Asisten Wanita Ndeso - Bab 3 Penyanyi Misterius
Kegelapan malam perlahan menyelubungi, sinar lampu yang cantik mulai menerangi, lampu-lampu reklame menyoroti.
Dalam bar di hotel terbesar kota T masih belum malam juga sudah luar biasa ramai, dengan beragam irama musik, di bawah sinar lampu sorot, semua orang menggoyangkan badan dengan gila-gilaan.
Suara tos gelas, suara canda, dan juga suara bermain tebakan jari yang kuat, kacau balau.
Tiba-tiba, cahaya lampu gelap seketika, semua suara berhenti, gerombolan orang yang menari juga jadi diam.
Dari belakang bar perlahan terdengar sebuah senandung lembut, selanjutnya adalah nyanyian solo yang jernih seperti air mengalir, mengandung sedikit suara serak yang menarik membuat orang mabuk berat.
Tidak lama sebelumnya bar ini datang seorang penyanyi yang sangat misterius, belum ada orang yang pernah melihat wajah asli wanita itu, hanya tahu, suara wanita itu sangat murni, sangat jernih, seakan memiliki semacam kekuatan untuk menenangkan hati orang.
Semenjak setelah penyanyi ini datang kemari, arus orang di bar bertambah satu kali lipat lebih, dan juga masih tidak berhenti bertambah.
Suara nyanyian agak sedih tak beralasan, mengandung sedikit harapan gadis muda terhadap masa depan, menyerbu hati orang.
Sekujur tubuh bersetelan warna hitam, rambut dikepang dua, Asmi mengenakan kaca mata berbingkai hitam menggenggam mic, agak memejamkan mata, suara yang jernih perlahan mengalir keluar dari mulut, membuat orang mabuk berat.
Selesai satu lagu, Asmi meletakkan mic, dengan gesit membalikkan badan, bersiap pergi, dia tidak suka tempat ini, begitu membalikkan badan kelihatan pria yang bersandar di samping pintu.
Pemilik bar Darto mengenakan jaket kulit warna coklat, celana jeans yang longgar merupakan pria yang agak sembarangan, rambut yang panjang diikat ekor kuda, wajah agak berpembawaan seperti seniman, terlebih lagi lubang celana jeans yang memperlihatkan bulu kaki, hanya saja jaket kulit itu terlalu norak sebaliknya membuat penampilan ini terlihat jadi tidak kontras, saat ini Darto bersandar miring di samping pintu, kebetulan menghalangi jalan Asmi .
Di bawah kacamata berbingkai hitam sinar mata Asmi agak gundah, wanita itu hari ini harus pulang untuk memperbaiki suasana hati, besok pasti tidak boleh membuat masalah lagi, tapi, dia sekarang harus mendapatkan gaji, kalau tidak, bagaimana melunasi kerabat yang menagih hutang itu.
Sebelumnya juga sudah janji, kalau dia ingin pergi sewaktu-waktu boleh pergi.
Menyampingkan kepala, tidak mengerti melihat Darto.
“Hari ini hanya nyanyi satu lagu?” Darto menyalakan sebatang rokok, menghembuskan asap rokok, pria itu selalu merasa Asmi sangat aneh, jelas-jelas… ais, sebetulnya seperti ini juga lumayan bagus, waktu itu juga tidak sengaja kelihatan, lalu selalu tidak bisa melupakan.
Asmi mengangguk, datang ke sini menyanyi itu agar bisa lebih cepat melunasi hutang-hutang itu, kalau bukan karena ini, berdasarkan sifatnya yang suka ketenangan, pasti tidak akan datang ke tempat yang sangat riuh ini.
Darto menyipitkan mata menyoroti Asmi dari atas ke bawah, suaranya sangat bagus seperti ini, tidak jadi artis, sayang sekali, kalau dia bersedia, dirinya bisa bantu, hanya saja, harus sebagai wanitanya.
“Kamu…. apa perlu bantuan? Asal kamu beritahu, bantuan apapun, aku bisa bantu.” Darto mengingatkan, pria itu sudah menyampaikan dengan sangat jelas, asal Asmi bersedia, pria itu bisa memeliharanya, bahkan kalau wanita itu tidak bersedia menyanyi, juga boleh tidak menyanyi.
Asmi mengedipkan mata, apa maksudnya? Bantuan? Mengapa dia mau pria itu membantunya? Di dunia ini, selamanya tidak akan ada makan siang gratis, wanita itu sangat jelas.
“Tidak perlu, aku bisa.” Terhadap masalahnya sendiri, Asmi selalu suka mengerjakannya sendiri.
Darto agak kecewa, “Kamu….”
Asmi memandangi pria itu tidak mengerti, apa masih ada hal lainnya? Kenapa terbata-bata.
“Tidak apa-apa, ini gaji untuk beberapa waktu ini…. setengah.” Darto mengeluarkan sebuah amplop dari dalam kantongnya, menyembur keluar dari hidung segumpal asap rokok yang kental, “Seperti yang sudah disepakati sebelumnya, saat kamu tidak ingin menyanyi lagi, saat itu juga setengahnya akan diberikan ke kamu.”
