Asisten Wanita Ndeso - Bab 89 Nama Yang Sangat Tidak Asing
“Dasar, Sasa, kamu ini tidak benar sekali, kamu memang berbeda dengan Asmi. Kamu lihatlah Asmi yang begitu pendiam.” Meskipun Liam tidak sering berinteraksi dengan Asmi, namun kesan ingatan dirinya terhadap Asmi masih sangat dalam, dia tahu kalau Sasa paling mengharapkan kedatangan Asmi pada saat ini.
“Sudahlah, aku mendapatkan keturunan darimu, ayah menjadi seorang profesor dan direktur di perusahaan, bukannya juga tiap harinya mendengar lagu yang tidak bergizi ya. Jelek sekali lagunya.” Sasa sengaja menantang ayahnya, mereka selalu bertengkar tentang masalah sepele apabila sedang bersama.
Pada kenyataannya, Sasa juga merasa kalau suara wanita tersebut sangat merdu, hanya saja dia jarang mendengar lagu, apalagi lagu dari penyanyi luar negeri.
“Kamu mengerti apanya, sekarang jarang sekali ada penyanyi seperti Vexa yang bernyanyi lagu tua, kamu tidak pernah mendengar dengan detail, kalau dengar dengan detail, kamu akan mendengar perasaannya, dia adalah seorang penyanyi yang menggunakan jiwanya dalam bernyanyi.” Liam sangat menyukai lagu dari Vexa, akan tetapi dia telah melewati umur yang cocok untuk mengejar idola, sehingga hanya sekilas mendengar di rumah saja, dia bahkan tidak tahu bagaimana bentuk wajah Vexa.
Sasa langsung terduduk dari tempatnya, “Ayah, kamu bilang siapa nama penyanyi itu ?” Sasa merasa nama tersebut sangat tidak asing.
“Namanya Vexa, kamu tidak tahu ya, kabarnya dia sangat terkenal di
Inggris. Aku mendengar dari satu tahun yang lalu dengan tanpa sengaja, setelah itu aku hanya fokus mendengar lagunya saja, ada masalah apa ?” Liam sama sekali tidak pernah melihat reaksi anaknya yang begitu panik.
Sasa meletakkan bantal di tangan dan berlarian ke lantai atas, kemudian dia membuka laptop dirinya untuk memeriksa nama dari pesan Asmi pada barusan.
Sasa membuka ulang pesan tersebut dengan tangan gemetar, ternyata nama yang tertera benar-benar adalah “Vexa.” Sasa memiliki sebuah firasat di dalam hatinya bahwa Vexa dalam pesan ini adalah penyanyi yang dikatakan oleh ayahnya.
Pantas saja Sasa selalu merasa suara tersebut sangat tidak asing, dan dapat memberikan kesan dekat dengan dirinya, namun Sasa tetap saja tidak yakin, sehingga langsung mengetik nama Vexa pada kolom pencarian di internet.
Di atas layar muncul berbagai hasil pencarian terkait, kalimat “penyanyi paling terkenal di Inggris” dan “Vexa yang memiliki suara merdu” muncul di depan mata Sasa.
Sasa membuka foto Vexa dari berbagai pencarian terkait, pada saat situs tersebut masih proses hasil pencarian, tangan Sasa yang sedang memegang mouse bahkan terus gemetar, betapa baiknya seandainya Vexa adalah Asmi.
Hasil foto telah ditampilkan, wanita yang berada di foto sedang mengenakan jas mewah berbahan bulu cerpelai, wajahnya mengenakan dandanan yang tebal, sehingga kesannya sangat menawan dan menggoda. Apakah dia adalah Asmi ? Sasa menggeleng kepala sendiri.
Sasa menjelajah hasil foto di bawah, di dalam foto ada seorang wanita yang mengenakan pakaian tradisional, rambutnya mengepang jadi satu, kulitnya sangat putih dan mulus, pergelangan tangannya ada sebuah gelang berbahan giok yang indah.
