My Beautiful Teacher - Bab 62 Negosiasi
Ketika aku sangat mabuk, bahkan tidak tahu telah berhubungan dengan siapa, tentu aku tidak tahu situasi Fela saat ini.
Saat ini, dia sudah berada di sebuah kafe mulai bernegosiasi dengan Julian dan Tony.
“Fela, tidak tahu ada masalah apa mencari kami sepagi ini.” Julian minum seteguk kopi, bertanya sambil tersenyum.
Fela menunduk, menggigit bibir merah, pada akhirnya tetap memberanikan diri, mengangkat kepala mengatakan “Direktur Ming, Pak Tony, benar-benar maaf sekali, begitu pagi sudah memanggil kalian ke sini, aku memang ada sedikit masalah. Bisa bekerja sama dengan Direktur Ming, menjadi artis Star Music, aku benar-benar sangat senang. Tapi, kamu tahu, hubunganku dengan pacarku sangat baik, jika putus hanya karena masalah ini, aku benar-benar tidak bisa menerimanya, jadi bisakah kamu menggubah persyaratan kontrak, biarkan aku dan pacarku terus bersama. Sama seperti beberapa bintang film dan artis terkenal saat ini, sebelum mereka terkenal juga memiliki pacar, tapi selama mereka tetap memegang prinsip mereka, maka tidak akan dibicarakan oleh orang lain.”
Mendengar kata-kata ini, Julian dan Tony tertawa, memandang Fela dengan ekspresi seperti melihat lelucon.
“Apakah yang aku katakan tidak benar?” Fela sedikit tersipu malu, melihat ke arah mereka berdua.
“Nona Lala, pikiranmu terlalu sederhana terhadap industri hiburan ini, ingin bergelut dalam industri ini, bukan hanya mengandalkan kejujuranmu sudah bisa, jika semua artis berpikiran seperti dirimu, lalu untuk apa masih ada paparazzi? Tujuan paparazzi adalah mengubah udara menjadi angin, menulis angin menjadi hujan, menulis hujan menjadi badai pasir. Jadi walau seberapa bersih dan bermoralnya dirimu juga tidak berguna, belum lagi mengungkit soal masa lalu. Misalnya sebelum kamu terkenal memiliki seorang pacar, mungkin setelah mereka menggali semua informasi ini akan melaporkan bahwa artis XX telah menyembunyikan fakta bahwa dia telah menikah, sebenarnya siapa wajah asli mantan suaminya? Coba kamu lihat, hanya mantan pacar saja sudah dikatakan sebagai mantan suami. Kami paling takut dengan para paparazi itu, jadi sekarang artis yang akan dikontrak perusahaan tidak boleh memiliki pacar. Untuk itu kamu tidak perlu memikirnya lagi, kami tidak akan mengubah persyaratannya.”
Fela sangat tertekan setelah mendengar ini “Apakah sungguh tidak ada cara lain lagi? Jika memang ingin aku dan pacarku berpisah baru bisa tanda tangan kontrak dengan Star Music, lebih baik aku tidak menjadi artis saja.”
Ekspresi wajah Julian dan Tony berubah, Julian berkata “Fela, kamu jangan terlalu membawa perasaan dalam mengambil keputusan, jika benar-benar sudah menjadi artis, kamu ingin mencari berapa banyak pacar juga bisa, masih ada banyak kekayaan dan kemuliaan, para fans fanatik yang mendukungmu itu, mereka ada di setiap sudut dalam negeri ini, melihatmu mereka akan berteriak dan bersorak, mereka bahkan bisa menyanyikan satu atau dua lagumu, coba kamu pikirkan, betapa mulianya profesi ini, kamu bisa merebut hati penggemar yang tak terhitung jumlahnya, hanya berdasarkan ini saja, apakah masih tidak sepenting seorang pacar?”
Kata-kata Julian membuat Fela terdiam, ekspresinya sangat rumit.
