Asisten Wanita Ndeso - Bab 65 Minum Alkohol

Setelah makan dan membereskan barang, jarak ke jam kerja masih cukup lama, Asmi teringat pada Sasa yang ingin membungkus makanan.

“ Sasa, aku ada membuat saus kaldu lebih. Apakah kamu benar mau bungkus?” Asmi sedang membereskan di dapur, dia berpikir kalau Sasa benar-benar ingin membungkus makanan pulang, dia akan membantunya membungkuskannya.

“Ok.” Begitu Sasa mendengarnya, dia langsung berlari kearah dapur, godaan makanan enak sangat berpengaruh untuknya. Dia melihat Asmi membungkus semua saus kaldu yang tersisa untuknya “Cukup untuk kamu makan beberapa hari, tapi jangan hanya makan mie, bisa bosan.” Asmi bergurau.

“Iya tahu, Nona besar Sumirah, oh bukan, seharusnya nona besar Fajar, margamu ganda, aku paling suka marga ganda, entah itu Bae atau Rin semua terdengar indah, entah kenapa margaku bukan ganda?” Sasa terlihat kebingungan, membuat Asmi yang melihatnya ingin tertawa.

Apa daya, Sasa selalu bisa membuat suasana menjadi hidup, bersama dengannya, jangan khawatir tidak bisa tertawa, asalkan dia membuka mulutnya, orang disekitarnya akan tertawa.

“Para nona, kita sudah boleh jalan sekarang? Kalau tidak akan terlambat nantinya.” Tanu melihat jam tangan, dia sungguh tidak ingin mengganggu sepasang kawan baik ini, namun dikantor tetap harus absen setiap paginya, begitu terlambat akan mendapat potongan satu hari gaji.

Dia tidak ingin mereka bertiga dihukum, Sasa dan Asmi segera membawa tas dan berangkat. Hujan diluar sungguh deras. Di rumah Asmi ada tiga payung, semuanya terpakai.

Mereka bertiga masing-masing membawa payung berjalan menuju ke mobil Tanu, hujan begitu lebat, tetesan air hujan menetes dari ujung payung, sesekali menetes diatas tubuh orang yang berada dibawah payung. Hari ini Sasa mengenakan satu set baju training milik Asmi, mengenakan sepatu olahraga dandanan Asmi hari ini juga kurang lebih sama dandanan mereka seperti ini cukup membantu dicuaca hujan seperti ini, paling tidak kakinya tidak akan basah.

Namun berbeda dengan Tanu, dia tetap mengenakan setelan jasnya, kalau langsung ke kantor masih jauh lebih baik, dia bisa langsung menuju kantor dari basement, sedikitpun tidak akan terkena air hujan, namun tidak menyangka akan datang kesini, dia juga tidak menyangka hujan akan semakin lebat.

Akhirnya sampai di mobil Tanu, Tanu merasa kaus kakinya sudah basah oleh air hujan, sudah lama dia tidak merasa basah seperti itu, apa daya, asalkan bisa membuat Sasa senang, meskipun harus mendaki gunung pisau ataupun turun ke lembah minyak yang mendidih pun dia bersedia.

Dijaman sekarang ini, gadis seperti Asmi dan Sasa sudah langka, dia tidak bisa membiarkan orang lain merebut kesempatan ini.

Mobil perlahan bergerak di jalanan, jendela mobil sudah tidak begitu jelas, rintik hujan yang deras jatuh diatas kaca mobil.

“Negara ini harusnya membuat sebuah kebijakan, asalkan hujannya melebihi 50 mm maka tidak perlu berangkat kerja.” Sasa memegang bagian celananya yang sedikit basah sambil mengeluh, memang benar, setiap karyawan kantoran pasti berharap ketika cuaca hujan dan bersalju tidak perlu berangkat kerja.

“Jangan mimpi, kecuali kamu menjadi Presdir di perusahaan, maka kamu bisa saja mengatakan ini. Minimal kamu tidak perlu datang, suruh saja semua karyawanmu datang.” Tanu tersenyum melihat Sasa yang berpikiran begitu naïf.

“Baiklah, aku akan bekerja keras dan menjadikan ini sebagai target, ketika itu kalian harus ingat untuk datang bekerja denganku ya, aku pasti akan membuat kebijakan ini, asalkan ramalan cuaca mengatakan keesokan harinya meramalkan curah hujan sedang sampai lebat, aku pasti akan meliburkan semuanya.” Sasa berkata sambil mengkhayal, namun mungkinkah hal ini terjadi?

