Asisten Wanita Ndeso - Bab 44 Satu Kali Pertemuan
Cuaca hari ini sangat baik, langit terang tidak berawan, pesawat sedang terbang dengan stabil, menuju Korea masih memerlukan waktu empat jam lagi, waktunya makan siang juga hampir tiba.
Asmi mendengar sedikit suara berbicara sehingga langsung terbangun, rupanya pramugari hari ini sangat cantik, sehingga pria yang duduk di belakang Asmi terus memuji kecantikannya.
Pramugari ini sepertinya adalah gadis suku tertentu, dagunya sangat tajam, tatapan matanya sangat dalam, sepertinya memang memiliki ciri khas suku yang sangat menonjol, beberapa rekan kerja pria terus menatapnya dengan tatapan kagum.
Asmi mendengar suara pramugari yang indah dan lembut, orang yang mendengar suaranya akan merasa sangat nyaman, Asmi langsung berkesan baik terhadap pramugari tersebut.
Tidak lama kemudian pramugari itu sudah tiba di hadapan Asmi “Nona, apa yang anda perlukan ?” Senyuman pramugari ini bagaikan matahari di dalam cuaca terang yang dapat menghangatkan orang lain. Asmi juga membalasnya dengan sebuah senyuman.
“Aku mau jus buah.” Asmi merasa mulutnya sedikit berminyak, sehingga menginginkan jus buah untuk melegakan rasa tersebut. Tidak tahu juga mengapa dalam waktu dekat ini dirinya selalu merasa tidak enak badan apabila melihat makanan yang minyak dan juga hanya berselera dengan makanan yang tidak berlemak.
Pramugari yang cantik meletakkan segelas jus buah pada sisi Asmi, setelah itu mulai menanyakan Fredo dengan nada bicara yang sama.
“Sama seperti nona ini saja.” Fredo menjawab dengan tanpa ragu, dia ingin membuat Asmi balik menatapnya, Fredo merasa seolah-olah dirinya telah menang apabila dapat membuat Asmi balik menatapnya.
“CEO, kamu memang suka atau karena sengaja ?” Asmi sangat bingung, dia hanya merasa sepertinya Fredo memang sengaja memancing perhatiannya.
“Kamu sedang mengurus minumanku ? Kamu tidak dapat mengendalikan mulutku juga, aku mau minum apa ya minum apa.” Fredo sepertinya memang sengaja menantang, dia sengaja mencari masalah dengan Asmi.
Fredo merasa tindakan ini memang seru sekali, sama sekali tidak pernah ada wanita yang berani menantang dirinya, karyawati di perusahaannya hanya berharap bisa berjumpa dengannya, demi pertemuan satu kali saja, mereka bahkan bisa terus praktek secara diam-diam.
Akan tetapi, Asmi selalu bertindak melawannya apabila di luar permasalahan kerja, apalagi setelah interaksi mesra pada beberapa kali sebelumnya, selain pada pertama kalinya Asmi memang menyesuaikan dirinya secara inisiatif, sisa kedua kalinya terjadi dikarenakan Fredo yang inisiatif terlebih dahulu, bahkan memiliki sedikit unsur memaksa Asmi.
Kenyataan ini sangat menjatuhkan harga diri Fredo dan juga sebagai alasan mengapa dirinya selalu mencari masalah dengan Asmi, dia pasti harus membuat Asmi jatuh di bawah pesonanya.
Fredo mulai minum jus buah dengan gaya tidak pernah terjadi apapun, sebenarnya pada barusan dia ingin memilih teh daripada minuman jus buah maupun soda, dia selalu beranggapan bahwa minuman seperti ini adalah minuman khusus gadis, sehingga dirinya juga tidak akan memilih minuman sejenis ini.
Dia cenderung menyukai teh daripada minuman lainnya, dikarenakan teh dapat menyegarkan pikiran, sedangkan wangi teh juga lebih lembut daripada kopi.
Mengenal hal ini, mungkin saja Fredo sedikit terpengaruh oleh ayahnya, Teto sangat suka minum teh, biasanya dia selalu minum teh seruni yang diproduksi oleh Fujian. Teto pernah mengatakan kepada Fredo bahwa teh memiliki beragam jenis, namun hanya teh seruni yang tidak memicu efek buruk bagi kesehatan manusia.