Tony juga membujuk “Fela, aku tahu impianmu, yang kamu pedulikan adalah membiarkan semua orang di seluruh negeri bahkan seluruh dunia mendengar lagumu, berbagi musikmu dengan semua orang. Jika tidak bekerja sama dengan kami, bukan hanya tidak ada kesempatan, tapi harapan semacam ini juga sangat tipis. Aku membuat sebuah perumpamaan, jika kamu tidak memilih kontrak dengan Star Music, kesempatanmu untuk mewujudkan impianmu mungkin hanya 1% bahkan tidak sampai, tapi jika kamu menjadi artis dari Star Music, setidaknya kamu memiliki 10% peluang. Kamu pikirkan saja perbedaan besar ini. Aku berani menjamin, jika hanya demi pacarmu kamu tidak bekerja sama dengan kami, kelak pasti akan menyesal.”
Fela tidak bisa mengucapkan sepatah kata pun, memegang cangkir kopi, penampilannya cemas sekali.
Saat menghadapi pilihan yang begitu sulit, dia sama sekali tidak tahu harus memilih yang mana.
Impian adalah apa yang selalu dia nantikan, walaupun hanya hidup bersama Wenas selama dua bulan, tapi cinta tidak bisa diukur dengan uang dan waktu.
Mereka berdua tidak terburu-buru, sambil minum kopi, sambil melihat Fela dengan tenang.
Julian berkata “Begini saja, kamu tidak perlu begitu cepat memberi kami jawaban, aku beri kamu waktu tiga hari untuk mempertimbangkannya, setelah berpikir jelas baru meneleponku, bagaimana?”
Saat mengucapkan kata-kata ini, wajah Julian penuh percaya diri, karena dia sedikit pun tidak khawatir Fela akan menyerah.
Masyarakat saat ini, takutnya tidak ada orang yang tidak ingin menjadi artis, meskipun ada beberapa orang yang mengatakan tidak ingin, itu karena tidak memiliki persyaratan dan kemampuan.
Menghadapi godaan yang begitu besar, tidak ada orang yang bisa menolaknya, bahkan dirinya juga begitu, apalagi seorang gadis kecil yang berusia dua puluhan.
Tidak menyangka Fela malah menarik nafas dalam-dalam, berdiri, lalu mengatakan “Terima kasih atas niat baik dari Direktur Ming dan Pak Tony, aku sudah mempertimbangkannya, sekarang juga akan memberi kalian jawaban, aku tidak akan menandatangani kontrak, aku memilih tetap bersama pacarku.”
“Kamu sudah gila tidak ingin menandatangani kontrak?” Julian dan Tony terkejut dengan keputusan Fela.
Julian berkata lagi “Kesempatan yang begitu bagus untuk menjadi artis terkenal, memiliki jutaan penggemar, apakah kamu akan menyerah begitu saja? Pikiranmu pasti sedang tidak jernih, kamu pasti akan menyesali keputusan hari ini dalam sisa hidupmu.”
“Memang, aku mungkin akan menyesalinya, tapi jika sampai kehilangan Wenas, aku akan semakin menyesal. Terima kasih atas kepercayaan dan dukungan kalian berdua, tapi aku tetap harus mengatakan maaf, walaupun tidak memilih tandatangan kontrak dengan Star Music, aku tetap bisa terus mengejar impianku. Sampai jumpa, terima kasih.”
Fela membungkuk kepada mereka berdua, dia berbalik dan pergi dalam tatapan terkejut mereka berdua.
“Hei, kamu tidak akan bisa berhasil dengan caramu, apakah kamu sungguh ingin menyerah mengejar impianmu? Wenas itu ada pesona apa, membuatmu bersedia menyerah terhadap semua yang ada di dunia ini.” Tony berdiri dan berteriak kencang.
Langkah kaki Fela berhenti, tapi tidak mengatakan apa-apa, terus berjalan keluar dari ruang pribadi, lalu menutup pintu.
Setelah dia keluar dari kafe, merasa dirinya jauh lebih santai.