Pada saat melihat sepasang mata yang indah dan jernih, air mata Sasa hampir mengalir begitu saja, “Bukannya ini Asmi ya ?” Benar-benar hasil yang tidak mengecewakan.
Sasa sangat antusias, dia ingin sekali langsung menghubungi Tanu dan ibunya Asmi, namun akhirnya dia tetap saja bertahan, dia tidak menyangka kalau Asmi sedang berada di tempat yang begitu dekat dengan mereka, hanya saja mereka jarang mendengar lagu, sehingga tidak menyadari keberadaan dirinya.
Setelah berpikir kembali, Sasa menyalahkan semua tanggung jawab kepada ayahnya sendiri, siapa suruh ayahnya tidak cepat mengungkit lagu yang sedang didengar oleh dirinya, apabila ayahnya cepat memberitahukan kabar tersebut, bukannya dia sudah bisa menemukan keberadaan Asmi ya.
Sasa sangat gembira, setelah mengetahui keberadaan Asmi dan kabar dirinya yang sangat baik, Sasa sudah merasa sangat bersyukur, dia ingin memberitahukan kabar ini kepada Tanu, yaitu orang yang paling dekat dengan dirinya selain dari ayahnya.
Pada lima hari kemudian, dia akan menjadi pengantin Tanu.
Sasa menghubungi nomor ponsel Tanu, “Tanu, kalau kamu tidak sibuk, boleh ke rumahku sekarang ? Aku ada kabar baik yang mau kasih tahu kamu.” Tanu sedikit tersedak oleh kata-kata Sasa.
“Kabar baik ? Jangan-jangan kamu mau bilang kalau kamu sudah hamil ya ? Seingat aku kita sepertinya tidak pernah tidur bersama kan ?” Tanu sangat kebingungan setelah mendengar kata-kata Sasa.
“Kamu akan tahu setelah kemari, aku tidak mau banyak bahas lagi ya, intinya adalah kabar yang sangat menggembirakan, kamu cepat kemari.” Sasa memutuskan sambungan telepon dengan semangat, kemudian lanjut menjelajah tentang kabar Asmi.
Namun berita mengenai keluarga Vexa benar-benar sedikit sekali, di dalamnya bahkan tidak ada perkenalan tentang latar belakang Vexa. Sasa menutup situs dengan tampang kecewa, sambil mengeluh tentang pengendalian negara Inggris yang terlalu ketat, sehingga bahkan sangat sulit untuk mengetahui kehidupan pribadi dari para artis, jika tidak demikian dia akan mengetahui kabar lainnya tentang Asmi.
Oh ya, dia boleh menggali informasi kepada ayahnya. Ayahnya adalah penggemar sejati dari Vexa, mungkin saja akan mengetahui informasi tentang Vexa.
Setelah itu Sasa berlarian ke lantai bawah, kemudian melihat ayahnya yang masih mempertahankan postur tubuh barusan, yaitu kegiatan satu-satunya yang dilakukan ayahnya pada hari sabtu.
Biasanya di hari sabtu dia akan mendengar lagu pada sepanjang siang, kemudian akan main golf pada sore hari, berbagai kegiatan tersebut adalah olahraga yang paling digemari oleh orang tua saat ini.
“Ayah.” Sasa memeluk leher Liam, Liam langsung membuka matanya, dia mengetahui kalau anak perempuan kesayangannya pasti memiliki permohonan kepadanya, bagaimanapun dia telah terbiasa, asalkan Sasa ingin memohon sesuatu kepadanya, pastinya akan membujuk dan menyanjung untuk terlebih dahulu.
Sifat Sasa tidak mungkin membujuk dengan tanpa sebab, namun permintaan Sasa hanya sekedar masalah sepele saja, setelah pulang negeri Sasa memohon kepada ayahnya agar jangan mengatur pekerjaan untuknya, dia ingin mulai belajar dari posisi dasar pada perusahaan, memohon untuk tidak ingin pulang ke rumah karena ingin menginap di rumah Asmi, dan berbagai masalah sejenisnya, sama sekali tidak ada masalah yang melewati batas.