Kalau ayahnya tidak mati kesal karenanya baru aneh. Sasa bergumam dengan serius, namun Asmi hanya terdiam disana, dia sedang membayangkan apa yang akan terjadi hari ini.

Sekarang dia merasa apa yang dikatakan Sasa sangat bagus, semoga hari ini Fredo tidak datang ke kantor, asalkan dia tidak datang, maka semuanya akan mudah dihadapi.

Setibanya di kantor “ Sasa, aku dan Asmi absen dulu, kamu tunggulah di mobil.” Tanu menghentikan mobil di parkiran, meskipun sedikit lebih jauh namun tidak akan bawah terkena hujan.

“Aku ikut bersama kalian saja, aku masih belum pernah melihat lingkungan kerja kalian.” Sasa ikut turun bersama Asmi, hanya parkiran Marini Group saja sudah jauh lebih baik berkali lipat dibandingkan dengan Group Lin, nanti saat kembali dia harus menceritakannya pada ayahnya.

Asmi melihat jam tangan, waktunya pas, mereka bertiga berjalan kesamping lift “Sungguh tidak disangka, Asmi, aku sungguh menemukan harta karun.” Sasa berkata sambil tersenyump ada Asmi “Kamu adalah harta karunku itu.”

Asmi dan Sasa tersenyum, benar, bukankah mereka adalah harta karun masing-masing?

Disamping ada sepasang suami dan istri yang lewat, Asmi tidak peduli, meskipun dikatakan tanpa niatan lain, yang mendengar malah perduli dengan apa yang didengar, yang lewat disamping mereka adalah Fredo dan Anisa, Fredo mendengar apa yang Sasa katakan, dia menoleh untuk melihat Asmi, dia sedang tersenyum dengan begitu gembiranya.

Iya benar, dia punya alasan yang kuat untuk tersenyum, dia sudah hampir masuk ke dalam Group International terbesar di kota ini, apa lagi yang membuatnya tidak puas? Ada kebencian yang sangat besar terpancar dari sudut mata Fredo.

Sementara Anisa sama sekali tidak perduli, kemarin siang dia ikut Fredo kembali ke rumah Fredo, namun dia tidak punya keberanian untuk masuk, sehingga ia hanya menunggu disamping.

Dia sama sekali tidak bisa mendengar apapun dari luar, namun dia juga merasa tidak rela hanya menunggu diluar, 10 menit, 20 menit, setengah jam, dia sudah hampir tidak punya kesabaran untuk terus menunggu lagi.

Dia melihat pintu terbuka, Fredo keluar dari dalam dengan wajah yang begitu kesal, awalnya dia bisa ikut datang bersama Fredo, siapa yang menyangka dia akan menunggu disana begitu lama, kakinya sampai keram dan tidak bisa digerakkan.

Setelah Fredo mulai menjalankan mobil, dia segera naik ke mobilnya sendiri, dengan kecepatan yang sangat cepat menuju ke pusat kota, baru berjalan tidak jauh, dia sudah menemukan mobil Fredo, dia perlahan melambat dan berada dibelakangnya, akhirnya ia mengikuti Fredo ke sebuah bar.

Berdasarkan apa yang dia pahami tentang Fredo, Fredo sama sekali tidak bermain di bar, juga tidak suka pergi ke bar, dia sangat tidak suka dengan tempat seperti ini, tetapi, kenapa hari ini dia kesana? Ada lagi, dimana Asmi yang ikut ke villa bersamanya?

Membawa pertanyaan yang begitu banyak, Anisa mengikutinya sampai ke bar, hari ini dia harus menanyakan dengan jelas kepada Fredo, dia juga harus membuat Fredo tahu seberapa besar pengorbanannya.

Ketika Anisa menemukan Fredo, Fredo sudah menenggak dua botol wine, Anisa tahu kemampuan Fredo, dua botol wine sama sekali bukan apa-apa bagi Fredo. Anisa duduk disamping Fredo, dia melambaikan tangannya dan seorang bartender langsung datang menghampiri.

“Berikan aku sebotol wine lagi, aku mau yang paling bagus.” Anisa merasa asalkan Fredo minum sedikit lebih banyak baru bisa mengatakan apa yang mengganjal di hatinya.

“ Anisa, aku tahu apa yang ingin kamu lakukan. Kamu ingin membuatku mabuk? Kuberitahu ya, kamu masih bukan tandinganku.” Mata Fredo yang dalam melihat kearah Anisa, hanya dengan satu lirikkan saja Fredo sudah bisa membaca apa yang Anisa pikirkan, membuatnya tidak tahu apakah dia harus melanjutkan rencananya atau tidak.