Hal ini dikarenakan sifat teh tersebut sangat lembut, meskipun wanita yang bertubuh lemah juga boleh minum teh ini, lagi pula rasa dari teh ini sangat murni, hal tersebut juga merupakan alasan mengapa Fredo cenderung menyukai teh seruni.
Fredo merasa jus stroberi di tangannya sangat tidak enak, namun dia juga tidak ingin memperlihatkannya, sehingga hanya bisa meneguk dengan perlahan-lahan, dia tidak tahu mengapa Asmi bisa menyukai jus yang begitu tidak enak.
Fredo terus mengintip Asmi, namun saat ini Asmi malahan sangat semangat untuk meminum jus buah di tangannya, tidak lama kemudian, Asmi telah menghabiskan jus di dalam gelasnya, Fredo ingin sekali memberikan jus di tangannya kepada Asmi.
“Asmi, aku tidak mau minum lagi, kamu boleh bantu aku habiskan ? Kalau tidak minum rasanya sedikit mubazir.” Nada bicara Fredo sangat lembut, hal ini membuat Asmi merasa sedikit sulit percaya.
Dulunya mana pernah melihat Fredo yang begitu lembut ? Jarak antara Fredo dan Asmi sudah terlalu dekat, sehingga Asmi sedikit segan untuk menatapnya, dia khawatir kalau dirinya akan tersipu apabila bertatapan dengan Fredo. Akhirnya dia hanya menunduk kepala untuk berbicara dengan Fredo, namun tindakan ini justru lebih menantang batasan Fredo.
Fredo merasa Asmi yang berada di hadapannya memiliki pesona yang berbeda dan bahkan berbeda total dengan Asmi yang dulunya. Saat ini Fredo masih tidak yakin apakah Asmi akan menuruti permintaannya.
“Baiklah.” Asmi mengambil gelas yang berada di tangan Fredo, dia memang ingin minum jus lagi, setelah minum jus buah barusan, dia merasa lambungnya menjadi lebih nyaman, bagaimanapun jus buah memang berkhasiat dalam meredakan rasa mual dan memperlancar pergerakan lambung.
Awalnya Asmi memang ingin memesan jus buah lagi, namun ternyata Fredo malah memberikan jus buah kepadanya, Asmi merasa sedikit bersemangat, bukannya tindakan ini adalah mimpi yang selalu diharapkan oleh dirinya ? Meskipun hal ini baru terwujud setelah sepuluh tahun berlalu, namun bagaimanapun dia tetap saja berhasil mewujudkan cita-citanya.
Asmi menerima jus pemberian Fredo dengan gerakan santai, dia tidak banyak menolak lagi, tujuan kedatangannya pada kali ini juga dikarenakan ini mewujudkan cita-cita dirinya, yaitu dapat melakukan liburan yang bahagia bersama Fredo.
Dia pernah menulis semua ini di dalam buku hariannya, pada hari ketika dia kembali ke rumah ibu angkatnya, dia menemukan buku harian dirinya yang selalu ditulis pada sepuluh tahun yang lalu, di dalam buku harian tertulis dengan jelas mengenai kejadian ketika dirinya berkenalan dengan Fredo, semua adegan ini bagaikan hanya terjadi pada semalam saja dan terus berputar di dalam otak pemikiran Asmi.
Di dalamnya juga tertera impian dirinya, yaitu berada di kota yang sama dengan Fredo, bekerja di satu kantor bersama Fredo, memiliki interaksi dekat bersama Fredo yang meskipun hanya bergandengan tangan saja, liburan bersama Fredo meskipun diikuti oleh rombongan orang.
Asmi diam-diam menunduk kepala dan minum jus buah dari Fredo, sepertinya rasanya menjadi lebih manis daripada jus buah milik dirinya, Asmi berusaha menyentuh semua sudut permukaan gelas untuk meminumnya, dengan demikian mungkin saja bibirnya dapat melekat di tempat yang pernah disentuh oleh Fredo.
Asmi tersenyum sendiri, mungkin saja barusan bibir dirinya telah melekat pada tempat yang pernah disentuh oleh bibir Fredo, kalau begitu bukannya mereka sudah berciuman secara tidak langsung ? “Kamu tidak takut ya kalau aku barusan muntah sesuatu di dalam ?” Kata-kata Fredo membuat Asmi hampir memuncrat semua jus buah yang telah diminumnya.