“Anakku sayang, ada masalah apa yang mau minta bantuan ayah, aku bilang dulu ya, masalah pernikahan kalian, kalian yang urus sendiri, ke mana lagi mencari orang tua yang begitu pengertian sepertiku, yang hanya mengeluarkan uang dan tidak ikut campur apapun.” Liam sangat puas dengan pernikahan Sasa dan Tanu.
Tanu adalah tipikal pria yang cocok dengan penilaiannya, Tanu memiliki latar belakang pendidikan yang tinggi dan pekerjaan yang baik, namun sama sekali tidak ada sifat sombong dan arogan, dia juga akan menyesuaikan semua keinginan Sasa, hal ini membuat Liam semakin tenang untuk merestui hubungan mereka.
Dia paling khawatir kalau Sasa akan menikah dengan seorang pria ahli berbisnis, contoh seperti Fredo, dengan sifat Sasa sama sekali tidak dapat mengendalikan Fredo.
Untung saja pilihan Sasa adalah Tanu, sifatnya sangat lembut dan elegan, Liam paling senang dengan pria yang memiliki aura terpelajar, dengarnya Tanu mengambil jurusan sastra ketika sedang kuliah dan berhasil mendapatkan gelarnya, oleh sebab itu dia semakin puas dengan calon menantu tersebut.
“Bukan masalah pernikahan, aku dan Tanu akan menyiapkan masalah pernikahan, ayah hanya perlu siapkan kado dan menghadiri acaranya saja. Aku ingin tanya masalah Vexa, lagunya benar-benar enak didengar ya.” Sasa melihat wajah ayahnya yang penuh dengan senyuman senang, sehingga mengetahui kalau kata-kata dirinya telah berhasil menyanjung ayahnya.
“Tentu saja, dulu aku sudah pernah bilang denganmu, kamu masih tidak percaya, sekarang sudah tahu kan. Kamu jangan meremehkan aku, pada saat muda aku juga berjabat sebagai profesor di universitas, ibumu juga suka dengan musik, sehingga penilaianku terhadap musik masih tergolong berkemampuan.” Setelah membahas tentang musik, Liam langsung mendapat topik dan langsung mengobrol dengan panjang lebar.
“Iya, aku tahu, penilaian ayah terhadap musik benar-benar hebat sekali, aku ingin mendengar bagaimana pengetahuan ayah terhadap Vexa, khususnya dalam segi kehidupan nyata.” Sasa diam-diam merasa semangat. Dia tidak menyangka kalau dirinya akan mendapatkan kabar Asmi dari ayahnya, bagaimana reaksi ayahnya ketika mengetahui identitas sebenarnya dari Vexa ?
Mungkin saja ayahnya akan terus mengganggu Asmi, agar Asmi dapat menyanyikan lagu untuknya. Sasa semakin semangat di dalam hati.
Reaksi wajah Liam berubah seketika, kemudian ulang memejamkan matanya lagi, “Kalian anak muda memang suka sekali dengan gosip para artis, aku kasih tahu kamu, aku hanya mendengar lagu saja, tidak pernah memedulikan kehidupan pribadi para artis, aku hanya tahu kalau namanya adalah Vexa, sedangkan dia adalah nenek tua atau gadis muda, aku sama sekali tidak tahu.”
Liam memejamkan mata dan memeluk dada, jelasnya tidak ingin melayani Sasa lagi.
Sasa menghadapi jalan buntu, dia meninggalkan ruang tamu dengan tampang kecewa, sebenarnya dia sudah harus tahu, dengan sikap ayahnya yang begitu menjunjung tinggi harga dirinya, mana mungkin perhatian dengan kehidupan pribadi artis biasa ?
