That Night - Bab 109 Kabar Pernikahannya
"Eva, dasar kamu sialan!"
Melihat satu kalimat ini, aku langsung tahu ini Valen. Aku mengeluh tapi tidak marah, ini memang standar untuk kalimat sapaan Valen kepadaku.
Tapi Valen sebagai orang ketiga yang menghancuri rumah tanggaku, darimana keberaniannya untuk menyapaku seperti itu?
Aku ingin sekali langsung memblokirnya, tidak ingin berpanjang lebar dengannya. Tapi mengingat rencanaku, aku penasaran apa tindakan Daniel setelah semalam aku mengatakan perkataan itu kepadanya.
"Kamu siapa?" Aku membalasnya dengan dua kata ini, lalu balasan pun diterima. Tapi itu adalah sebuah pesan suara.
"Eva, aku ingatin kamu ya, pergi jauh-jauh dari Daniel."
Mendengar kalimat ini aku pun lega, aku malah khawatir Valen akan mengirimkan pesan tertulis, karena aku butuh sebagai bukti untuk Daniel, dia sudah menggunakan akun cadangannya, tapi kalau semuanya pesan tertulis, Daniel pasti akan mengira kalau aku menggunakan akun lain untuk membohonginya.
Aku tidak membalas Valen lagi, karena Daniel meneleponku. Aku mengangkat, tanpa menunggu Daniel bicara, aku langsung berkata, "Valen menghubungiku."
"Ngapain dia cari kamu?"
"Dia bilang aku sialan, dan menyuruhku menjauh darimu." Aku menjawab dan menertawai diriku sendiri, "Daniel, aku memang sialan, hal menjijikkan apa yang sudah kamu perbuat, sampai-sampai aku sekarang masih berharap kepadamu."
"Daniel Qin, aku tidak akan memberitahumu aku dimana, kita juga tidak usah berhubungan lagi."
Aku langsung menutup teleponku dan memblokir nomor telepon Daniel. Semuanya sangat lancar, tanpa ada sedikit rasa ragu.
Sebenarnya aku memang tidak mengharapkan apa-apa lagi darinya, aku menghubunginya karena aku tidak ingin dia dan Valen hidup dengan tenang, dan aku tidak peduli apa perasaan Daniel terhadapku.
Hanya saja aku tidak menyangka hasilnya akan sebaik ini, Daniel mengira aku masih mencintainya dan tidak melupakannya, dan ingin langsung menceraikan Valen. Dan dia tidak bisa menghubungiku dan berpikir bahwa aku pasti sedih akan hal ini, kalau bertemu lagi aku akan bersikap baik kepadanya.
Tapi ini akan terjadi nanti, hari itu juga setelah memblokir nomor telepon Daniel aku langsung mematikan hpku, lalu tertidur lelap.
Malam itu juga aku langsung memastikan rencanaku untuk beberapa hari kedepan, aku memutuskan untuk memulai dari perusahaan yang sudah bekerja sama cukup lama, memulai negosiasi dan ulasan.
Berhari-hari aku sibuk pergi mengunjungi ke beberapa perusahaan dan juga pabrik. East Trading Company bergerak di bidang ekspor impor, dan juga mengurus beberapa barang impor milik perusahaan besar Chen. Karena tenaga kerja di dalam negeri banyak yang murah, banyak sekali barang-barang kerajinan yang lebih bagus dari luar negeri, otomatis jumlah eskpor juga banyak.
Setelah sibuk beberapa hari, aku semakin mengerti dengan perusahaan ini, aku juga sudah beberapa kali menghubungi Wiri Chen dan Carrie Lin, tapi anehnya Owen Cheng malah tidak menghubungiku sama sekali.
Aku merasa sedikit sedih, walaupun aku yang tidak pamit kepadanya, tapi Owen Cheng sudah mengatakan banyak sekali hal yang membuatku terharu, mengapa aku sudah pergi selama ini, dia malah tidak ada respon sama sekali?
Apakah dia marah? Atau, aku tidak begitu penting baginya?
Pikiranku semakin kacau, dan tidak ada semangat bekerja lagi, duduk di sofa dan menghidupkan televisi, tapi suara televisi malah membuat sekujur badanku kaku.
"Kabar gembira dari Direktur Perusahaan besar Cheng dan direktur anak perusahaannya Evelin Xu, mereka sedang mempersiapkan acara pertunangan mereka..."
Aku tidak mendengar jelas suara setelah itu, sekujur tubuhku menjadi sangat dingin dan kaku, aku bengong melihat layar televisi, didalamnya terlihat seorang pira dan wanita yang memasuki pintu ballroom.