“Kamu ?” Wajah Asmi telah kemerahan, dia tidak menyangka kalau Fredo akan melontarkan kalimat seperti ini, meskipun kesannya seperti bercanda, namun Asmi tetap saja dapat melihat jejak serius yang dimiliki oleh Fredo pada biasanya, sehingga dalam seketika ini Asmi juga tidak dapat membedakan keseriusan kata-kata Fredo.
“Lihatlah reaksi kamu sendiri, kamu malah berprasangka buruk terhadap orang lain, aku seorang CEO di perusahaan transnasional mana mungkin melakukan tindakan yang menjijikkan ini ?” Fredo tidak banyak menjelaskannya lagi, dia tidak ada waktu luang untuk melakukan tindakan yang begitu iseng, dia hanya sekedar ingin mengusik Asmi saja.
“Kamu ?” Wajah Asmi semakin merah lagi, di dalam ruangan yang begitu tertutup, wajah Asmi semakin mudah kemerahan, saat ini bahkan lehernya juga ikut memerah.
Fredo semakin senang melihatnya, Asmi benar-benar kekanak-kanakan sekali dan juga tidak berpengalaman dalam dunia sosial, sebuah kalimat saja sudah bisa membuat wajahnya merah merona, Fredo yang sudah sangat berpengalaman sama sekali tidak merasakan apapun lagi terhadap tindakan seperti ini.
Fredo merasa seru dan terus menatap Asmi yang hanya menunduk kepala, dia mengetahui bahwa Asmi tidak akan mengangkat kepalanya dengan semudah itu, kecuali ada pramugari yang datang melayani atau dirinya memerintahkan pekerjaan kepadanya.
Fredo merasa percaya diri dalam seketika, saat ini dia telah mengetahui kalau Asmi hanya seorang wanita yang mudah diatasi. Saat ini Asmi lanjut minum jus buah di tangannya, rupanya jus buah di dalam pesawat akan begitu enak rasanya.
Sejenak kemudian, pramugari datang kemari lagi, kali ini dia datang mengantar menu makan siang, apakah menu makan siang yang ada di dalam pesawat ? Asmi tidak pernah naik pesawat, dulunya ketika kuliah di luar kota, dia hanya sekedar menduduki kereta api saja dan juga selalu membawa bekal sendiri. Oleh sebab itu dia sama sekali tidak pernah membayangkan apakah menu yang akan disediakan ketika naik pesawat.
Asmi merasa sedikit penasaran dan menoleh kepalanya, pramugari berjalan dari belakang tempat duduknya, Asmi menoleh secara refleks, saat ini berbagai karyawan perusahaan sedang sibuk dengan urusan sendiri, sehingga tidak ada yang melihatnya. Asmi merasa sedikit lega dan membalikkan kepalanya lagi.
Saat ini Fredo telah menyiapkan meja makan, dia sering naik pesawat tersebut, sehingga mengetahui bahwa menu di kelas bisnis adalah steak, makanan tersebut juga merupakan salah satu makanan favorit dirinya, bagaimanapun steak dapat memberikan tenaga kepada manusia dalam waktu seketika.
Fredo sangat semangat dalam menanti makanannya, dalam beberapa hari ini dia sudah tidak pernah makan secara teratur, sejak pindah dari rumahnya, pola makan dirinya menjadi semakin tidak teratur, kadang kalanya juga sering lupa untuk makan.
Asmi langsung terasa kaget setelah melihat makanan di hadapannya, bukannya dia tidak ahli dalam makan steak, kadang kalanya dia juga pernah makan steak bersama Sasa, namun restoran kunjungannya hanya sekedar restoran makanan cepat saji biasanya, di dalamnya mengandung unsur ciri khas dalam negeri dan juga bukan restoran barat yang standar, sehingga etika makan juga terkesan sembarangan.
Namun hari dia berada di sisi Fredo, apa yang harus dia lakukan ? Di dalam kepanikan Asmi sudah lupa bahwa tangan mana yang harus memegang garpu dan tangan mana juga yang harus memegang pisau, wajah Asmi bahkan sudah mulai muncul keringat, akhirnya Asmi merasa tidak beraya dan hanya bisa makan sembarangan, dia tidak memedulikan masalah cara memegang lagi, asalkan dapat menikmati makanannya saja.
