Asisten Wanita Ndeso - Bab 46 Gaun Ungu

Asmi tinggal di sebuah kamar yang paling ujung dari hotel ini dengan jendela yang menghadap ke jalanan. Jalanan di Korea sangat bersih, juga tidak seramai jalanan di dalam negeri. Asmi bersandar di jendela sambil memandang jalanan di luar.

Asmi merasa sangat menikmati kehidupan seperti ini, jalanan yang sepi, kerumunan orang yang hening dan kehidupan yang tenang, semua ini sangat disukai oleh orang Korea.

Penataan interior di dalam kamar sangat bernuansa Korea, ini juga sangat disukai oleh Asmi. Wallpaper bermotif bunga dan perabot rumah tangga berwarna putih. Asmi merasa seperti berada di dalam kamarnya sendiri, begitu familiar.

Asmi berbaring di atas kasur, hari ini dia sungguh lelah sekali, dia sudah bangun sejak pukul enam pagi dan sekarang sudah hampir pukul lima sore. Di pesawat, Fredo berkata bahwa malam ini tidak disediakan makan malam, tetapi malam ini ada acara pesta di hotel. Tidak tahu apakah benar seperti itu, jika benar, maka tamatlah dirinya.

Segera, Asmi pun terlelap. Samar-samar, dia memimpikan dirinya sedang berlibur di Jeju, tempat paling indah di Korea. Sepertinya dia bersama dengan seorang pria, tetapi dia tidak bisa melihat wajahnya dengan jelas, pria itu terasa mirip dengan Fredo, tetapi juga tidak. Asmi tidur selama satu jam lebih.

Hingga mendengar ada orang yang mengetuk pintu kamarnya, barulah Asmi terbangun dari mimpi. Pada waktu ini, hari masih belum terlalu gelap, apakah ada yang datang memanggilnya pergi makan? Dia tahu bahwa di hotel bintang lima seperti ini, akan ada orang yang datang memanggilmu untuk segala hal, terutama di perusahaan cabang mereka, ada orang yang senantiasa mengingatkan orang-orang.

Asmi membuka pintu kamar dan melihat itu adalah orang perusahaannya sendiri, tetapi dia tidak mengenalnya “ Sekretaris Sumirah, tidak ada makan malam pada sore hari ini, tetapi ada acara pesta malam pada pukul tujuh nanti malam, CEO meminta kita semua untuk berpakaian cantik, jangan memalukan perusahaan, malam ini adalah malam persahabatan dengan orang dari perusahaan cabang.” Samar-samar Asmi ingat bahwa wanita ini sepertinya adalah Kepala Departemen Humas di perusahaan, tetapi dia tidak ingat dengan namanya.

Setelah wanita itu pergi, Asmi masuk kembali ke dalam kamar. Tiba-tiba, ponselnya berdering, melihat itu adalah nomor asing dan teringat dia sedang berada di Korea, maka Asmi tidak ingin mengangkatnya. Tetapi nomor ini sangat gigih dan menelepon berulang kali.

Akhirnya Asmi tidak tahan dan mengangkat telepon, dia mengira itu adalah bibinya yang mencarinya lagi untuk meminta uang karena sudah kehabisan uang. Bibinya adalah penjudi judi kronis, dia selalu pergi berjudi, ketika uangnya sudah habis, maka dia akan mencari Asmi untuk meminta uang.

Asmi tidak tahu seberapa banyak uang yang diberikan ibu kandungnya kepada bibi, dia sudah lama sekali tidak mencarinya.

“Halo.” Asmi berkata dengan nada tidak sabar, nomor yang tidak disimpan di ponsel pasti bukan teman atau sahabat baik darinya. Asmi tidak asal menyimpan nomor di ponselnya.

“Jika kamu terus tidak mengangkat telepon, aku akan datang ke kamarmu.” Terdengar suara Fredo yang rendah dari ujung telepon sebelah sana dan hati Asmi langsung melonjak ke pangkal tenggorokan.

“Kenakan gaun ungu itu malam ini, gaun yang aku suruh Anisa berikan padamu, kamu harus mengenakan gaun itu, apakah kamu mendengarku?” Tidak menunggu Asmi menjawab, Fredo langsung menutup telepon.

