That Night - Bab 110 Apa yang harus dipertahankan?
Hari itu aku menangis hingga malam, lalu aku pun jatuh sakit.
Sakit ini cukup parah, aku demam, demam dan tidak bisa turun dari ranjang, berhari-hari Kakak Zhang merawatku. Dan Kakak Liu dan ibuku, aku melarang mereka melihatku, karena aku sakit, aku takut ibuku ketularan karena daya tahan ibuku yang lemah, aku juga takut Joanna dan Eason akan tertular.
Aku ingin sekali mencari Owen Cheng dan menanyakan ini semua, tapi aku tetap tidak meneleponnya, karena aku tidak tahu harus bagaimana menanyakannya.
Setelah beberapa hari aku bertemu dengan Wiri Chen, kakak Zhang mengabarinya tentangku, Wiri Chen pun langsung memesan tiket pesawat dan datang menjengukku.
Melihat Wiri Chen datang aku sedikit bingung, dia memakai kaos santai, terlihat sedikit capek, bajunya pun kusut, kelihatannya dia terburu-buru untuk datang kesini.
Tenggorokanku sakit sekali, bicara pun sangat susah. "Kamu datang ya..."
Aku tersenyum kepada Wiri, tetap berselimut dan duduk di atas sofa.
Mungkin karena sakit ini, aku sama sekali tidak ingin bergerak, dan tidak bertenaga untuk bergerak. Keadaanku yang seperti ini Wiri Chen juga sudah pernah melihatnya, oleh karena itu aku tidak merasa keberatan terlihat seperti ini di depannya.
Wiri Chen mengerutkan alisnya dan melihatku, dari pandangannya terlihat dia sangat mengkhawatirkanku. "Kenapa tidak bilang kepadaku kalau kamu sakit, sampai kakak Zhang yang memberitahuku."
"Demam saja kok, tidak perlu... Uhuk huk..." Belum selesai perkataanku aku langsung batuk dua kali, batuk ini membuat tenggorokanku semakin sakit, aku mengerutkan alis ingin menenangkan diriku.
Wiri Chen langsung memberikan segelas air kepadaku, tapi aku sama sekali tidak ingin meminumnya.
Aku menggelengkan kepala, tenggorokanku bengkak, bicara dan bernafas pun sakit, apalagi minum air.
Wiri Chen meletakkan gelasnya dan tetap melihatku, setelah beberapa saat dia berkata pelan, "Apakah kamu sedih karena Owen Cheng?"
Hatiku tiba-tiba terasa sakit lagi, aku memurungkan mulut dan tidak bicara. Aku pikir mungkin karena tenggorokanku sakit sehingga membuatku tidak ingin bicara, bukan karena hatiku sakit ataupun ingin menghindarinya.
Suasana Owen Cheng dan Evelin Xu yang bergandengan tangan masih terbayang-bayang di kepalaku, setengah tahun yang lalu mereka selalu berduaan, setengah tahun kemudian juga sama. Tidak peduli apakah waktu itu aku adalah istri Owen Cheng, ataupun aku sudah melahirkan anaknya, tapi tetap saja yang menemaninya bukanlah aku.
Tiba-tiba aku merasa tidak peduli seberapa besar usahaku, aku dan Owen tetap bukanlah orang satu dunia. Melihat Evelin Xu dan Owen Cheng yang begitu serasi, aku merasa diriku sendiri seperti orang luar.
Dan faktanya, seharusnya juga begitu.
"Ini mungkin ada kesalahpahaman..." Wiri Chen cemberut.
Aku ingin tertawa, tapi mataku jadi panas, hidungku juga perih.
Sudah di tahap ini Wiri malah masih ingin menenangkanku, tapi jelas-jelas dia menyukaiku, mendengar kata-kata ini tentu seharusnya aku juga bisa merasa sedih bukan?
Aku menjilat bibirku yang kering, "Kerjaanku disini juga sudah hampir beres, aku juga sudah harus segera pulang"
Aku tidak ingin mendiskusikan dengan Wiri tentang Owen, sejak kabar itu hingga sekarang sudah beberapa hari, aku tidak tahu apakah ada kesalahpahaman, tapi dalam beberapa hari ini Owen tetap tidak menghubungiku, apalagi menjelaskan tentang kabar pernikahan ini.
Berita ini disiarkan di televisi, aku tidak percaya Owen tidak tahu. Kalau ini salah paham, tapi Owen sepertinya sama sekali tidak khawatir aku akan tahu, dia juga tidak peduli aku akan salah paham, jadi ini mungkin benar dan tidak ada kesalahpahaman.
"Kartu keluarga Eason dan Joanna sudah beres?" Wiri Chen melihatku kasihan, dan mengubah topik pembicaraan.
