That Night - Bab 8 Terlihat Menyedihkan
Aku tertegun selama dua detik dan tiba-tiba wajahku memerah.
Pria ini benar-benar berbicara tanpa sungkan. Tetapi karena perkataannya yang meyakinkanku ini, aku merasa lega.
Apa yang dia katakan benar. Seorang pria yang setampan dan sekaya dia akan ada banyak wanita yang mengejarnya. Jika dia waktu itu tidak dijebak sehingga membuatnya "kelaparan dan melahap apapun", mana mungkin akan sampai ke giliranku?
Aku menarik napas dalam-dalam dan turun dari mobil, tetapi aku melihat bahwa Owen Cheng berdiri di pintu hotel dan menyalakan sebatang rokok. Dia menatapku dengan tenang, dan menghisap rokok itu dengan tenang, api rokoknya berkedip-kedip menyala, redup dan menyala bergantian, dan mulutnya memuntahkan asap putih.
Sebagai dokter, aku selalu sangat tidak setuju ada orang yang merokok di depan umum. Namun, aku harus mengakui bahwa Owen Cheng memang sangat tampan, dan gerakannya saat merokok sangat tampan, sehingga orang yang melihatnya tidak akan merasa jijik sedikitpun. Melihat gerakannya, hanya satu kata yang muncul di kepalaku - anggun.
Dia melemparkan puntung rokok ke tempat sampah dan tiba-tiba mendatangiku.
Hatiku gugup, dan detik berikutnya aku melihatnya melepas jaket jasnya. Dan menjatuhkan jas itu di pundakku, membuat aku merasa sedikit hangat dalam hatiku.
"Tidak perlu ..." Tanpa sadar aku membuka mulut, tetapi tanpa menungguku untuk merespons dia sudah berjalan ke pintu hotel.
"Masuk." Suara dingin itu mengandung pesona yang tak terjelaskan, dan Owen Cheng berdiri di pintu dan menatapku dengan tenang.
Aku memegang jas itu di pundakku dan merasa sedikit kebingungan. Tetapi aku melihat dia mengangkat alisnya, "Jika kamu masuk ke dalam hotel dengan pakaian hancur seperti itu. Bagaimana orang lain akan melihat ini?"
Pipiku terasa panas, dan aku cepat-cepat menarik pakaianku dan membungkus diriku dengan erat, aku menundukkan kepalaku dan berjalan di belakangnya ke dalam hotel.
Hotel ini sangat megah dan membuat aku merasa aku tidak pantas berada di sini sekarang. Meskipun aula itu sunyi, tetapi aku merasa seperti ada mata yang tak terhitung jumlahnya sedang menatapku. Aku tidak berani melihat ke atas, hanya menatap dua kaki panjang di depan aku.
Owen Cheng tiba-tiba berhenti, dan aku sesaat tidak bisa bereaksi dan langsung menabraknya.
"Aduh ..." Aku berkata tanpa sadar dan menyentuh hidungku, mengerutkan kening pada Owen Cheng, tetapi menyadari bahwa dia sedang berdiri di depan pintu lift dan menunggu lift, dan itu membuatku canggung.
"Kamu tidak lihat jalan saat berjalan." Dia melangkah mundur dua langkah dan membuka jarak denganku. Alisnya berkerut ringan dan menatapku. Dan kata-katanya mengandung sedikit rasa jijik dan asing.
Aku menundukkan kepalaku dan mataku sedikit memanas
Daniel Qin juga pernah mengatakan ini padaku. Betapa manisnya itu pada waktu itu, dan sekarang terasa konyol memikirkan itu kembali.
Lift datang dengan cepat dan Owen Cheng membawaku ke kamar. Melihat suite mewah ini, aku benar-benar tidak bisa beradaptasi, dan Owen Cheng malah dengan langkah ringan berjalan ke meja dan menyalakan komputer sambil menelepon.
"Kamar mandinya ada di dalam, pakaiannya akan diantar dalam sepuluh menit, lakukan apa yang kamu mau." Ketika Owen Cheng menutup telepon dan menatapku, aku baru sadar, dia baru saja menelepon dan meminta seseorang mengantarkan pakaian untukku.
Aku menatapnya lama sekali, dan akhirnya mendeham dan mengatakan "terima kasih" dengan suara terpatah-patah. Tetapi dia sama sekali tidak peduli padaku, dia langung duduk di depan meja dan menyibukkan diri.