Asmi menganga dan tidak sempat bereaksi.

“Kamu harus mengenakan gaun ungu itu.” Suara Fredo ternyiang-nyiang di telinga Asmi, mengapa dia mengharuskan aku mengenakan gaun itu?

Gaun itu sama sekali bukan milikku, itu adalah milik Anisa dan Fredo memberi gaun itu padaku dengan paksa. Asmi belum pernah menghadiri acara pesta malam.

Kali itu dia juga ditarik dengan paksa oleh Sasa pergi menghadiri acara pesta malam, yaitu malam di mana dia diperkosa oleh Fredo. Dia merasa dirinya sudah memiliki bayangan gelap terhadap acara pesta malam.

Dia tidak akan membiarkan Fredo berhasil lagi, kalaupun dalam hatinya memikirkan Fredo, dia juga tidak ingin dipaksa.

Asmi mengeluarkan gaun ungu panjang itu dari dalam tas dan menggantungnya, tekstur dari gaun itu sangat baik sehingga harus digantung. Asmi mengamati gaun itu dengan cermat, sungguh indah sekali. Warna ungu gaun itu adalah warna yang dia sukai, sekaligus juga warna kesukaan Fredo.

Asmi berpikir, bagaimana seharusnya dia mengkombinasikan gaun ini agar tidak membuat Fredo malu di depan umum?

Sebenarnya apa hubungannya penampilan dia dengan Fredo? Dia hanyalah sekretaris Fredo, bukanlah apa-apa, paling-paling juga hanya memalukan Marini Grup saja.

Asmi melihat sepatu dan aksesoris yang dikeluarkan dari dalam tasnya, lalu mengkombinasikan pakaian sesuai dengan instruksi yang diajarkan Sasa.

Sepatu yang diberikan Sasa semuanya adalah sepatu flat, hanya ada sepasang yang bertinggi sedang. Dia pernah membaca majalah busana bahwa tidak ada efeknya jika mengenakan sepatu flat untuk gaun panjang.

Asmi merasa dirinya hanya bisa mengenakan sepatu hak sedang itu. Warnanya hitam dan terlihat sederhana, Asmi menyukai desain yang sederhana itu.

Asmi mencoba mengenakan sepatu itu dan setelah berjalan beberapa langkah, dia merasa masih bisa dikuasai. Maka dia memutuskan untuk mengenakan sepatu ini pada nanti malam.

Karena bos Fredo sudah berkata, apa lagi yang bisa dia katakan? Demi muka Fredo dan demi Teto yang adalah ayah kandungnya, dia juga harus berpenampilan baik.

Kemudian, Asmi melihat aksesoris yang diberikan Sasa, jepitan kupu-kupu sudah tidak cocok lagi pada hari ini. Lalu dia menemukan sebuah pita di antaranya, sangat elegan dan juga berwarna ungu. Maka dia memutuskan untuk mengenakannya malam ini.

Setelah selesai memilih pakaian, teleponnya berdering lagi, itu adalah nomor yang sama. Asmi sudah tahu siapakah orang itu, yaitu Fredo.

“ CEO, apakah ada hal lain lagi?” Asmi bertanya dengan hati-hati, dia tidak tahu untuk apa Fredo mencarinya lagi.

“Terkadang cantik jika mengenakan sepatu flat dan terkadang tidak.” Setelah selasai berkata, Fredo langsung menutup telepon dan Asmi tetap tidak sempat bereaksi.

Mengapa selalu seperti ini? Asmi merasa kesal, Fredo menganggapnya sebagai apa, mengapa selalu memperlakukannya seperti itu? Datang dan pergi dengan hanya lambaian tangannya.

Fredo menganggap mereka sebagai apa? Asmi merasa kesal.

Tiba-tiba, teleponnya berdering lagi, tetapi bukan ponselnya, melainkan telepon dalam kamar. Asmi tidak tahu apakah itu masih dari Fredo, dia mengangkat telepon dengan kesal “Ada apa lagi?” Nada bicaranya sangat cepat, sepertinya orang itu tidak mendengar perkataannya.

“Asmi, apa yang kamu katakan, mengapa aku tidak mengerti? Apakah kamu sedang tidak senang?” Yang menelepon adalah Joe, Asmi sudah mengenalinya begitu mendengar suaranya.

