That Night - Bab 95 Ibu dan anak saling bertemu
Saat pesawat mendarat, aku merasa bersemangat sekaligus gugup, saat ini aku tidak tahu bagaimana menggambarkannya, aku ingat dengan jelas saat aku meninggalkan negara ini setengah tahun yang lalu, aku begitu malu dan tidak ingin kembali lagi kesini.
Aku hanya tidak habis pikir, setelah setengah tahun aku harus kembali kesini. Meskipun aku telah dihukum oleh 2 orang saat itu, aku tahu masih banyak masalah yang harus dihadapi saat ini.
Aku menarik napas dalam-dalam, seluruh tubuhku terasa rileks dan lega, disamping ada kak Zhang dan kak Liu yang mengandeng 2 anakku, aku dengan terampil membawa koper kita dan membawa mereka keluar dari bandara, dari bandara kita langsung naik taksi yang sudah kupesan sebelumnya.
Mobil itu melaju kencang dijalan, saat mengaktifkan telepon, banyak pesan dan telepon tak terjawab masuk.
Wiri, Owen, Carrie,dan bibi Wang….
Aku melihatnya satu per satu, suasananya begitu tenang.
Saat aku memutuskan untuk kembali aku sudah bisa menebak reaksi mereka, tapi aku tetap melakukannya, aku memutuskan untuk sengaja melakukannya.
Aku membalas pesan-pesan dari mereka, dan memberi tahu mereka bahwa aku telah mendarat dengan selamat, dan menelepon Carrie untuk memberinya kabar.
Carrie memberitahuku bahwa dia baru saja pergi dan aku sudah meninggalkannya.tapi pada akhirnya dia juga memberikanku dukungan, membiarkanku untuk mencerna pikiranku dan aku harus berpikir dengan baik-baik.
Aku menutup telepon dan mematikannya, karena saat aku bertelepon dengan Carrie, ada panggilan masuk dari Wiri dan Owen, aku tidak ingin menjelaskan apapun kepada mereka sekarang, adapun pekerjaan di east trade company, sebelum berangkat aku sudah mengirim email cuti untuk mereka.
Untuk beberapa hari kedepan aku ingin benar-benar rileks.
Aku dengan santai bersandar dikursi mobil, aku mengambil Eason dari tangan kak Zhang, Eason adalah anak yang baik, selalu tertawa, Joanna tidur dari saat kita turun dari pesawat, sampai sekarang aku belum menganggunya.
Melihat wajah lembut kedua anak itu, suasana hatiku menjadi sedikit rileks, tapi ketika mobil berhenti di depan pintu rumah sakit, hatiku berdetak cepat sekali.
Akhirnya aku kembali….
Aku selalu membayangkan bagaimana persaanku ketika aku bisa melihat ibuku lagi, bersemangat? Senang? Atau ada emosi lainnya.
Tapi aku tidak berpikir, saat benar-benar akan bertemu dengannya, hatiku begitu gelisah.
Aku menarik napas dalam-dalam, dan dengan ringan membuka pintu ruang pasien.
Orang yang berada di tempat tidur itu sedang memandangi jendela, seolah-olah sedang menunggu sesuatu, hidungku masam, aku tidak tahan untuk tidak berteriak “ibu…”
Setelah mendengar ada yang memanggilnya, dia terkejut dan terlihat seperti tidak percaya dengan kejadian ini, ia segera menoleh.
“Eva!” eksrepsinya begitu terkejut sekaligus senang, dengan sigap ia bangun dari tempat tidur.
“Ma… aku sudah pulang.” Pada saat ini, aku tidak lagi bisa menahan diri untuk tidak sedih, tiba-tiba aku jatuh kepelukan ibuku, rasanya seperti saat kecil aku dianiayai dan aku langsung memeluk ibuku. Setelah bisa kembali kepelukan ibu, aku tidak tahan untuk menangis.
“Lihatlah, lihat, sudah dewasa tapi masih bisa nangis seperti ini.”
Ibuku mengusap kepalaku dengan lembut, meskipun dia berkata seperti itu, aku bisa melihat dia diam-diam menyeka air matanya.
Aku tahu bahwa walaupun aku menderita selama setengah tahun ini, tapi orang yang ada didepanku ini memiliki penderitaan yang begitu besar daripadaku.
“bagus jika kau sudah pulang….. bagus sekali…” gumam ibuku, air mata tak bisa berhenti mengalir.
Hatiku begitu sedih, aku tidak ingin lepas dari pelukan ibuku, tampaknya kerapuhan dan penderitaan dalam setengah tahun ini telah meledak.
Setelah beberapa waktu, emosiku dan ibu mereda dan kembali tenang.