Asmi menerima, berterimakasih dengan datar, yang dia bawa untuk bar ini, yang pasti tidak hanya 10x lipat atau 100x lipat dari pendapatannya ini, dia menerima uang ini, dengan sepantasnya.
Darto melihat dari kejauhan jari Asmi yang putih itu, menelan air ludah, diam-diam menggelengkan kepala, dirinya semakin tidak memiliki ketenangan lagi, memandang dari kejauhan bayangan Asmi yang pergi, pandangan mata yang dalam.
Kenapa dirinya tidak tega turun tangan? Sebenarnya apa yang sedang dipikirkannya, wanita yang datang ke sini, ada berapa yang suci? Kenapa pria itu bisa merasa wanita itu suci sekali, dia tidak tega untuk merusak?! Sungguh merupakan lelucon! Jelas-jelas sangat mau, masih berpura-pura jadi orang yang bersopan santun!
Langsung membuang rokok ke lantai, Darto dengan ganas menginjak dan mematikan api rokok, Darto dirinya bukanlah orang yang baik dan bersopan santun, juga tidak ingin menjadi orang baik dan bersopan santun! Dalam otaknya mengambang keluar gambaran Asmi tadi yang bernyanyi memejamkan mata, lengkungan dagu yang sangat sempurna, tidak bisa menahan perut bagian bawah menegang….
Darto tahu, “giok cantik” ini cepat lambat pasti akan ditemukan orang, kalau tidak segera mendapatkannya, takutnya bisa akan kehilangan kualifikasi.
Asmi menggenggam erat amplop surat di tangan tidak berapa lama lagi, dia akan bisa melunasi hutang-hutang itu, tidak akan ada orang yang menunjuk foto mendiang orangtuanya dan marah dengan kata-kata yang tidak enak didengar lagi, dia adalah putri asuh, lantas kenapa, wanita itu justru mau membuktikan, keputusan orangtua asuhnya dulu untuk membesarkannya itu tidak salah!
Suara nyanyian Asmi sudah berakhir, terlebih dahulu di dalam bar adalah suara tepuk tangan yang hangat, perlahan kembali jadi ramai lagi, tidak sedikit pria muda yang berminat pergi ke atas panggung menanyakan nomor telpon penyanyi misterius ini, sayangnya sama seperti setiap hari Asmi datang menyanyi kembali tanpa ada hasil.
Di kejauhan, di pojok bar Tanu masih tenggelam di dalam suara nyanyian seperti seruling itu, semenjak setelah penyanyi ini datang ke sini, hampir setiap hari pria itu datang ke bar ini untuk mendengarkan wanita itu menyanyi, meski setiap hari hanya satu lagu, tapi suara nyanyiannya itu sungguh sangat layak untuk membuat pria itu bergejolak, kalau bisa berkenalan dengan orang seperti ini, betapa bagusnya!
Tidak tahu kenapa, suara nyanyian hari ini, pria itu tiba-tiba tanpa beralasan teringat dengan teman baiknya Fredo Fajar, kalau dia ke sini dan kedengaran suara nyanyian ini, apa bisa tergiur dengan suara ini, apa bisa membuat wajahnya jadi lebih lembut?
Setelah mengambil keputusan, Tanu langsung berdiri, kalau ada kesempatan pasti harus memanggil Fredo datang untuk mendengar bunyi seruling yang indah ini.
Keesokan hari, Asmi pagi sekali sudah datang ke kantor, masih berpakaian seperti kemarin, hanya saja bajunya jadi berwarna hitam.
Langsung ada berita yang menyebar, sekretaris CEO berubah jadi wanita yang sangat jelek sekali tidak ada tandingan, juga adalah sekretaris yang ditunjuk oleh calon istri CEO, saat itu kondisinya disebarkan dengan sangat nyata sekali, bahkan sampai pandangan mata seperti apa dan gerakan seperti apa digambarkan juga detil tiada tanding.
“Apa kalian tahu, dengar-dengar kali ini sekretaris CEO Marini tidak perlu ganti orang lagi.”
“Apa? Apa benar? Ayo katakan, dapat berita darimana, bukannya sekretaris Liu baru berhenti? Katanya hari itu cap telapak tangan di wajah wanita itu sangat jelas sekali!”
“Tentu saja sungguhan, putri kecil dari adik bibinya kakak sepupuku yang mengatakan, kemarin dia juga kebetulan ada….”
“Apa sejelek itu? Sampai bisa membuat orang takut?” Karyawan muda yang baru menempuk dada, agak bimbang, kalau benar jelek seperti itu, CEO juga sungguh kasihan sekali.
Berita dengan sangat cepat tersebar ke telinga Tanu, Tanu agak penasaran, tentang teman baiknya yang bergonta-ganti sekretaris, pria itu sebenarnya juga agak simpati, sebagai teman baik Fredo, pria itu tentu saja tahu Fredo tidak sabar, tapi pria itu sungguh ingin menolak namun tak bisa, tapi, wanita yang sangat jelek yang diatur oleh Anisa itu bisa seperti apa yah?
