That Night - Bab 88 Mengunjungi Bibi Wang
Kakak Zhang dan kakak Liu ada di luar pintu, melihat Owen keluar mereka pun panik, tapi Owen langsung melewati mereka dan turun ke lantai bawah.
“Eva, bagaimana keadaan kamu?”
“Kamu tidak apa-apa kan?”
Kakak Liu dan kakak Zhang segera berlari masuk dan memperhatikan aku,
Owen masih terbayang-bayang di kepalaku, hatiku terasa seperti ditindih oleh sesuatu yang membuatku tidak bisa bernapas.
Aku menggelengkan kepala ke mereka, “Tidak apa-apa......”
Walaupun aku sekarang sangat berantakan, hanya tersisa pakaian dalam yang menutupi sebagian tubuh, tapi memang pada dasarnya tidak sampai terluka sedikit pun.
“Kalian sudah lapor polisi?” Mendadak aku kepikiran ini, tadi dalam keadaan panik aku menyuruh kakak Zhang melapor polisi, tapi sebenarnya aku cuma ingin menakut-nakuti Owen, sama sekali tidak benar-benar ingin masalah ini sampai ke kepolisian.
“Tidak.” Kak Zhang serta merta menggeleng kepala, setelah ragu-ragu sejenak akhirnya ia tetap coba bertanya, “Tuan Owen ini, ayahnya si anak kan?”
Aku menghela napas, lalu mengaggukkan kepala.
Kenyataan kalau Owen ini ayah si anak tidak bisa dirahasiain sama mereka, bagaimanapun tadi mereka ada di rumah saat Owen dan ibuku bicara di telepon, dan kedatangan Owen juga buat menjenguk anak, dan juga dari perkataan Carrie tadi, mereka pasti sudah bisa menebak ini semua.
Mereka adalah orang yang dekat, sehingga aku memang tidak perlu berbohong sama mereka.
Kak Zhang dan Kak Liu saling bertatapan dan tidak banyak bertanya lagi. “Pergi mandi saja, kami berdua beres sini sini dulu.”
“Eason dan Joanna gak apa-apa kan?”
“Mereka baik-baik saja.”
Mendengar jawaban itu hatiku pun tenang, aku turun dari ranjang dan perg ke kamar mandi, tapi aku menyadari kedua kakiku menjadi lemas.
Tampaknya aku benar-benar di kagetkan oleh Owen, tapi yang sekarang memenuhi pikiranku malah tampak belakang Owen yang senyap saat mau pergi tadi, dan juga saat dia bilang “Maafkan aku" ke aku.”
Dua hari ini terjadi begitu banyak hal yang membuat hatiku menjadi kacau sekali, Wiri yang pergi dengan tak senang hati, Owen juga tak senang saat pergi. Awalnya aku kira bakal tidak bisa tidur karena hati yang kacau ini, tapi mungkin karena terlalu capek, tidak lama berbaring di ranjang aku sudah terlelap.
Di beberapa hari selanjutnya Owen tidak pernah muncul, sedangkan aku pergi-pulang kantor seperti biasanya, bahkan perjanjian kontrak yang baru ditanda tangani dengan perusahaan besar Cheng sebelumnya juga diantarin oleh karyawan perusahaan besar Cheng.
Owen datang dengan tiba-tiba, juga kemudian menghilang tiba-tiba dari hidupku. Mengenai Wiri, keesokan harinya saat bertemu ia sama sekali tidak mengungkit yang sebelumnya terjadi di rumahku, dia juga tidak menanyakan apa yang terjadi selanjutnya antara aku dan Owen, melainkan tetap menjaga aku dengan hangat dan perhatian.
Hatiku benar-benar kacau, sorotan mata Owen yang terluka itu tidak bisa menghilang dari pikiranku.
Hari ini saat aku pulang kantor dan sedang menyetir, ketika hampir sampai di rumah aku sudah melihat sebuah mobil SUV hitam terparkir di sekitar rumahku lagi.