Aku menyeka air mataku, dan memperkenalkan kak Zhang dan kak Liu “ma… ini adalah Eason dan ini adalah Joanna…”
Aku tersenyum dan membiarkan ibuku melihat mereka berdua. Saat melihat mereka ekspresi ibuku terkejut sekaligus senang, dan dengan cepat mengendong mereka.
“anak yang cantik dan ganteng” ibuku sangat bahagia, aku melihatnya dan ikut bahagia bersamanya, tapi aku merasa bersalah karena tidak segera pulang ke rumah, dan ibuku akan bisa berbahagia seperti ini.
Namun kalimat ibuku berikutnya membuatku kesusahan.
“Eason Cheng dan Joanna Cheng ya, emm.. bagus sekali namanya, orang-orang yang sekolah dan sering membaca buku memang berbeda, memberikan nama kepada anak juga begitu bagus” ia berkata sambil tersenyum.
Ibuku adalah tipe orang yang kuno, ia mengerti jika menikah dengan ayam akan mengikuti ayam jika menikah dengan anjing akan mengikuti anjing, jadi dia pasti berpikir nama anak akan mengikuti nama depan ayah mereka, jika mengikuti nama ibu maka dia akan menganggap hal itu begitu aneh.
Saat mendengar ibu memanggil nama mereka, tiba-tiba hatiku merasa seperti ada yang menganjal, tapi, bagaimana caranya aku memberitahukan padanya kalau anak-anak menggunakan namaku, jika aku memberitahukan ini ,ibu pasti akan merasa aneh, tapi kalau tidak memberitahukannya, maka anak-anak akan menggunakan marga Cheng.
Aku ragu-ragu untuk membuka mulut, lagipula mereka belum memiliki akte kelahiran, mau dipanggil apapun tidak masalah, itu hanyalah sebuah nama. Aku belum memutuskan apa-apa tentang hal ini, tunggu setelah aku mengerti baru kuselesaikan masalah ini.
Ibu hanya mengendong mereka sebentar saja, karena aku khawatir tubuhnya tidak tahan, maka aku yang mengendong mereka. Saat ibu meletakkan anak-anak, ia melihat sekeliling dan berkerut.
“Eva , dimana Owen, kau tidak datang bersamanya?” ibuku bertanya dan menatapku.
Aku tersentak, ada sedikit ketidakberdayaan dihatiku.
Dalam hati ibuku, hubunganku dengan Owen sangatlah baik, terutama beberapa hari yang lalu, ibuku menelepon Owen dan dia menjawabnya. Bahkan membicarakan tentang pernikahan, bagaimanapun kita pasti tidak menyangka aku dan Owen sudah bercerai, lagi pula sekarang aku belum berencana untuk menerima lamaran Owen.
“Owen sedang sibuk, jadi aku pulang sendiri” aku tersenyum.
Tanpa sadar aku berbohong lagi padanya, masalah yang kualami dengan Owen juga tidak kuberitahunya, seperti nama anak, masalah ini tunggu sampai semuanya sudah beres baru dibicarakan, kalau tidak semua bisa jadi berantakan.
Ibuku menghela napas “betul juga, Owen seorang bos besar, dia pasti sangat sibuk, ibu melihat akhir-akhir ini kau tambah kurus, apakah masa nifasmu tidak dilakukan dengan baik?”
“ibu kasih tahu ya, bagi perempuan masa nifas adalah yang paling penting, kalau tidak dijaga dengan baik, kau akan jatuh sakit. “ ibuku melihatku dengan muka yang sangat khawatir.
Aku tertawa “diluar negeri tidak ada yang namanya masa nifas”
Ia melirikku dengan wajah yang khawatir, dengan cepat aku berkata “tapi ibu tenang saja, Owen sudah mencarikan seorang pembantu, aku pasti akan bersungguh-sungguh menaati peraturan leluhur yang sudah turun -temurun.”