Tetap saja hanya bisa menyalahkan diri sendiri yang berharapan besar.
Akan tetapi kenapa Tanu masih belum kemari, dia pasti harus memberitahukan masalah Asmi kepada Tanu, Tanu pasti akan sangat kaget apabila mendengarnya.
Kenapa Tanu masih belum datang ? Sasa yang tidak sabar menanti langsung keluar rumah dan menanti di depan pintu. Rumah Sasa berada di kawasan villa, akan tetapi bukan di kawasan pegunungan, malahan di sebuah kawasan sepi yang berada di kota. Orang yang tinggal di sini semuanya adalah orang kaya, Sasa merasa meskipun tempat tersebut cenderung sunyi, namun sama sekali tidak seru.
Setelah melihat mobil Tanu yang berkunjung kemari, Sasa langsung menyambut dengan senyuman senang, setelah tiga tahun berlalu, akhirnya dia bisa bertemu lagi dengan Asmi, sehingga wajar sekali apabila dirinya sangat antusias.
Tanu melihat Sasa yang sedang berlarian menghampiri dengan kesan semangat, dalam hatinya merasa penasaran, sebenarnya kabar gembira apa yang dimaksud oleh Sasa ?
Tanu memarkir mobilnya, saat ini Sasa telah menanti di depan pintu mobil, dia buru-buru turun dari mobil dan berkata, “Nona besar, sebenarnya ada kabar gembira apa ?” Tanu langsung bertanya pada Sasa karena khawatir kalau Sasa akan terburu-buru.
Sasa langsung menyerbu ke dalam pelukan Tanu dan memeluk tubuhnya dengan erat, kemudian berbisik di telinganya, “Tentu saja adalah kabar gembira, lebih gembira daripada kabar pernikahan kita.” Sasa sengaja bercanda dengan Tanu.
Tanu semakin panik, dia berkata dengan wajah penuh keringat, “Kamu cepat kasih tahu aku, jantungku tidak sanggup menghadapi kejutan.” Nafas Tanu sudah terengah-engah, pada saat melihat wajah Sasa yang telah memerah karena semangat, dia tiba-tiba berpikir tentang sesuatu.
“Jangan-jangan kamu sudah tahu keberadaan Asmi ya ?” Tanu membuka matanya dengan lebar untuk menatap Sasa, selain masalah keberadaan Asmi, mana ada kabar yang lebih menggembirakan daripada pernikahan mereka ?
Sasa mengangguk dengan gembira, dia dan Tanu bagaikan memiliki telepati, pantas saja akan menjadi suami istri. Sasa menatap Tanu dengan tatapan memuji.
Tanu langsung memeluk tubuh Sasa dan berkeliling di tempat, “Serius ? Sasa, kamu tahu keberadaan Asmi ?”
“Sudahlah, aku jadi pusing, kamu cepat lepaskan aku, aku sudah tahu, dia akan hadir di acara pernikahan kita.” Sasa berkata pada Tanu dengan nada semangat.
Novel Terkait
This Isn't Love
YuyuPernikahan Kontrak
JennyMy Enchanting Guy
Bryan WuCinta Seorang CEO Arogan
MedellineMy Beautiful Teacher
Haikal ChandraAsisten Wanita Ndeso×
- Bab 1 Sekretaris ke-29
- Bab 2 Perolehan Yang Tak Terduga
- Bab 3 Penyanyi Misterius
- Bab 4 Apa Benar Wanita Yang Jelek?
