dan makanan ringan, dulu ketika bersama dengan Asmi, mereka selalu makan makanan ringan.

Begitu melihat Sasa, Asmi merasa semangatnya menjadi jauh lebih baik, Sasa selalu dapat menularkan semangatnya kepada semua orang, kesuraman di dalam hati Sasa juga akan menghilang beriringan dengan kedatangan Sasa.

“Dengan adanya kamu, aku pasti akan sembuh dengan cepat, karena kamu adalah obatnya.” Wajah Asmi berseri-seri, sama sekali tidak seperti pasien yang menginap di rumah sakit. Dia sudah terbiasa bergurau dengan Sasa, sehingga setiap kali berbicara pun begitu menarik.

“Asmi, kamu dan Sasa mengobrol dulu saja di sini, aku akan pergi ke depan pintu rumah sakit untuk menunggu ibumu, melihat kenapa dia masih belum datang.” Teto tidak bisa ikut serta dalam percakapan mereka, tetapi dia merasa sangat bagus, perbincangan para orang muda memang begitu menarik, Teto mencari alasan untuk pergi keluar.

“Baik, Paman, sore hari ini aku akan sangat puas lagi.” ujar Sasa dengan girang, selain datang menengok Asmi, dia juga sekaligus datang untuk memenuhi perutnya.

Mendengarnya, Asmi mengerutkan bibir dengan tidak senang, “Sasa.” Asmi berseru dengan kencang, nadanya keras sekali, “Dasar kamu, Sasa, sebenarnya kamu datang untuk menengok aku atau untuk makan?” Asmi sengaja mengatai Sasa.

Sasa mengeluarkan barang-barang dari dalam kantong sambil berkata kepada Asmi, “Tentu saja aku datang untuk menengok kamu, kita sudah berteman selama belasan tahun, pertemanan ini sungguh mengguncangkan.” Ekspresi Sasa yang berlebihan berhasil membuat Asmi tertawa.

Benar saja, asalkan Sasa berbicara, maka pasti akan membuat Asmi tertawa tanpa henti. Sasa meletakkan sebuah pisang ke dalam tangan Asmi, “Asmi, ada satu hal yang ingin aku katakan denganmu.” Sasa teringat akan pertanyaan siang hari tadi yang Tanu minta dia tanyakan.

“Katakan saja, aku akan memberitahukan segala yang aku ketahui, jika kamu ingin bertanya maka tanyakan saja.” Asmi tahu, tidak hanya Sasa, bahkan orangtuanya sendiri pun mempunyai banyak pertanyaan yang ingin mendapatkan jawaban.

Seketika, di dalam bangsal kembali menjadi hening, suasananya sungguh aneh. Mendengar jawaban Asmi, Sasa sangat terkejut, dia menatap kaget pada wajah Asmi yang tenang tak beriak, tidak tahu apa maksud Asmi.

Sasa berpikir sesaat, karena Asmi sudah mengatakan akan memberitahukan segala yang dia ketahui, masih ada apa lagi yang harus dipertimbangkan, setidaknya lebih baik daripada tidak menanyakan sama sekali.

Melihat tampang Sasa yang dilema, Asmi tidak tega untuk menyusahkan Sasa, Sasa ingin bertanya tetapi tidak enak hati untuk bertanya, maka lebih baik dia sendiri saja yang mengatakannya.

“Sasa, aku tahu apa yang ingin kamu tanyakan, yaitu masalah anak bukan, awalnya aku ingin menyembunyikan masalah ini, lalu meninggalkan tempat ini seorang diri dan pergi ke suatu tempat yang tidak mengenalku untuk melahirkan anak ini.” Tidak menunggu Asmi selesai berbicara, Sasa sudah berteriak, “Tidak boleh, Asmi kamu tidak boleh berbuat seperti itu.” Suara Sasa yang tinggi dan tajam memecahkan udara yang pengap di dalam ruangan ini.