Novel Terkait
My Charming Lady Boss
AndikaInnocent Kid
FellaPengantin Baruku
FebiHabis Cerai Nikah Lagi
GibranLove And War
JaneMenunggumu Kembali
NovanSiswi Yang Lembut
Purn. Kenzi KusyadiAsisten Wanita Ndeso×
- Bab 1 Sekretaris ke-29
- Bab 2 Perolehan Yang Tak Terduga
- Bab 3 Penyanyi Misterius
- Bab 4 Apa Benar Wanita Yang Jelek?
- Bab 5 Dengan Tidak Disengaja
- Bab 6 Menyelamatkan
- Bab 7 Permintaan Tidak Dipenuhi Terus Menjerat
- Bab 8 Ibu Kandung
- Bab 9 Cerita Belakang Layar
- Bab 10 Kelembutan Palsu
- Bab 11 Sasa Lin
- Bab 12 Perjamuan
- Bab 13 Menyiksa Siapa
- Bab 14 Ini Semua Tidak Buruk (1)
- Bab 15 Ini Semua Tidak Buruk (2)
- Bab 16 Siapa itu
- Bab 17 Hidup Manusia Hanya Berapa Puluh Tahun
- Bab 18 Kopi Nona Lim
- Bab 19 Bagaimana Kamu Melihatnya
- Bab 20 Sehati
- Bab 21 Kamu Benar-Benar Berkemampuan
- Bab 22 Curiga
- Bab 23 Ternyata Penyebabnya Adalah Ini
- Bab 24 Cinta Ibu Sama Semua
- Bab 25 Pohon Parasol
- Bab 26 Muntah
- Bab 27 Mencari Alasan (1)
- Bab 28 Mencari Alasan (2)
- Bab 29 Asap Bertebaran
- Bab 30 Pacar Baru
- Bab 31 Memerah
- Bab 32 Mengejar
- Bab 33 Suka Rasa Stroberi
- Bab 34 Menangis Dengan Getir
- Bab 35 Persoalan Secarik Kartu
- Bab 36 Pertemuan Secara Tidak Sengaja
- Bab 37 Kepahitan Dalam Cinta
- Bab 38 Bibi Yang Menyebalkan
- Bab 39 Kupu-Kupu Keluar Dari Kepompong
- Bab 40 Apakah Kamu Benar Adalah Asmi
- Bab 41 Anisa Terluka
- Bab 42 Perselisihan
- Bab 43 Berangkat
- Bab 44 Satu Kali Pertemuan
- Bab 45 Tidak Nyaman Dengan Tempat Baru
- Bab 46 Gaun Ungu
- Bab 47 Acara Pesta
- Bab 48 Tokoh Utama
- Bab 49 Drama Korea
- Bab 50 Olahraga Pagi
- Bab 51 Sound Of Silence
- Bab 52 Hari Terakhir Di Korea
- Bab 53 Tidak menarik
- Bab 54 Sebuah lingkaran merah
- Bab 55 Meminta Ijin
- Bab 56 Hamil
- Bab 57 Periksa Dan Pelajari
- Bab 58 Hidup Bersama Dengan Damai
- Bab 59 Pahitnya Hati
- Bab 60 Pesta Keluarga
- Bab 61 Bertengkar Hebat
- Bab 62 Cinta Asmi Sumirah
- Bab 63 Sembarangan Menjodohkan
- Bab 64 Pertama Kali Ke Rumah Asmi
- Bab 65 Minum Alkohol
- Bab 66 Pertemuan
- Bab 67 Asap Hijau
- Bab 68 Perpisahaan
- Bab 69 Rencana Yang Tidak Berniat Bagus
- Bab 70 Bangsal
- Bab 71 Enggan
- Bab 72 Mimpi Buruk
- Bab 73 Berjaga Malam
- Bab 74 Air Mata
- Bab 75 Memperbaiki Suasana Hati
- Bab 76 Sikap Makan
- Bab 77 Perusahaan Dargo
- Bab 78 Masalah Anak
- Bab 79 Konfirmasi Kecelakaan Mobil
- Bab 80 Susah Untuk Menerima
- Bab 81 Sangat Kecewa
- Bab 82 Kebahagiaan Yang Sederhana
- Bab 83 Mempertanyakan
- Bab 84 Kebenaran
- Bab 85 Ke Utara
- Bab 86 Gunung Es Meleleh
- Bab 87 Menghilang
- Bab 88 Balas Surat
- Bab 89 Nama Yang Sangat Tidak Asing
- Bab 90 Pulang Negeri
- Bab 91 Bertemu Dengan Sahabat Lama
- Bab 92 Acara Pernikahan
- Bab 93 Cantik dan Menawan
- Bab 94 Perjamuan Malam
- Bab 95 Pulang Rumah
- Bab 96 Pergi Ke Kuburan
- Bab 97 Bingung
- Bab 98 Konser
- Bab 99 Badai Konferensi Pers
- Bab 100 Baunya