Seketika aku agak gugup, hati yang sudah hening beberapa hari ini mulai bergejolak lagi.
Owen bilang dia dan aku tetangga, tapi aku tidak bertanya detail dia di bagian gedung mana. Dan sekarang mobil Owen terparkir di sini, apakah ini rumah Owen?
Sebuah niat muncul di hatiku, serta semakin kuat.
Aku menarik napas dalam-dalam dan pulang, setelah memarkir mobil aku pergi melihat Eason dan Joanna, lalu menyusui mereka, tapi setelah ini selesai aku tidak tahan untuk melihat ke luar jendela lagi, mendadak hatiku tercekam.
Dari jendela rumah aku, sebelumnya bisa pas kelihatan mobil Owen. Tapi sekarang saat aku melihat lagi, mobil SUV hitam itu sudah tidak di situ.
Apakah Owen keluar?
Tanganku yang sedang mengenggam gelas gemetar sejenak, jujur saja hari itu saat Owen pergi dengan lengang, beberapa hari ini aku memang selalu kepikiran dia tanpa bisa aku tahan. Aku ingin sekali tahu bagaimana keadaan Owen beberapa hari ini, tapi malah memaksa diriku sendiri untuk tidak menelepon Owen.
Detik demi detik waktu berlalu, langit sudah gelap semua. Mobil SUV hitam itu masih tidak muncul. Sedangkan aku mulai benar-benar mulai gelisah dan tak bisa menahan diri.
“Kak Zhang, kak Liu, aku keluar sebentar.” Aku berkata ke dua orang itu, ku ambil beberapa buah lalu keluar.
Aku berdiri di depan rumah sebelah ini, hatiku dag dig dug tak keruan.
Owen sekarang lagi tidak di rumah, aku datang buat menjenguk bibi Wang.
Aku menghibur diriku sendiri di dalam hati, aku tarik napas dalam-dalam hingga akhirnya aku memencet bel.
“Ting tong......ting tong......” Bunyi bel seolah-olah sudah melekat di hatiku, sebenarnya di detik ini juga aku ingin sekali membalikkan badan lalu lari.
“Krrrakk” bunyi pintu di buka. Melihat orang yang membuka pintu aku tercengang, dan Owen yang berdiri di dalam rumah juga tercengang.
Kenapa dia ada di rumah? Bukankah mobilnya tidak ada?
Secara reflek aku melihat ke sekitar, mobil SUV hitam itu memang tidak ada, tapi mobil Porsche merah terparkir di situ.
Jangan-jangan......bibi Wang yang keluar pakai mobil itu? Kalau tidak bagaimana mungkin Owen yang membuka pintu?
“Masuklah.” Owen berbicara ke aku, lalu langsung membalikkan badan masuk ke dalam.
Sejenak aku merasa canggung, aku tidak punya kesempatan untuk bilang kalau aku datang buat antarin buah lalu langsung pergi ke Owen yang sudah masuk, hanya bisa menarik napas dalam-dalam dan mengikutinya.
Dalam sini sangat luas, juga bersih dan rapi, tapi kelihatan agak kosong.
Di ruang tamu yang luas ini cuma ada satu set sofa dan meja, di dekat dinding ada lemari dan televisi, selain itu tidak ada yang lain lagi, sangat kosong sampai seperti rumah tak berpenghuni.
“Duduklah.” Owen membuka mulut, lalu masuk ke dapur. Tapi kemudian dia mundur lagi setelah setengah jalan, lalu bertanya, “Mau minum apa? Jus jeruk boleh?”
Aku tercekam sebentar, Owen lanjut berkata, “Aku ingat kamu suka minum itu.”
Hatiku seperti ditabrak oleh sesuatu, hatiku agak bergetar. Aku menganggukkan kepala ke Owen, dengan agak canggung aku berkata, “Boleh, makasih......”