- Bab 5 Dengan Tidak Disengaja
- Bab 6 Menyelamatkan
- Bab 7 Permintaan Tidak Dipenuhi Terus Menjerat
- Bab 8 Ibu Kandung
- Bab 9 Cerita Belakang Layar
- Bab 10 Kelembutan Palsu
- Bab 11 Sasa Lin
- Bab 12 Perjamuan
- Bab 13 Menyiksa Siapa
- Bab 14 Ini Semua Tidak Buruk (1)
- Bab 15 Ini Semua Tidak Buruk (2)
- Bab 16 Siapa itu
- Bab 17 Hidup Manusia Hanya Berapa Puluh Tahun
- Bab 18 Kopi Nona Lim
- Bab 19 Bagaimana Kamu Melihatnya
- Bab 20 Sehati
- Bab 21 Kamu Benar-Benar Berkemampuan
- Bab 22 Curiga
- Bab 23 Ternyata Penyebabnya Adalah Ini
- Bab 24 Cinta Ibu Sama Semua
- Bab 25 Pohon Parasol
- Bab 26 Muntah
- Bab 27 Mencari Alasan (1)
- Bab 28 Mencari Alasan (2)
- Bab 29 Asap Bertebaran
- Bab 30 Pacar Baru
- Bab 31 Memerah
- Bab 32 Mengejar
- Bab 33 Suka Rasa Stroberi
- Bab 34 Menangis Dengan Getir
- Bab 35 Persoalan Secarik Kartu
- Bab 36 Pertemuan Secara Tidak Sengaja
- Bab 37 Kepahitan Dalam Cinta
- Bab 38 Bibi Yang Menyebalkan
- Bab 39 Kupu-Kupu Keluar Dari Kepompong
- Bab 40 Apakah Kamu Benar Adalah Asmi
- Bab 41 Anisa Terluka
- Bab 42 Perselisihan
- Bab 43 Berangkat
- Bab 44 Satu Kali Pertemuan
- Bab 45 Tidak Nyaman Dengan Tempat Baru
- Bab 46 Gaun Ungu
- Bab 47 Acara Pesta
- Bab 48 Tokoh Utama
- Bab 49 Drama Korea
- Bab 50 Olahraga Pagi
- Bab 51 Sound Of Silence
- Bab 52 Hari Terakhir Di Korea
- Bab 53 Tidak menarik
- Bab 54 Sebuah lingkaran merah
- Bab 55 Meminta Ijin
- Bab 56 Hamil
- Bab 57 Periksa Dan Pelajari
- Bab 58 Hidup Bersama Dengan Damai
- Bab 59 Pahitnya Hati
- Bab 60 Pesta Keluarga
- Bab 61 Bertengkar Hebat
- Bab 62 Cinta Asmi Sumirah
- Bab 63 Sembarangan Menjodohkan
- Bab 64 Pertama Kali Ke Rumah Asmi
- Bab 65 Minum Alkohol
- Bab 66 Pertemuan
- Bab 67 Asap Hijau
- Bab 68 Perpisahaan
- Bab 69 Rencana Yang Tidak Berniat Bagus
- Bab 70 Bangsal
- Bab 71 Enggan
- Bab 72 Mimpi Buruk
- Bab 73 Berjaga Malam
- Bab 74 Air Mata
- Bab 75 Memperbaiki Suasana Hati
- Bab 76 Sikap Makan
- Bab 77 Perusahaan Dargo
- Bab 78 Masalah Anak
- Bab 79 Konfirmasi Kecelakaan Mobil
- Bab 80 Susah Untuk Menerima
- Bab 81 Sangat Kecewa
- Bab 82 Kebahagiaan Yang Sederhana
- Bab 83 Mempertanyakan
- Bab 84 Kebenaran
- Bab 85 Ke Utara
- Bab 86 Gunung Es Meleleh
- Bab 87 Menghilang
- Bab 88 Balas Surat
- Bab 89 Nama Yang Sangat Tidak Asing
- Bab 90 Pulang Negeri
- Bab 91 Bertemu Dengan Sahabat Lama
- Bab 92 Acara Pernikahan
- Bab 93 Cantik dan Menawan
- Bab 94 Perjamuan Malam
- Bab 95 Pulang Rumah
- Bab 96 Pergi Ke Kuburan
- Bab 97 Bingung
- Bab 98 Konser
- Bab 99 Badai Konferensi Pers
- Bab 100 Baunya