Meskipun merasa agak sedih dan tertekan, tapi lebih banyak kegembiraan tidak berpisah dengan Wenas.
Dia tidak sabar lagi ingin berbagi kabar ini dengan pacarnya, untuk mengeluarkan ponsel, menelepon Wenas.
Hasilnya tidak ada yang angkat, tiga panggilan berturut-turut hasilnya tetap sama.
“Mungkin Keledai masih belum bangun atau mungkin tidak mendengar ponselnya berdering.” Fela sambil tersenyum berbicara pada diri sendiri “Kalau begitu aku akan pulang dan memberi tahu dia kabar ini, dia pasti akan gembira sekali.”
Fela memanggil sebuah taksi di pinggir jalan, bergegas pulang ke rumah.
Tiga puluh menit kemudian, akhirnya dia tiba di depan rumah, mengetuk pintu dengan kuat, namun tidak ada yang membukakan pintu.
“Apakah Keledai sudah keluar? Lalu kenapa dia tidak menerima panggilan telepon, walaupun sudah lihat seharusnya ada balasan.” Fela merasa agak tertekan sambil membuka pintu.
Kemudian dia sepasang sepatu hak tinggi wanita di samping lemari sepatu, spontan tercengang.
“Ini sepatu siapa?” Dia kebingungan sekali, ruang tamu tenang dan hening, tidak ada siapa-siapa, bahkan sarapan pagi di atas meja yang dia siapkan untuk Wenas tidak disentuh sama sekali.
Fela mengerutkan kening, mengira Wenas masih tidur, lalu membuka pintu kamar dan berjalan ke dalam.
Baru saja masuk ke dalam, dia berdiri di depan pintu, dirinya langsung terperangah.
Suara erangan Wenas memenuhi seluruh ruangan, dua tubuh telanjang bulat sedang terjerat bersama, dengan gilanya menggerakkan badan, tubuh penuh keringat wangi, memancarkan cahaya berkilau.
Dan pria yang sedang berbaring di atas ranjang sambil memejamkan mata, wajah penuh rasa nikmat, itu adalah Wenas yang barusan dia telepon beberapa kali namun tidak diangkat.
Novel Terkait
His Second Chance
Derick HoKisah Si Dewa Perang
Daron JayLove From Arrogant CEO
Melisa StephanieThe Gravity between Us
Vella PinkyMi Amor
TakashiBlooming at that time
White RoseTen Years
VivianMy Beautiful Teacher×
- Bab 1 Mengintip
- Bab 2 Katup Air Rusak
- Bab 3 Minum Anggur
- Bab 4 Gerakan Di Kamar Mandi
- Bab 5 Pengakuan Di Atas Gunung
- Bab 6 Kesalahpahaman Larut Malam
- Bab 7 Dalam Jangkauan
- Bab 8 Asis Yang Kesal
- Bab 9 Tidak Tau Diuntung
- Bab 10 Peminat Sewa Yang Baru
- Bab 11 Godaan Fela
- Bab 12 Wanita Muda Yang Berseni
- Bab 13 Orang Aneh
- Bab 14 Pengalaman Hidup
- Bab 15 Toilet Wanita
- Bab 16 Dadanya Membesar
- Bab 17 Mengobrol
- Bab 18 Pertunjukan Pinggir Jalan
- Bab 19 Gedung Pengajaran
- Bab 20 Bar Romantis
- Bab 21 Membuat Masalah
- Bab 22 Terluka
- Bab 23 Belum Mulai pun Sudah Berpisah