Pria itu tinggi dan tampan, sangat mudah menarik perhatian semua orang. Dan wajah itulah yang muncul di dalam mimpiku berkali-kali, dan meninggalkan goresan yang dalam di dalam hatiku.
Itu Owen Cheng! Benar itu Owen Cheng!
Di dalam televisi dia memakai jas dan tidak berekspresi, dan ada seorang wanita yang menggandeng tangannya.
Lekuk tubuh wanita itu indah sekali, mengenakan sebuah gaun berwarna kuning muda, dan melihat Owen Cheng, di wajahnya terpancar senyuman yang sangat menawan.
Hatiku sakit, lalu merasa sesak yang sangat parah, pandanganku menjadi gelap hingga hampir pingsan.
Tiba-tiba terdengar suara "Trang", aku terkejut, menoleh dan melihat ternyata itu ibuku yang sudah berdiri di sampingku, dan di atas lantai di depannya ada sebuah piring buah yang terjatuh disana, dan buah-buahan yang bergulir di atas lantai.
Aku langsung panik, sejak kapan ibu datang? Apakah dia melihatnya?
Aku langsung mematikan televisi, dan berlari ke samping ibuku, "Ibu, kamu kenapa, tidak apa-apa kan?
"Eva, itu kenapa, apakah benar yang dikatakan di televisi itu?" Ibuku memegang lenganku dengan erat, dia terlihat sangat cemas.
Aku merasa sakit dalam hatiku, leherku seperti sedang tercekik oleh sebuah tangan yang besar, dan aku hanya bisa terdiam.
Aku tidak tahu bagaimana menjawab ibuku, karena aku juga tidak tahu ini kenapa.
Jelas-jelas baru beberapa waktu yang lalu, Owen bilang kepadaku kalau dia ingin bersamaku, jelas-jelas itu masih belum lama, Owen bilang kalau dia mencintaiku, dan akan belajar untuk menghormatiku dan tidak akan meninggalkanku.
Tapi, mengapa aku malah mendengar kabar pertunangannya di televisi?
Mengapa aku melihat Evelin menggandeng tangan Owen di dalam sebuah acara di televisi?
Ini adalah hal yang dilakukan oleh seorang Owen yang terus menerus mengatakan bahwa dia mencintaiku? Kalau memang dia sudah mau menikah dengan Evelin, kenapa malah mencariku keluar negeri dan mengatakan hal itu kepadaku?
Mataku memanas, mulutku terasa pahit, di hatiku seperti telah dimasukkan sebuah lemon, rasanya asam dan pahit, dan tiba-tiba aku pun gemetaran.
"Eva, jangan nangis... jangan nangis..." Ibuku berteriak panik, aku melihatnya, menatap sepasang mata yang penuh dengan kekhawatiran dan kepanikan itu.
Aku menangis? Aku sedikit kebingungan, memegang wajahku aku baru menyadari kalau aku benar menangis.
Bagaimana rasanya hati yang hancur?
Aku pikir perasaan saat aku melihat foto Catherine Chu itu hatiku sudah hancur, tapi aku tidak menyangka sampai sekarang ternyata aku masih bisa merasakan sakit ini. Aku tidak bisa menahan air mataku, wajahku basah, tapi aku tidak mengeluarkan suara apapun.
"Eva, kamu jangan begitu, jangan menakuti ibu..." Ibu sedih dan memelukku, "Tidak apa-apa, masih ada ibu, ibu akan terus menemanimu..."
"Kamu bicaralah, kamu bicara kepadaku Eva, jangan begitu..."
Aku terus mendengar suara ibuku yang panik, aku memeluk dirinya dan semakin gemetaran, akhirnya aku berteriak "ibu", tapi setelah kata ini terucap, tetap saja aku semakin menangis kencang.