Aku tidak suka pandangan matanya yang melihatku, ini membuatku merasa diriku sungguh kasihan. Aku menggeleng dan menghindari pandangannya, "Belum."
Beberapa hari ini aku selalu sibuk bekerja, sama sekali tidak mengurus hal itu. Sebenarnya bukan karena aku tidak ada waktu, tapi sebenarnya aku sengaja menundanya.
Aku pernah bilang kepada Wiri dan Owen kalau dua anak ini akan mengikuti margaku, tapi aku masih ragu.
Ini anakku dan Owen, aku masih menyisakan sedikit harapan, berharap aku dan Owen bersama-sama mengurusnya.
Lagipula, Aku dan Owen pernah bilang kalau akan bersama dan mengulang semua kembali.
Saat ini dia malah mau bertunangan dengan Evelin, aku benar-benar tidak tahu bagaimana menggambarkan isi hatiku sekarang.
Kecewa? Sedih? Marah?
Sepertinya semuanya bukan, aku hanya merasa aku menjadi malas tidak ingin melakukan apapun, setengah tahun yang lalu aku semangat dan rajin sekali, tapi sekarang semangatku seperti telah habis terpakai, membuatku merasa apapun tidak menarik lagi bagiku.
"Perlu bantuanku?" Wiri berkata.
Aku melihatnya, tiba-tiba mataku berair lagi. Aku sengaja menundukkan kepala dan mengusap ujung mataku, dan berkata: "Oke."
Setelah mengurus kartu keluarga Eason dan Joanna, aku pun bisa membawa ibuku meninggalkan tempat ini. Anakku ikut margaku, aku juga sudah seharusnya menghapus semua imajinasiku yang tidak nyata itu.
Wiri mengangguk, "Kamu istirahat yang baik, besok aku langsung mengurus hal ini."
Aku menggangguk dan hanya diam, memejamkan mataku, aku hanya takut kalau berbicara lagi akan membuatku menangis.
Wiri membantuku menutup selimut, aku semakin ingin menangis, lalu membalikkan badan dan berbaring.
Mungkin Wiri adalah ksatria utusan Tuhan untuk menolongku, dia selalu muncul disaat aku lemah, tapi aku tahu aku bukanlah putri yang ada di cerita dongeng.
Saat ini aku bisa sesedih ini karena pertunangan Owen dan Evelin, membuktikan dengan jelas bahwa orang yang aku suka adalah Owen dan bukan Wiri.
Mungkin aku rakus akan kehangatan Wiri, tapi aku tahu dengan jelas, aku tidak bisa seperti ini menguasai dirinya, ini tidak adil baginya.
Ini adalah yang terakhir kalinya.
Aku mengingatkan diriku sendiri, menahan tangis di balik selimutku. Wiri duduk di sampingku, setelah beberapa saat aku mendengarnya menghela nafas dan pergi.
Setelah terdengar suara pintu tertutup, akhirnya aku pun menangis.
Valen tidak salah, aku memang sialan, sangat sialan!
Owen sudah akan bertunangan dengan Evelin, tapi aku masih saja tidak bisa melupakannya. Wiri yang begitu baik kepadaku, tapi aku malah tidak sanggup melepas semuanya dan memilih untuk bersamanya.
Aku tidak membenci Wiri, tapi aku tergantung kepadanya, dan juga menyukainya. Jujur saja, pria yang hangat dan pintar ini, dan juga bersikap sangat lembut dan pengertian kepadaku, orang lain pun juga tidak mungkin tidak menyukainya.
Aku tidak tahu apa yang sedang kupertahankan.