- Bab 24 Panggil Aku Kakak
- Bab 25 Tiga Lembar Tiket Bioskop
- Bab 26 Kesalahan Adalah Kesalahan
- Bab 27 Mantan Pacar Fela
- Bab 28 Gym Seni Bela Diri
- Bab 29 Pelatih Yang Keras
- Bab 30 Keterampilan Khusus
- Bab 31 Sisi Lain Ramya
- Bab 32 Pergi Ke Suatu Tempat
- Bab 33 Memecahkan Kesalahpahaman
- Bab 34 Merasa Tercerahkan
- Bab 35 Bobby
- Bab 36 Bertarung
- Bab 37 Berpikiran sempit
- Bab 38 Serangan balik putus asa
- Bab 39 Luar dingin dalam panas
- Bab 40 Kecelakaan
- Bab 41 Persyaratan Asis
- Bab 42 Penemuan Theo
- Bab 43 Bergegas Ke Hotel
- Bab 44 Tidak Tahan Lagi
- Bab 45 Tertangkap Basah
- Bab 46 Memilih Untuk Memaafkannya
- Bab 47 Pencuri
- Bab 48 Menggeledah Tubuh
- Bab 49 Orang Yang Benar Akan Bersikap Benar
- Bab 50 Rencana Gagal
- Bab 51 Penyewa Baru
- Bab 52 Guru Tony
- Bab 53 Diva Masa Depan
- Bab 54 Curahan Hati
- Bab 55 Teknik Pedang
- Bab 56 Reuni Teman Sekolah
- Bab 57 Menunjukkan keterampilan bela diri
- Bab 58 Tiga pengawal
- Bab 59 Rizal Membuat Onar
- Bab 60 Keputusan yang menyakitkan
- Bab 61 Mabuk
- Bab 62 Negosiasi
- Bab 63 Pesan Terakhir
- Bab 64 Harapan Yang Tinggi
- Bab 65 Undangan Dari Lastri Wahyuni
- Bab 66 Bertemu Ramya Lagi
- Bab 67 Mencambuk Wanita
- Bab 68 Mengajari Awang
- Bab 69 Listrik Putus
- Bab 70 Hal Yang Aneh
- Bab 71 Kehilangan Akal Sehat
- Bab 72 Bahu Yang Bisa Disandar
- Bab 73 Panggilan Telepon Dari Hafid Waka
- Bab 74 Tamu Yang Tidak Diundang
- Bab 75 Dojo Jangga
- Bab 76 Lebih Mudah dan Terampil
- Bab 77 Peringatan Instruktur Louis
- Bab 78 Membayar
- Bab 79 Meminta Maaf Dengan Canggung
- Bab 80 Panti Asuhan
- Bab 81 Semangkuk Sup Daging
- Bab 82 Pengakuan Cinta Yang Sangat Mendadak
- Bab 83 Ditangkap
- Bab 84 Serangan Diam-Diam
- Bab 85 Membuat Masalah Pada Saat Putus Asa
- Bab 86 Memotong Alat Kelamin
- Bab 87 Kematian Awang
- Bab 88 Kompetisi Bela Diri Nasional
- Bab 89 Dompet Dicuri
- Bab 90 Acara Pembukaan
- Bab 91 Bertemu Adalah Jodoh
- Bab 92 Ada Yang Menyewa Tempat
- Bab 93 Rayakan Ulang Tahun Guru
- Bab 94 Tinju Satu Inchi
- Bab 95 Kompetisi Secara Resmi
- Bab 96 Lawan Di Babak Pertama
- Bab 97 Kekuatan Yang Hebat
- Bab 98 Mengubah Kekalahan Menjjadi Kemenangan
- Bab 99 Shao Lin Chang Quan
- Bab 100 Mencapai Ketenangan
- Bab 101 Tidak Mau Kalah
- Bab 102 Menang
- Bab 103 Sahabat Baik, Anita
- Bab 104 Memandang Rendah
- Bab 105 Mendapatkan Ucapan Selamat Tinggal
- Bab 106 Kakak dari Ardi
- Bab 107 Teknik Pedang Mematikan
- Bab 108 Takdir
- Bab 109 Aura Pembunuh
- Bab 110 Petarung Yang Kuat
- Bab 111 Tiga Puluh Empat Besar
- Bab 112 Teknik Bantingan Dan Pelepasan Tulang