Asmi memegangi tangan Sasa yang sedang bergoyang dengan kuat, seolah-olah sedang mengatakan tidak boleh, “Sudah, Sasa, aku sudah tahu, sekarang orangtuaku pun sudah tahu, apakah aku akan terus bersikeras? Tidak akan, kalaupun demi anakku, aku juga tidak akan berbuat seperti itu.” Mata Asmi yang jernih menatap mata Sasa.

Setelah mengalami kecelakaan mobil, meskipun dirawat oleh orangtuanya dengan cermat, tetapi Asmi justru menjadi semakin kurus, tangan Asmi yang sedang dipegangi oleh Sasa terasa begitu ramping.

“Hhmm.” Sasa mengangguk, tadi ketika mendengar Asmi ingin diam-diam pergi dari rumah, dia sungguh cemas sekali, sekarang mendengar Asmi sudah menyerahkan niat itu, hatinya juga terasa jauh lebih lega.

Dulu Sasa pernah melihat beberapa wanita yang membesarkan anaknya seorang diri, kehidupan mereka begitu kesulitan, lingkungan pertumbuhan anaknya juga sangat tidak baik, bahkan tidak dapat membicarakan masalah ayah dengan anaknya.

Mereka berdua menjadi hening, dulu selalu ada begitu banyak perkataan yang diucapkan, namun sekarang, dalam hati mereka mempunyai masalah masing-masing, terutama Sasa, Sasa selalu merasa Asmi masih menyembunyikan sesuatu darinya, tetapi dia tidak enak hati untuk menanyakannya, maka dia menatap Asmi dengan hening.

“Asmi, tidak peduli apa yang terjadi ke depannya, tidak peduli keputusan apa yang telah kamu lakukan, bolehkah mohon kamu beritahu aku? Aku pasti akan mendukungmu.” Sasa memegangi tangan Asmi, dia selalu merasa ada masalah yang terjadi pada Asmi.

Jika Asmi masuk ke dalam rumah Fajar secara resmi, maka masalah yang akan dihadapi jauh lebih rumit daripada sekarang, serta masalah anaknya, apakah Fredo akan mengakuinya? Lalu terhitung sebagai apa anak itu?

Ayah dan ibunya adalah kakak beradik dari ibu yang berbeda? Hal ini telah menyimpang norma, Sasa sungguh tidak berani membayangkan masalah yang akan Asmi hadapi ke depannya, semua masalah itu benar-benar terlalu mengerikan.

Cerita keluarga elit, dendam keluarga elit, jauh lebih nyata daripada yang ditayangkan di televisi, juga jauh lebih berbahaya. Dalam lingkungan hidup Sasa, setiap harinya ada banyak cerita yang sedang terjadi, benar-benar jauh lebih mencengangkan daripada film serial televisi.

Seperti halnya masalah Asmi, apakah Fredo akan mengakuinya? Apakah Teto akan menyetujuinya? Jika menyetujuinya, bukankah semuanya menjadi kacau balau?

Namun, dilihat pada saat ini, orangtua kandung Asmi sepertinya sama sekali tidak keberatan terhadap anak itu, ada apa ini, tidakkah memiliki ayah yang sama sudah termasuk sebagai hubungan kakak beradik?

Kepala Sasa hampir meledak karena memikirkan semua ini, maka dia menyerah, asalkan itu adalah keputusan Asmi, kalaupun semua orang tidak menyetujuinya, dia juga akan bertahan hingga akhir.

“Sasa, aku tahu sekarang kamu sedang mengkhawatirkan aku, tetapi kamu tenang saja, aku punya pertimbangan sendiri terhadap masalahku, justru kamu, bagaimana interaksimu dengan Tanu?” Tanu dan Sasa adalah hasil penjodohan Asmi, dia sangat memandang baik pada Tanu, sifat mereka berdua juga begitu mirip, sama-sama adalah orang yang sangat bijaksana.

Asmi merasa Sasa dan Tanu adalah pasangan yang serasi, dia berharap mereka dapat berinteraksi dengan hati yang tulus, maka mereka pasti akan menyadari masing-masing adalah orang yang paling cocok untuk mereka sendiri.