“Apakah ini Kepala Departemen Harta, ada apa mencariku?” Asmi segera sadar kembali, dia tidak seharusnya berbicara dengan suara keras.

“Asmi, bisakah aku memanggilmu seperti ini?” Nada bicara Joe sangat lembut dan terasa nyaman di telinga Asmi. Dia adalah orang yang sangat sentimental, tentu saja sangat baik rasanya jika ada yang perhatian kepadanya.

Apalagi adalah orang yang sangat bersahabat dan juga begitu tampan, tentu Asmi tidak akan menolaknya.

“Tentu saja, Kepala Departemen Harta, kamu bisa memanggil namaku saja.” Asmi tersenyum tanpa berpikir banyak, dia mengira ini hanyalah perhatian antar rekan kerja.

“Asmi, aku melihat hari ini kamu sepertinya sakit maag, aku membawa obat maag, jika kamu memerlukan, beritahu aku saja, aku akan antarkan untukmu.” Joe sangat perhatian kepada Asmi dan memperhatikan setiap gerak-gerik Asmi, terutama melihat tampang Asmi yang tidak nafsu makan, hatinya terasa sakit.

“Terima kasih, Kepala Departemen Harta, aku tidak apa-apa, hanya penyakit lama saja, hanya perlu banyak minum air hangat, tidak perlu minum obat, terima kasih atas perhatianmu.” Asmi sangat terharu melihat Joe yang begitu perhatian kepadanya.

“Tidak apa-apa, jika ada masalah, kamu bisa beritahu aku kapanpun, aku pasti akan membantumu.” Suara Joe sangat berbeda dengan Fredo.

Joe senantiasa begitu perhatian dan sangat hangat, tidak seperti Fredo yang begitu bossy dan tidak terbantahkan.

Asmi menutup telepon, dia merasa sangat senang karena ada orang yang perhatian padanya, kalaupun Joe membawa niat tertentu, juga tidak apa-apa.

Asmi mulai mengemas barangnya sendiri, barangnya tidaklah banyak, hanya perlu menggantung pakaian yang perlu digantung ke dalam lemari pakaian. Lalu dia pergi mandi, barulah nanti akan mengenakan gaun ungu itu.

Dia merasa gaun itu begitu suci, tidak boleh dinodai oleh badannya yang kotor.

Setelah mandi, Asmi merasa jauh lebih lega, lalu dia mengenakan gaun ungu itu dengan hati-hati.

Awalnya ini adalah gaun milik Nona Anisa, pastilah berdasarkan postur tubuh Anisa, Asmi tidak tahu apakah cocok di badannya.

Asmi mengenakan gaun itu, dia bukanlah orang yang gemuk, seharusnya cocok. Benar saja cocok dan sangat cantik.

Asmi pun curiga bahwa dirinya salah melihat, apakah ini adalah dirinya? Apakah dia masih adalah bebek jelek itu? Jelas-jelas dia adalah angsa putih yang cantik adalah kupu-kupu yang cantik setelah metamorfosis kepompong.

Asmi terbengong, dia tidak berani mempercayai bahwa ini adalah kenyataan, ini bahwa ini adalah dirinya. Sudah bertahun-tahun lamanya dia terbiasa dengan dirinya yang jelek, dia tidak berani mempercayai bahwa dirinya begitu cantik.

Novel Terkait

Don't say goodbye

Don't say goodbye

Dessy Putri
Percintaan
5 tahun yang lalu
Cinta Seumur Hidup Presdir Gu

Cinta Seumur Hidup Presdir Gu

Shuran
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Cinta Tapi Diam-Diam

Cinta Tapi Diam-Diam

Rossie
Cerpen
5 tahun yang lalu
Get Back To You

Get Back To You

Lexy
Percintaan
4 tahun yang lalu
Jalan Kembali Hidupku

Jalan Kembali Hidupku

Devan Hardi
Cerpen
5 tahun yang lalu
My Only One

My Only One

Alice Song
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Love and Trouble

Love and Trouble

Mimi Xu
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Adieu

Adieu

Shi Qi
Kejam
5 tahun yang lalu