Fredo yang melihatnya merasa sedikit lucu, Asmi ini bahkan tidak ahli dengan makanan barat, dia masih berharap bisa masuk ke dalam keluarga Fajar dengan begitu saja ya ? Hal ini sangat mudah ya ?
Fredo diam-diam merasa sombong, dia mulai menyantap steak dengan gerakan santai, akan tetapi steak yang berada di dalam pesawat tidak pernah sesuai dengan harapan, daging sapinya sudah terlalu tua. Fredo mengerut alis dan merasa tidak puas, namun dia juga tidak berdaya, bagaimanapun makanan di dalam pesawat hanya untuk mengenyangkan perut saja.
Asmi terus menyantap dengan gaya tidak terjadi apapun , sebenarnya dia hanya makan sedikit saja, karena lambungnya yang tidak terlalu enak, dia terus mengendalikan diri agar jangan makan terlalu banyak, apabila terlalu banyak makan, dia khawatir dirinya akan muntah lagi.
Saat ini lambungnya sangat segar, Asmi harus mempertahankan kesegaran seperti ini. Jika tidak demikian, seluruh penumpang di dalam pesawat pasti akan menertawai dirinya.
Fredo menghabiskannya dengan cepat, dia melihat Asmi yang sepertinya hanya makan sedikit dan tidak terlalu bersemangat.
“Bukannya kamu sangat doyan makan ya ?” Fredo bertanya, dia sering melihat Asmi makan di dalam ruangannya. Sebenarnya Asmi makan lagi karena selesai muntah, namun Fredo malah beranggapan kalau Asmi sangat doyan makan, jika bukan demikian, mengapa Asmi selalu mengenakan pakaian yang terkesan gemuk ?
“Waktu dekat ini seleraku kurang baik, hanya bisa makan makanan yang rasanya agak tawar.” Asmi menjawab secara jujur, sebenarnya dia sudah mulai terasa kenyang, sehingga meletakkan sisa makanannya ke dalam piring dan menanti pramugari datang menyimpan piringnya.
"Kamu benar-benar mubazir sekali, makanan yang begitu enak juga tidak mau makan, kamu memang tubuh orang kaya ya, makanya tidak berselera dengan makanan yang begitu biasa, biasanya pasti sudah bosan dengan makanan mewah kan ?” Fredo mulai menghina Asmi di segala waktu dan tempat, dalam proses mengejek Asmi, Fredo menyadari bahwa dirinya mendapatkan kepuasan batin yang sangat besar.
“Aku bukan mubazir, aku benaran tidak sanggup makan lagi. Beberapa hari ini aku sakit maag, kadang kalanya susah mencerna makanan, makanya lebih banyak minum jus buah, terima kasih atas jus buah anda barusan, tuan CEO.” Sebenarnya Asmi adalah orang yang humoris dalam kehidupan biasanya, kadang kalanya dia juga suka bercanda.
“Terserah kamu, lagi pula nanti kalau lapar juga tidak bakal ada yang mempedulikan kamu, kami hari ini tidak ada jadwal makan siang, hanya ada acara di malam nanti saja. Sampai saat itu kamu jangan tidak sanggup bergerak karena kelaparan, tidak akan ada yang memedulikan kamu.” Fredo membuang muka dan menatap awan di luar jendela.
Saat ini pesawat sedang melayang stabil di stratosfer, di bawah pesawat adalah berbagai awan yang putih, kesannya sangat indah sekali. Namun sayangnya Asmi tidak dapat melihat dengan jelas.
Novel Terkait
Blooming at that time
White RoseDiamond Lover
LenaAwesome Husband
EdisonMy Charming Wife
Diana AndrikaHarmless Lie
BaigeMy Lady Boss
GeorgeKisah Si Dewa Perang
Daron JayLelaki Greget
Rudy GoldAsisten Wanita Ndeso×
- Bab 1 Sekretaris ke-29
- Bab 2 Perolehan Yang Tak Terduga
- Bab 3 Penyanyi Misterius
- Bab 4 Apa Benar Wanita Yang Jelek?