Karena diabaikan oleh pemilik kamar, aku dengan canggung berdiri di sudut kamar untuk sesaat dan ragu untuk duduk atau tidak. Untungnya, bel pintu berdering dengan cepat, dan Owen Cheng bangkit untuk membuka pintu dan menyerahkan pakaian itu kepada aku.
Aku berlari ke kamar mandi membawa pakaianku dengan cepat. Sampai aku melihat cermin aku baru mengetahui betapa menyedihkannya aku.
Di cermin, tubuh ramping wanita itu ditutupi dengan jaket jas, rambutnya berantakan, matanya merah dan bengkak, dan pipinya yang putih memiliki bekas telapak tangan yang jelas.
Aku menyentuh pipiku dan terasa sakit. Aku dengan hati-hati melepas mantel Owen Cheng dan meletakkannya di samping, tetapi baru sadar kalau bajuku terkoyak dari atas leher sampai ke daerah bawah dadaku. Bekas gigi yang terlihat jelas pada tulang selangka telah membengkak, dan di tubuhku ada lebih banyak tanda kemerahan dan bengkak.
Pipiku terasa panas, aku merasa ingin masuk ke sebuah lubang.
Apakah aku baru saja muncul di depan Owen Cheng dengan penampilan seperti ini tadi? Tidak heran dia akan bilang jika aku pergi menemui Carrie Lin seperti ini, dia akan khawatir...
Aku menghibur diri dengan mencela diri sendiri. Untungnya, aku bertemu Owen Cheng malam ini. Aku sudah pernah melakukan hubungan dengan Owen Cheng. Lebih baik daripada dilihat oleh orang lain.
Barang-barang di kamar mandi sangat mewah, tetapi aku tidak mempunyai pikiran untuk menikmatinya. Aku mandi sebentar dan mengganti pakaian yang diberikan Owen Cheng kepadaku.
Pakaiannya sangat pas dan sangat tertutup. Aku memeriksa dengan hati-hati di depan cermin sebelum keluar dari kamar mandi.
Di tengah ruangan, Owen Cheng masih sibuk di depan komputer, dan sepertinya dia mendengar suara pintu yang terbuka. Dia menoleh ke arahku.
Aku sedikit gugup dilihat olehnya, dan tangan aku secara tidak sadar mengepal erat, sedang kebingungan apakah aku harus mengucapkan terima kasih padanya atau tidak. Jika bukan karena dia, hidupku tidak akan berantakan, tapi memang benar dia yang membantuku malam ini.
Owen Cheng menjadi orang yang pertama memecah kesunyian, "Bagaimana kabar ibumu?"
Ketika aku mendengar dia menanyakan ibu aku, aku terkejut dan berkata, "Masih di rumah sakit."
Walaupun ibu aku sudah sadar, kondisi tubuhnya sangat tidak stabil. Tanpa perlu dokter memberitahuku , aku sudah tahu dia belum bisa keluar dari rumah sakit.
Owen Cheng mengangguk, "Kamu belum menghubungiku sebulan ini? Bagaimana? Apakah kamu sudah memikirkan kompensasi yang kamu inginkan? ”
Novel Terkait
My Beautiful Teacher
Haikal ChandraLove From Arrogant CEO
Melisa StephanieAir Mata Cinta
Bella CiaoSi Menantu Buta
DeddyKisah Si Dewa Perang
Daron JayVillain's Giving Up
Axe AshciellyMy Charming Lady Boss
AndikaThat Night×
- Bab 1 Tertangkap selingkuh
- Bab 2 Mengembalikan hadiah pernikahan
- Bab 3 Kamu masih ada uang
- Bab 4 Aku bantu dia kembalikan
- Bab 5 Membawa pulang
- Bab 6 Melayani Bersama
- Bab 7 Kelaparan dan Melahap Apapun
- Bab 8 Terlihat Menyedihkan
- Bab 9 Menyelidikiku
- Bab 10 Meminta Bantuannya
- Bab 11 Menyelesaikan Masalah Hati