Tanpa bersuara lagi dia kembali ke dapur, selanjutnya aku mendengar suara blender, sekali lagi aku tercengang.
Ini Owen langsung blender sendiri?
Aku sungguh agak tak menduga, karena dalam kesan aku Owen tidak akan melakukan hal ini sendiri.
Bunyi blender berhenti, dengan cepat Owen sudah kembali sambil membawa jus itu. Disodornya ke aku, aku bilang terima kasih, kemudian hening lagi.
Aku merasa agak tidak nyaman, aku mencoba mencari topik pembicaraan, “Lengan kamu sudah baikan?”
Hanya perkataan ini yang keluar, semua bayangan tentang malam itu langsung muncul di kepalaku, serta merta pipiku memanas.
“Sudah baikan.” Owen menatap aku, ingin berkata sesuatu tapi lalu berhenti, akhirnya ia membasahi bibir dan berkata, “Aku gak menyangka kamu bakal datang.”
“Aku datang buat mengunjungi bibi Wang!” Segera aku menjawab, tapi kemudian aku merasa jawaban ini justru malah seperti menutupi sesuatu dengan cara yang bodoh.
Owen hanya mengangguk pelan, “Bibi Wang pergi beli sesuatu, sebentar lagi baru pulang.”
Seperti sudah menebak pikiranku, Owen berkata lagi, “Mobil yang aku bawa waktu pergi ke tempat kamu itu, itu mobil yang biasa disetir bibi Wang.”
Ternyata......
Seketika aku merasa terpojok sekali, juga diam-diam dalam hati menyalahkan kenapa Owen harus berbicara begitu jelas, terasa pipiku semakin memanas.
Owen menatapi aku, wajahnya kelihatan mau tertawa, mendadak ia bangkit dan duduk di samping aku.
Novel Terkait
Perjalanan Selingkuh
LindaThe True Identity of My Hubby
Sweety GirlMeet By Chance
Lena TanMbak, Kamu Sungguh Cantik
Tere LiyeMy Cold Wedding
MevitaThe Revival of the King
ShintaInnocent Kid
FellaSomeday Unexpected Love
AlexanderThat Night×
- Bab 1 Tertangkap selingkuh
- Bab 2 Mengembalikan hadiah pernikahan
- Bab 3 Kamu masih ada uang
- Bab 4 Aku bantu dia kembalikan
- Bab 5 Membawa pulang
- Bab 6 Melayani Bersama
- Bab 7 Kelaparan dan Melahap Apapun
- Bab 8 Terlihat Menyedihkan
- Bab 9 Menyelidikiku
- Bab 10 Meminta Bantuannya
- Bab 11 Menyelesaikan Masalah Hati
- Bab 12 Pertemuan yang kacau
- Bab 13 Kehamilan yang tak direncanakan
- Bab 14 Mendapat yang lebih baik
- Bab 15 Mengalami Penculikan
- Bab 16 – Bisa Dihina
- Bab 17 Menyukai Pria
- Bab 18 Kedatangan
- Bab 19 Berpura-pura
- Bab 20 Mati Saja Kau
- Bab 21 Tanda-tanda Keguguran
- Bab 22 Surat Pernikahan yang Sah
- Bab 23 Pasangan Suami Istri Sesungguhnya
- Bab 24 Sendirian di ruang kosong
- Bab 25 Pekerjaan Lain
- Bab 26 Pencabutan Tuntutan
- Bab 27 Asisten Pribadi Presdir
- Bab 28 Dengan resmi berhubungan
- Bab 29 Undangan Pernikahan