- Bab 5 Dengan Tidak Disengaja
- Bab 6 Menyelamatkan
- Bab 7 Permintaan Tidak Dipenuhi Terus Menjerat
- Bab 8 Ibu Kandung
- Bab 9 Cerita Belakang Layar
- Bab 10 Kelembutan Palsu
- Bab 11 Sasa Lin
- Bab 12 Perjamuan
- Bab 13 Menyiksa Siapa
- Bab 14 Ini Semua Tidak Buruk (1)
- Bab 15 Ini Semua Tidak Buruk (2)
- Bab 16 Siapa itu
- Bab 17 Hidup Manusia Hanya Berapa Puluh Tahun
- Bab 18 Kopi Nona Lim
- Bab 19 Bagaimana Kamu Melihatnya
- Bab 20 Sehati
- Bab 21 Kamu Benar-Benar Berkemampuan
- Bab 22 Curiga
- Bab 23 Ternyata Penyebabnya Adalah Ini
- Bab 24 Cinta Ibu Sama Semua
- Bab 25 Pohon Parasol
- Bab 26 Muntah
- Bab 27 Mencari Alasan (1)
- Bab 28 Mencari Alasan (2)
- Bab 29 Asap Bertebaran
- Bab 30 Pacar Baru
- Bab 31 Memerah
- Bab 32 Mengejar
- Bab 33 Suka Rasa Stroberi
- Bab 34 Menangis Dengan Getir
- Bab 35 Persoalan Secarik Kartu
- Bab 36 Pertemuan Secara Tidak Sengaja
- Bab 37 Kepahitan Dalam Cinta
- Bab 38 Bibi Yang Menyebalkan
- Bab 39 Kupu-Kupu Keluar Dari Kepompong
- Bab 40 Apakah Kamu Benar Adalah Asmi
- Bab 41 Anisa Terluka
- Bab 42 Perselisihan
- Bab 43 Berangkat
- Bab 44 Satu Kali Pertemuan
- Bab 45 Tidak Nyaman Dengan Tempat Baru
- Bab 46 Gaun Ungu
- Bab 47 Acara Pesta
- Bab 48 Tokoh Utama
- Bab 49 Drama Korea
- Bab 50 Olahraga Pagi
- Bab 51 Sound Of Silence
- Bab 52 Hari Terakhir Di Korea
- Bab 53 Tidak menarik
- Bab 54 Sebuah lingkaran merah
- Bab 55 Meminta Ijin
- Bab 56 Hamil
- Bab 57 Periksa Dan Pelajari
- Bab 58 Hidup Bersama Dengan Damai
- Bab 59 Pahitnya Hati
- Bab 60 Pesta Keluarga
- Bab 61 Bertengkar Hebat
- Bab 62 Cinta Asmi Sumirah
- Bab 63 Sembarangan Menjodohkan
- Bab 64 Pertama Kali Ke Rumah Asmi
- Bab 65 Minum Alkohol
- Bab 66 Pertemuan
- Bab 67 Asap Hijau
- Bab 68 Perpisahaan
- Bab 69 Rencana Yang Tidak Berniat Bagus
- Bab 70 Bangsal
- Bab 71 Enggan
- Bab 72 Mimpi Buruk
- Bab 73 Berjaga Malam
- Bab 74 Air Mata
- Bab 75 Memperbaiki Suasana Hati
- Bab 76 Sikap Makan
- Bab 77 Perusahaan Dargo
- Bab 78 Masalah Anak
- Bab 79 Konfirmasi Kecelakaan Mobil
- Bab 80 Susah Untuk Menerima
- Bab 81 Sangat Kecewa
- Bab 82 Kebahagiaan Yang Sederhana
- Bab 83 Mempertanyakan
- Bab 84 Kebenaran
- Bab 85 Ke Utara
- Bab 86 Gunung Es Meleleh
- Bab 87 Menghilang
- Bab 88 Balas Surat
- Bab 89 Nama Yang Sangat Tidak Asing
- Bab 90 Pulang Negeri
- Bab 91 Bertemu Dengan Sahabat Lama
- Bab 92 Acara Pernikahan
- Bab 93 Cantik dan Menawan
- Bab 94 Perjamuan Malam
- Bab 95 Pulang Rumah
- Bab 96 Pergi Ke Kuburan
- Bab 97 Bingung
- Bab 98 Konser
- Bab 99 Badai Konferensi Pers
- Bab 100 Baunya