- Bab 12 Pertemuan yang kacau
- Bab 13 Kehamilan yang tak direncanakan
- Bab 14 Mendapat yang lebih baik
- Bab 15 Mengalami Penculikan
- Bab 16 – Bisa Dihina
- Bab 17 Menyukai Pria
- Bab 18 Kedatangan
- Bab 19 Berpura-pura
- Bab 20 Mati Saja Kau
- Bab 21 Tanda-tanda Keguguran
- Bab 22 Surat Pernikahan yang Sah
- Bab 23 Pasangan Suami Istri Sesungguhnya
- Bab 24 Sendirian di ruang kosong
- Bab 25 Pekerjaan Lain
- Bab 26 Pencabutan Tuntutan
- Bab 27 Asisten Pribadi Presdir
- Bab 28 Dengan resmi berhubungan
- Bab 29 Undangan Pernikahan
- Bab 30 Membalikkan permasalahan
- Bab 31 Jatuh Cinta
- Bab 32 Lebih cepat berakhir
- Bab 33 Jarak terlalu besar
- Bab 34 Mencari sampai ke rumah
- Bab 35 Terluka Keguguran
- Bab 36 Meninggalkan Owen Cheng
- Bab 37 Menjalin Hubungan
- Bab 38 Kembali ke Shanghai
- Bab 39 Balas Dendam Pribadi
- Bab 40 Selamat Bekerja Sama
- Bab 41 Menolak Pernikahan
- Bab 42 Sangat membenciku
- Bab 43 Tidak Percaya Padaku
- Bab 44 Bicara Baik-Baik
- Bab 45 Tidak Tahu Diri
- Bab 46 Perhitungan
- Bab 47 Tidak Sungkan
- Bab 48 Ditakdirkan untuk mati
- Bab 49 Memecahkan Ilusi
- Bab 50 Klarifikasi fakta
- Bab 51 Tidak memiliki latar belakang
- Bab 52 Aku Takut Malu
- Bab 53 Kesialanku
- Bab 54 Dia Tidak Mencintaiku
- Bab 55 Tidak Ingin Jadi Bayangan Orang Lain
- Bab 56 Dia Bisa Membantuku
- Bab 57 Jangan bersedih
- Bab 58 Membunuh Dengan Tangan Sendiri
- Bab 59 Merusak Wajahku Sendiri
- Bab 60 Menggugurkan Anak
- Bab 61 Telat Salah Melihat Kamu
- Bab 62 Melahirkan Dengan Normal
- Bab 63 Tidak Ingin Melewatkan
- Bab 64 Bertemu Dengan Dia Lagi
- Bab 65 Reuni Dengan Teman Lama
- Bab 66 Takdir Tuhan
- Bab 67 Aku tidak dapat menebaknya
- Bab 68 Setiap orang dapat berubah
- Bab 69 Mendapatkanmu
- Bab 70 Aku memilihmu
- Bab 71 Yang ku cintai adalah kamu
- Bab 72 Tak menghargai
- Bab 3 Satu kesempatan
- Bab 74 Tak akan berbaikan
- Bab 75 Bertemu dengan kenalan lama
- Bab 76 Berani
- Bab 77 Aku akan membunuhmu
- Bab 78 Cinta Bertepuk Sebelah Tangan
- Bab 79
- Bab 80 Mengagetkan
- Bab 81 Mengunjungi Tetangga
- Bab 82 Kemarahan yang disengaja
- Bab 83 Aku datang untuk ikut makan
- Bab 84 Keluarga Daniel membuat masalah
- Bab 85 Serigala berbulu domba
- Bab 86 Mendesak Terus
- Bab 87 Melukai Diri Sendiri
- Bab 88 Mengunjungi Bibi Wang
- Bab 89 Belajar untuk berubah
- Bab 90 Pengaruh Lingkungan
- Bab 91 Aku tahu batasan
- Bab 92 Tidak tahu cara menghargai
- Bab 93 Bersaing dengan adil
- Bab 94 Kembali ke kota asal
- Bab 95 Ibu dan anak saling bertemu
- Bab 96 Bertemu Dengan Pria Brengsek
- Bab 97 Lelaki Superior
- Bab 98 Beli 1 Gratis 2
- Bab 99 Kesalahan Besar
- Bab 100 Hal Yang Paling Ditakuti
- Bab 101 Mengungguli
- Bab 102 Main Tangan
- Bab 103 Mengulang kembali
- Bab 104 Mencari pintu masuk
- Bab 105 Janji Palsu
- Bab 106 Memang Kualat
- Bab 107 Tidak Ingin Ikut Campur
- Bab 108 Segera Pindah Rumah
- Bab 109 Kabar Pernikahannya
- Bab 110 Apa yang harus dipertahankan?
- Bab 111 Memutuskan untuk Jujur
- Bab 112 Tidak Mengangkat Telepon
- Bab 13 Kegilaan
- Bab 114 Bertemu Lagi dengan Owen
- Bab 115 Tidak Khawatir lagi (Tamat)