Novel Terkait
Beautiful Love
Stefen LeeThe Gravity between Us
Vella PinkyDon't say goodbye
Dessy PutriIstri Pengkhianat
SubardiAwesome Guy
RobinThat Night×
- Bab 1 Tertangkap selingkuh
- Bab 2 Mengembalikan hadiah pernikahan
- Bab 3 Kamu masih ada uang
- Bab 4 Aku bantu dia kembalikan
- Bab 5 Membawa pulang
- Bab 6 Melayani Bersama
- Bab 7 Kelaparan dan Melahap Apapun
- Bab 8 Terlihat Menyedihkan
- Bab 9 Menyelidikiku
- Bab 10 Meminta Bantuannya
- Bab 11 Menyelesaikan Masalah Hati
- Bab 12 Pertemuan yang kacau
- Bab 13 Kehamilan yang tak direncanakan
- Bab 14 Mendapat yang lebih baik
- Bab 15 Mengalami Penculikan
- Bab 16 – Bisa Dihina
- Bab 17 Menyukai Pria
- Bab 18 Kedatangan
- Bab 19 Berpura-pura
- Bab 20 Mati Saja Kau
- Bab 21 Tanda-tanda Keguguran
- Bab 22 Surat Pernikahan yang Sah
- Bab 23 Pasangan Suami Istri Sesungguhnya
- Bab 24 Sendirian di ruang kosong
- Bab 25 Pekerjaan Lain
- Bab 26 Pencabutan Tuntutan
- Bab 27 Asisten Pribadi Presdir
- Bab 28 Dengan resmi berhubungan
- Bab 29 Undangan Pernikahan
- Bab 30 Membalikkan permasalahan
- Bab 31 Jatuh Cinta
- Bab 32 Lebih cepat berakhir
- Bab 33 Jarak terlalu besar
- Bab 34 Mencari sampai ke rumah
- Bab 35 Terluka Keguguran
- Bab 36 Meninggalkan Owen Cheng
- Bab 37 Menjalin Hubungan
- Bab 38 Kembali ke Shanghai
- Bab 39 Balas Dendam Pribadi
- Bab 40 Selamat Bekerja Sama
- Bab 41 Menolak Pernikahan
- Bab 42 Sangat membenciku
- Bab 43 Tidak Percaya Padaku
- Bab 44 Bicara Baik-Baik
- Bab 45 Tidak Tahu Diri
- Bab 46 Perhitungan
- Bab 47 Tidak Sungkan
- Bab 48 Ditakdirkan untuk mati
- Bab 49 Memecahkan Ilusi
- Bab 50 Klarifikasi fakta
- Bab 51 Tidak memiliki latar belakang
- Bab 52 Aku Takut Malu
- Bab 53 Kesialanku
- Bab 54 Dia Tidak Mencintaiku
- Bab 55 Tidak Ingin Jadi Bayangan Orang Lain
- Bab 56 Dia Bisa Membantuku
- Bab 57 Jangan bersedih
- Bab 58 Membunuh Dengan Tangan Sendiri
- Bab 59 Merusak Wajahku Sendiri
- Bab 60 Menggugurkan Anak
- Bab 61 Telat Salah Melihat Kamu
- Bab 62 Melahirkan Dengan Normal
- Bab 63 Tidak Ingin Melewatkan
- Bab 64 Bertemu Dengan Dia Lagi
- Bab 65 Reuni Dengan Teman Lama
- Bab 66 Takdir Tuhan
- Bab 67 Aku tidak dapat menebaknya
- Bab 68 Setiap orang dapat berubah
- Bab 69 Mendapatkanmu
- Bab 70 Aku memilihmu
- Bab 71 Yang ku cintai adalah kamu
- Bab 72 Tak menghargai
- Bab 3 Satu kesempatan
- Bab 74 Tak akan berbaikan
- Bab 75 Bertemu dengan kenalan lama
- Bab 76 Berani
- Bab 77 Aku akan membunuhmu
- Bab 78 Cinta Bertepuk Sebelah Tangan
- Bab 79
- Bab 80 Mengagetkan
- Bab 81 Mengunjungi Tetangga
- Bab 82 Kemarahan yang disengaja
- Bab 83 Aku datang untuk ikut makan
- Bab 84 Keluarga Daniel membuat masalah
- Bab 85 Serigala berbulu domba
- Bab 86 Mendesak Terus
- Bab 87 Melukai Diri Sendiri
- Bab 88 Mengunjungi Bibi Wang
- Bab 89 Belajar untuk berubah
- Bab 90 Pengaruh Lingkungan
- Bab 91 Aku tahu batasan
- Bab 92 Tidak tahu cara menghargai
- Bab 93 Bersaing dengan adil
- Bab 94 Kembali ke kota asal
- Bab 95 Ibu dan anak saling bertemu
- Bab 96 Bertemu Dengan Pria Brengsek
- Bab 97 Lelaki Superior
- Bab 98 Beli 1 Gratis 2
- Bab 99 Kesalahan Besar
- Bab 100 Hal Yang Paling Ditakuti
- Bab 101 Mengungguli
- Bab 102 Main Tangan
- Bab 103 Mengulang kembali
- Bab 104 Mencari pintu masuk
- Bab 105 Janji Palsu
- Bab 106 Memang Kualat
- Bab 107 Tidak Ingin Ikut Campur
- Bab 108 Segera Pindah Rumah
- Bab 109 Kabar Pernikahannya
- Bab 110 Apa yang harus dipertahankan?
- Bab 111 Memutuskan untuk Jujur
- Bab 112 Tidak Mengangkat Telepon
- Bab 13 Kegilaan
- Bab 114 Bertemu Lagi dengan Owen
- Bab 115 Tidak Khawatir lagi (Tamat)