- Bab 30 Membalikkan permasalahan
- Bab 31 Jatuh Cinta
- Bab 32 Lebih cepat berakhir
- Bab 33 Jarak terlalu besar
- Bab 34 Mencari sampai ke rumah
- Bab 35 Terluka Keguguran
- Bab 36 Meninggalkan Owen Cheng
- Bab 37 Menjalin Hubungan
- Bab 38 Kembali ke Shanghai
- Bab 39 Balas Dendam Pribadi
- Bab 40 Selamat Bekerja Sama
- Bab 41 Menolak Pernikahan
- Bab 42 Sangat membenciku
- Bab 43 Tidak Percaya Padaku
- Bab 44 Bicara Baik-Baik
- Bab 45 Tidak Tahu Diri
- Bab 46 Perhitungan
- Bab 47 Tidak Sungkan
- Bab 48 Ditakdirkan untuk mati
- Bab 49 Memecahkan Ilusi
- Bab 50 Klarifikasi fakta
- Bab 51 Tidak memiliki latar belakang
- Bab 52 Aku Takut Malu
- Bab 53 Kesialanku
- Bab 54 Dia Tidak Mencintaiku
- Bab 55 Tidak Ingin Jadi Bayangan Orang Lain
- Bab 56 Dia Bisa Membantuku
- Bab 57 Jangan bersedih
- Bab 58 Membunuh Dengan Tangan Sendiri
- Bab 59 Merusak Wajahku Sendiri
- Bab 60 Menggugurkan Anak
- Bab 61 Telat Salah Melihat Kamu
- Bab 62 Melahirkan Dengan Normal
- Bab 63 Tidak Ingin Melewatkan
- Bab 64 Bertemu Dengan Dia Lagi
- Bab 65 Reuni Dengan Teman Lama
- Bab 66 Takdir Tuhan
- Bab 67 Aku tidak dapat menebaknya
- Bab 68 Setiap orang dapat berubah
- Bab 69 Mendapatkanmu
- Bab 70 Aku memilihmu
- Bab 71 Yang ku cintai adalah kamu
- Bab 72 Tak menghargai
- Bab 3 Satu kesempatan
- Bab 74 Tak akan berbaikan
- Bab 75 Bertemu dengan kenalan lama
- Bab 76 Berani
- Bab 77 Aku akan membunuhmu
- Bab 78 Cinta Bertepuk Sebelah Tangan
- Bab 79
- Bab 80 Mengagetkan
- Bab 81 Mengunjungi Tetangga
- Bab 82 Kemarahan yang disengaja
- Bab 83 Aku datang untuk ikut makan
- Bab 84 Keluarga Daniel membuat masalah
- Bab 85 Serigala berbulu domba
- Bab 86 Mendesak Terus
- Bab 87 Melukai Diri Sendiri
- Bab 88 Mengunjungi Bibi Wang
- Bab 89 Belajar untuk berubah
- Bab 90 Pengaruh Lingkungan
- Bab 91 Aku tahu batasan
- Bab 92 Tidak tahu cara menghargai
- Bab 93 Bersaing dengan adil
- Bab 94 Kembali ke kota asal
- Bab 95 Ibu dan anak saling bertemu
- Bab 96 Bertemu Dengan Pria Brengsek
- Bab 97 Lelaki Superior
- Bab 98 Beli 1 Gratis 2
- Bab 99 Kesalahan Besar
- Bab 100 Hal Yang Paling Ditakuti
- Bab 101 Mengungguli
- Bab 102 Main Tangan
- Bab 103 Mengulang kembali
- Bab 104 Mencari pintu masuk
- Bab 105 Janji Palsu
- Bab 106 Memang Kualat
- Bab 107 Tidak Ingin Ikut Campur
- Bab 108 Segera Pindah Rumah
- Bab 109 Kabar Pernikahannya
- Bab 110 Apa yang harus dipertahankan?
- Bab 111 Memutuskan untuk Jujur
- Bab 112 Tidak Mengangkat Telepon
- Bab 13 Kegilaan
- Bab 114 Bertemu Lagi dengan Owen
- Bab 115 Tidak Khawatir lagi (Tamat)