“Asmi, kamu istirahat sebentar, aku harus pergi menanyakan Paman, bagaimana kondisimu saat ini, menjadi orang berkuasa memang banyak kemudahannya, aku pergi dulu.” Berinteraksi dengan Asmi secara berduaan, Sasa merasa sedikit tertekan, karena melihat mata Asmi yang tetap jernih, hatinya selalu merasa sangat tidak nyaman, tetapi dia tidak tahu harus bagaimana menghibur Asmi.

Baru saja keluar dari ruangan dan belum sempat melangkah, Sasa mendengar suara Teto yang sedang menelepon di depan pintu, “Benarkah, Jarwo, apakah sudah dipastikan mobil BMW Z4 warna merah itu adalah milik Anisa? Hhmm, baik, apakah yang menyetir mobil juga adalah Anisa? Sudah, aku sudah tahu, kamu terus selidiki, temukan keberadaan mobil itu, jika mereka beraksi, kamu bisa berunding dengannya.” Suara Teto rendah dan berat.

Seolah-olah ada sebuah batu besar yang menekan di dalam hati Teto, tak disangka dugaannya beberapa hari yang lalu benar-benar menjadi kenyataan, seketika, dia merasa tidak bertenaga sama sekali, sebenarnya ada dendam apa di antara Anisa dan Asmi? Sampai menabrak Asmi dengan begitu kejam.

Dulu ketika hanya dugaan, dalam hati Teto masih sedikit ragu-ragu, karena dia pikir Anisa adalah anak dari teman baiknya, dia mengawasi Anisa tumbuh menjadi orang dewasa, meskipun Anisa sedikit mendominasi, tetapi tidak sampai melakukan hal yang begitu kejam dan melanggar hukum.

Teto duduk di kursi di depan pintu, tepat melihat Sasa yang terbengong di depan pintu, dalam mata Sasa penuh dengan kekagetan, Teto tahu, perkataannya tadi pasti sudah terdengar oleh Sasa.

“Kamu sudah mendengarnya, Sasa.” Teto bertanya tergagap, sebenarnya tidak perlu ditanyakan pun dia juga tahu, namun dia masih ingin bertanya, memastikan berapa banyak yang diketahui Sasa.

“Iya, Paman, aku sudah mendengar semuanya, orang yang menabrak Asmi adalah Anisa, benarkah?” Meskipun Sasa tidak mendengar semuanya, tetapi dia dapat menghubungkan dari beberapa perkataan itu, semuanya terkait Asmi yang ditabrak.

Ekspresi Teto sangat serius dan berat, alisnya yang awalnya sudah merenggang juga terkerut lagi, jika orang yang menabrak Asmi adalah Anisa, maka apakah ada hubungannya dengan Fredo?

Anak ini, benar-benar tidak tahu apa yang sedang dia pikirkan. Teto ingin memberitahu masalah terkait Asmi yang terluka kepada Fredo, tetapi Asmi tidak bersedia.

Novel Terkait

Don't say goodbye

Don't say goodbye

Dessy Putri
Percintaan
5 tahun yang lalu
More Than Words

More Than Words

Hanny
Misteri
4 tahun yang lalu
My Enchanting Guy

My Enchanting Guy

Bryan Wu
Menantu
4 tahun yang lalu
Mr CEO's Seducing His Wife

Mr CEO's Seducing His Wife

Lexis
Percintaan
4 tahun yang lalu
Asisten Wanita Ndeso

Asisten Wanita Ndeso

Audy Marshanda
CEO
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Tak Biasa

Cinta Yang Tak Biasa

Wennie
Dimanja
4 tahun yang lalu
Istri ke-7

Istri ke-7

Sweety Girl
Percintaan
5 tahun yang lalu
Cinta Di Balik Awan

Cinta Di Balik Awan

Kelly
Menjadi Kaya
4 tahun yang lalu