“Ayo, kita minum, aku akan memberitahumu apa yang terjadi hari ini.” Fredo minum satu gelas lagi, dia menunjuk gelas Anisa, Anisa juga langsung menghabiskannya dalam satu tegukan.

“Kemampuan minum yang cukup bagus.” Fredo menuangkan satu gelas lagi untuk Anisa “Setelah meminum gelas ini, aku akan langsung memberitahumu apa yang terjadi.” Fredo menatap Anisa dengan lurus, dia tahu Anisa pasti akan meminumnya.

Anisa berpikir kenapa Fredo terus menyuruhnya minum? Jangan-jangan? Berpikir sampai disini Anisa merasa semakin senang, dia ingin sekali Fredo melakukan sesuatu padanya? Biasanya Fredo selalu mengacuhkan dirinya, meskipun dia melakukan sesuatu pada Fredo, lalu kenapa.

Bukankah itu yang selalu dia inginkan? Sebagai wanita Fredo, Anisa mengangkat gelas dan menenggaknya dalam satu teguk.

“ Asmi adalah adikku.” Fredo kembali menghabiskan minuman di gelasnya “Dia merupakan adik dari wanita lain.” Tenggorokkan Fredo dibuat sedikit serak karena alkohol.

Dia tidak tau hal ini harus membuatnya senang atau sedih, harus bagaimana menghadapinya, hatinya sekarang sudah mulai suka pada Asmi, asalkan melihat Asmi yang sedang bekerja disana, hatinya langsung menjadi sangat tenang, namun disisi lain, dia juga merasa hati Asmi begitu dalam dan sulit diterka.

Bahkan Tanu yang begitu cerdas saja bisa dia permainkan dengan mudah dan juga gadis bernama Sasa yang berada disisinya, itu juga bukan orang yang mudah.

Anisa mengerjapkan matanya yang besar, dia tidak percaya apa yang dikatakan Fredo adalah kenyataan, reaski otaknya yang pertama adalah, kalau sampai menyinggung adik Fredo, bagaimana kehidupannya selanjutnya?

“Tetapi aku tidak akan mengakui dia sebagai adikku.” Fredo meletakkan gelas diatas meja bar dengan keras, sampai botol wine yang ada diatas meja ikut bergetar.

Anisa tetap tidak mengerti, dia membiarkan Fredo berbicara sendiri disana “Seorang pria mengkhianati seorang wanita, hanya anak haram yang dilahirkan diluar sana saja, aku tidak akan mengakuinya, dalam hatiku hanya ada kebencian, kalau bukan ibu dari anak haram itu, mungkin ibuku tidak akan tenggelam dalam kesedihan.” Fredo menggenggam gelas ditangannya, seolah gelas itu adalah Asmi.

“Aku sudah tahu, ternyata Asmi adalah anak haram, begitu melihatnya saja sudah tahu kalau dia bukanlah orang yang baik, ternyata begitu.” Ucap Anisa menuruti apa yang Fredo ceritakan.

“Ayahku malah ingin membiarkannya masuk ke dalam perusahaan dan ikut mengelola perusahaan, apakah dia pantas? Meskipun dia juga anak ayah lalu kenapa, apa yang pernah dia lakukan untuk Marini Group?” Fredo meminum satu gelas lagi dengan perasaan sedih.

“Kak Fredo jangan marah, kita pasti punya cara untuk menghadapinya, sekarang perusahaan ini adalah milikmu, kamu yang memegang kendali, dia tidak akan bisa apa-apa.” Batu yang mengganjal di hati Anisa sudah dilepaskan, dia tahu Asmi adalah adik Fredo, paling tidak dia tidak akan merebut Fredo darinya.

Namun dia semakin membenci Asmi, tiba-tiba muncul dan ingin berebut harta dengan Fredo, ini tidak bisa dia biarkan, Fredo merupakan orang yang dia andalkan kelak.

Novel Terkait

Predestined

Predestined

Carly
CEO
4 tahun yang lalu
Seberapa Sulit Mencintai

Seberapa Sulit Mencintai

Lisa
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Cinta Tak Biasa

Cinta Tak Biasa

Susanti
Cerpen
4 tahun yang lalu
Precious Moment

Precious Moment

Louise Lee
CEO
3 tahun yang lalu
My Charming Lady Boss

My Charming Lady Boss

Andika
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Awesome Husband

Awesome Husband

Edison
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Jika bertemu lagi, aku akan melupakanmu

Jika bertemu lagi, aku akan melupakanmu

Summer
Romantis
4 tahun yang lalu
The Richest man

The Richest man

Afraden
Perkotaan
4 tahun yang lalu