Novel Terkait
Asisten Bos Cantik
Boris DreyHis Soft Side
RiseMilyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu
Milea AnastasiaDiamond Lover
LenaMeet By Chance
Lena TanThat Night×
- Bab 1 Tertangkap selingkuh
- Bab 2 Mengembalikan hadiah pernikahan
- Bab 3 Kamu masih ada uang
- Bab 4 Aku bantu dia kembalikan
- Bab 5 Membawa pulang
- Bab 6 Melayani Bersama
- Bab 7 Kelaparan dan Melahap Apapun
- Bab 8 Terlihat Menyedihkan
- Bab 9 Menyelidikiku
- Bab 10 Meminta Bantuannya
- Bab 11 Menyelesaikan Masalah Hati
- Bab 12 Pertemuan yang kacau
- Bab 13 Kehamilan yang tak direncanakan
- Bab 14 Mendapat yang lebih baik
- Bab 15 Mengalami Penculikan
- Bab 16 – Bisa Dihina
- Bab 17 Menyukai Pria
- Bab 18 Kedatangan
- Bab 19 Berpura-pura
- Bab 20 Mati Saja Kau
- Bab 21 Tanda-tanda Keguguran
- Bab 22 Surat Pernikahan yang Sah
- Bab 23 Pasangan Suami Istri Sesungguhnya
- Bab 24 Sendirian di ruang kosong
- Bab 25 Pekerjaan Lain
- Bab 26 Pencabutan Tuntutan
- Bab 27 Asisten Pribadi Presdir
- Bab 28 Dengan resmi berhubungan
- Bab 29 Undangan Pernikahan
- Bab 30 Membalikkan permasalahan
- Bab 31 Jatuh Cinta
- Bab 32 Lebih cepat berakhir
- Bab 33 Jarak terlalu besar
- Bab 34 Mencari sampai ke rumah
- Bab 35 Terluka Keguguran
- Bab 36 Meninggalkan Owen Cheng
- Bab 37 Menjalin Hubungan
- Bab 38 Kembali ke Shanghai
- Bab 39 Balas Dendam Pribadi
- Bab 40 Selamat Bekerja Sama
- Bab 41 Menolak Pernikahan
- Bab 42 Sangat membenciku
- Bab 43 Tidak Percaya Padaku
- Bab 44 Bicara Baik-Baik
- Bab 45 Tidak Tahu Diri
- Bab 46 Perhitungan
- Bab 47 Tidak Sungkan
- Bab 48 Ditakdirkan untuk mati
- Bab 49 Memecahkan Ilusi
- Bab 50 Klarifikasi fakta
- Bab 51 Tidak memiliki latar belakang
- Bab 52 Aku Takut Malu
- Bab 53 Kesialanku
- Bab 54 Dia Tidak Mencintaiku
- Bab 55 Tidak Ingin Jadi Bayangan Orang Lain
- Bab 56 Dia Bisa Membantuku
- Bab 57 Jangan bersedih
- Bab 58 Membunuh Dengan Tangan Sendiri
- Bab 59 Merusak Wajahku Sendiri
- Bab 60 Menggugurkan Anak
- Bab 61 Telat Salah Melihat Kamu
- Bab 62 Melahirkan Dengan Normal
- Bab 63 Tidak Ingin Melewatkan
- Bab 64 Bertemu Dengan Dia Lagi
- Bab 65 Reuni Dengan Teman Lama
- Bab 66 Takdir Tuhan
- Bab 67 Aku tidak dapat menebaknya
- Bab 68 Setiap orang dapat berubah
- Bab 69 Mendapatkanmu
- Bab 70 Aku memilihmu
- Bab 71 Yang ku cintai adalah kamu
- Bab 72 Tak menghargai
- Bab 3 Satu kesempatan
- Bab 74 Tak akan berbaikan
- Bab 75 Bertemu dengan kenalan lama
- Bab 76 Berani
- Bab 77 Aku akan membunuhmu
- Bab 78 Cinta Bertepuk Sebelah Tangan
- Bab 79
- Bab 80 Mengagetkan
- Bab 81 Mengunjungi Tetangga
- Bab 82 Kemarahan yang disengaja
- Bab 83 Aku datang untuk ikut makan
- Bab 84 Keluarga Daniel membuat masalah
- Bab 85 Serigala berbulu domba
- Bab 86 Mendesak Terus
- Bab 87 Melukai Diri Sendiri
- Bab 88 Mengunjungi Bibi Wang
- Bab 89 Belajar untuk berubah
- Bab 90 Pengaruh Lingkungan
- Bab 91 Aku tahu batasan
- Bab 92 Tidak tahu cara menghargai
- Bab 93 Bersaing dengan adil
- Bab 94 Kembali ke kota asal
- Bab 95 Ibu dan anak saling bertemu
- Bab 96 Bertemu Dengan Pria Brengsek
- Bab 97 Lelaki Superior
- Bab 98 Beli 1 Gratis 2
- Bab 99 Kesalahan Besar
- Bab 100 Hal Yang Paling Ditakuti
- Bab 101 Mengungguli
- Bab 102 Main Tangan
- Bab 103 Mengulang kembali
- Bab 104 Mencari pintu masuk
- Bab 105 Janji Palsu
- Bab 106 Memang Kualat
- Bab 107 Tidak Ingin Ikut Campur
- Bab 108 Segera Pindah Rumah
- Bab 109 Kabar Pernikahannya
- Bab 110 Apa yang harus dipertahankan?
- Bab 111 Memutuskan untuk Jujur
- Bab 112 Tidak Mengangkat Telepon
- Bab 13 Kegilaan
- Bab 114 Bertemu Lagi dengan Owen
- Bab 115 Tidak Khawatir lagi (Tamat)