Novel Terkait
Cinta Pada Istri Urakan
Laras dan GavinMr. Ceo's Woman
Rebecca WangUnplanned Marriage
MargeryThe Winner Of Your Heart
ShintaKisah Si Dewa Perang
Daron JayHalf a Heart
Romansa UniverseAku bukan menantu sampah
Stiw boyThat Night×
- Bab 1 Tertangkap selingkuh
- Bab 2 Mengembalikan hadiah pernikahan
- Bab 3 Kamu masih ada uang
- Bab 4 Aku bantu dia kembalikan
- Bab 5 Membawa pulang
- Bab 6 Melayani Bersama
- Bab 7 Kelaparan dan Melahap Apapun
- Bab 8 Terlihat Menyedihkan
- Bab 9 Menyelidikiku
- Bab 10 Meminta Bantuannya
- Bab 11 Menyelesaikan Masalah Hati
- Bab 12 Pertemuan yang kacau
- Bab 13 Kehamilan yang tak direncanakan
- Bab 14 Mendapat yang lebih baik
- Bab 15 Mengalami Penculikan
- Bab 16 – Bisa Dihina
- Bab 17 Menyukai Pria
- Bab 18 Kedatangan
- Bab 19 Berpura-pura
- Bab 20 Mati Saja Kau
- Bab 21 Tanda-tanda Keguguran
- Bab 22 Surat Pernikahan yang Sah
- Bab 23 Pasangan Suami Istri Sesungguhnya
- Bab 24 Sendirian di ruang kosong
- Bab 25 Pekerjaan Lain
- Bab 26 Pencabutan Tuntutan
- Bab 27 Asisten Pribadi Presdir
- Bab 28 Dengan resmi berhubungan
- Bab 29 Undangan Pernikahan
- Bab 30 Membalikkan permasalahan
- Bab 31 Jatuh Cinta
- Bab 32 Lebih cepat berakhir
- Bab 33 Jarak terlalu besar
- Bab 34 Mencari sampai ke rumah
- Bab 35 Terluka Keguguran
- Bab 36 Meninggalkan Owen Cheng
- Bab 37 Menjalin Hubungan
- Bab 38 Kembali ke Shanghai
- Bab 39 Balas Dendam Pribadi
- Bab 40 Selamat Bekerja Sama
- Bab 41 Menolak Pernikahan
- Bab 42 Sangat membenciku
- Bab 43 Tidak Percaya Padaku
- Bab 44 Bicara Baik-Baik
- Bab 45 Tidak Tahu Diri
- Bab 46 Perhitungan
- Bab 47 Tidak Sungkan
- Bab 48 Ditakdirkan untuk mati
- Bab 49 Memecahkan Ilusi
- Bab 50 Klarifikasi fakta
- Bab 51 Tidak memiliki latar belakang
- Bab 52 Aku Takut Malu
- Bab 53 Kesialanku
- Bab 54 Dia Tidak Mencintaiku
- Bab 55 Tidak Ingin Jadi Bayangan Orang Lain
- Bab 56 Dia Bisa Membantuku
- Bab 57 Jangan bersedih
- Bab 58 Membunuh Dengan Tangan Sendiri
- Bab 59 Merusak Wajahku Sendiri
- Bab 60 Menggugurkan Anak
- Bab 61 Telat Salah Melihat Kamu
- Bab 62 Melahirkan Dengan Normal
- Bab 63 Tidak Ingin Melewatkan
- Bab 64 Bertemu Dengan Dia Lagi
- Bab 65 Reuni Dengan Teman Lama
- Bab 66 Takdir Tuhan
- Bab 67 Aku tidak dapat menebaknya
- Bab 68 Setiap orang dapat berubah
- Bab 69 Mendapatkanmu
- Bab 70 Aku memilihmu
- Bab 71 Yang ku cintai adalah kamu
- Bab 72 Tak menghargai
- Bab 3 Satu kesempatan
- Bab 74 Tak akan berbaikan
- Bab 75 Bertemu dengan kenalan lama
- Bab 76 Berani
- Bab 77 Aku akan membunuhmu
- Bab 78 Cinta Bertepuk Sebelah Tangan
- Bab 79
- Bab 80 Mengagetkan
- Bab 81 Mengunjungi Tetangga
- Bab 82 Kemarahan yang disengaja
- Bab 83 Aku datang untuk ikut makan
- Bab 84 Keluarga Daniel membuat masalah
- Bab 85 Serigala berbulu domba
- Bab 86 Mendesak Terus
- Bab 87 Melukai Diri Sendiri
- Bab 88 Mengunjungi Bibi Wang
- Bab 89 Belajar untuk berubah
- Bab 90 Pengaruh Lingkungan
- Bab 91 Aku tahu batasan
- Bab 92 Tidak tahu cara menghargai
- Bab 93 Bersaing dengan adil
- Bab 94 Kembali ke kota asal
- Bab 95 Ibu dan anak saling bertemu
- Bab 96 Bertemu Dengan Pria Brengsek
- Bab 97 Lelaki Superior
- Bab 98 Beli 1 Gratis 2
- Bab 99 Kesalahan Besar
- Bab 100 Hal Yang Paling Ditakuti
- Bab 101 Mengungguli
- Bab 102 Main Tangan
- Bab 103 Mengulang kembali
- Bab 104 Mencari pintu masuk
- Bab 105 Janji Palsu
- Bab 106 Memang Kualat
- Bab 107 Tidak Ingin Ikut Campur
- Bab 108 Segera Pindah Rumah
- Bab 109 Kabar Pernikahannya
- Bab 110 Apa yang harus dipertahankan?
- Bab 111 Memutuskan untuk Jujur
- Bab 112 Tidak Mengangkat Telepon
- Bab 13 Kegilaan
- Bab 114 Bertemu Lagi dengan Owen
- Bab 115 Tidak Khawatir lagi (Tamat)