That Night - Bab 89 Belajar untuk berubah
Seketika aku gugup, tapi Owen hanya pelan-pelan menarik tanganku. “Eva, Carrie sudah mengatakannya kepada aku.”
“Apa yang dia katakan?”
Owen menatapku dalam-dalam, aku juga menatapnya dengan grogi. Aku rasa Tuhan sungguh akan melindungi orang tertentu, cowok di depan aku ini dari lahir sudah ada di bagian tertinggi dari piramida, orang lain mungkin harus berusaha mati-matian untuk mendapatkan uang, paras, sedangkan dia sudah ada ini semua dari lahir.
Dia tidak menjawab pertanyaan aku, melainkan menghela napas dan berkata pelan, “Eva, aku akan belajar untuk berubah.”
Hatiku tercekam lagi, merasa Owen seperti ini sepertinya terlalu mendalam perasaannya, juga terlalu......rapuh?
Aku tidak tahu kenapa aku menggunakan kata ini untuk mengumpamakan Owen, tapi memandangi Owen sekarang ini, muncul lagi bayangan malam itu Owen pergi dengan lengang di kepalaku.
Owen yang sekarang tidak tampak sifatnya yang suka menguasai seperti sebelumnya, pandangan matanya ke aku sangat teguh, tapi juga dipenuhi ketidakpastian.
Sejenak hatiku agak sedih, tidak bisa memastikan apakah kerapuhan Owen dikarenakan aku, tapi feelingku mengatakan ini ada hubungannya dengan aku.
“Sebenarnya kamu tidak usah......” Aku tidak tahu harus bagaimana membuka mulut, melihat Owen berubah menjadi seperti ini, hatiku merasa tidak nyaman dan tidak enak.
Owen mengenggam tanganku, dengan tegas dan pasti ia berkata : “Aku perlu berubah.”
“Ini memang aku yang bermasalah, hanya saja aku tidak menyadarinya sebelumnya.” Dia menatap aku, “Eva, maaf.”
Seketika aku tidak tahu harus menjawab apa, di suasana seperti ini Owen malah berkata begitu seperti sedang menginstropeksi diri.
“Sebelumnya aku tidak mengerti kenapa kamu meninggalkan aku, selalu merasa aku memperlakukanmu dengan baik, kenapa kamu masih tidak puas?” Dia menertawakan dirinya sendiri, “Jujur saja, waktu itu saat kamu mengeluarkan foto Catherin Chu lalu bilang mau cerai sama aku, aku sungguh marah sekali. Aku marah karena kamu tidak melihat pengorbanan aku buat kamu, sehingga membuat aku tidak ingin menghibur kamu.”
Aku membasahi bibir, masa lalu terbayang di kepalaku, membuat hatiku sakit luar biasa.
“Aku merasa kamu sangat tidak masuk akal saat marah, jujur saja, belum pernah ada cewek yang berani begitu keras kepala sama aku. Atau bisa dikatakan, belum pernah ada seorang pun berani begitu keras kepala sama aku,”
Owen menatap aku, suaranya yang hangat dan lembut tapi juga berat dan kalem, masuk ke telingaku lalu tercamkan di hatiku.
Aku menengadahkan kepala menatapnya kembali, dalam hatiku ada perasaan yang tak bisa di jelaskan. Semua yang dia katakan ke aku, mau bermaksud kasih tahu aku apa?
Untuk menunjukkan kalau dia lebih bagus dari yang lain?
Salah, Owen yang sekarang sangat tenang, jujur saja aku belum pernah bicara begitu tenang dengan dia.
Suasana ini susah sekali dijelaskan, karena dulu kami sangat mesra dan saling mencintai saat masih bersama, pas ngomong juga tenang sekali, kecuali pas kami bertengkar soal cerai, selain itu kami hampir tidak pernah bertengkar.
Tapi perasaan itu berbeda dengan sekarang.
Owen yang waktu itu seperti seorang guru, dia mengajariku banyak hal, menunjukkan jalan di depan buat aku. Tapi Owen yang sekarang tidak seperti itu, dia yang sekarang sedang membicarakan masalah isi hatinya kepadaku, memberitahukan apa yang dia pikirkan dan apa yang dia rasakan."
“Eva, sejak kecil aku telah hidup mewah, aku terbiasa orang lain selalu menghormati aku, memanjakan aku, jadi tidak pernah aku yang memanjakan orang lain, juga tidak pernah merasa ada siapa yang yang harus aku manjain.”
Dia mengenggam tanganku erat, tampak sedih dan sakit yang dalam dari pandangan matanya, “Aku tidak ingin membuat kamu sakit hati, tapi aku tidak tahu harus berbuat apa.”
Hatiku semakin bergetar hebat, di bawah cahaya lampu yang terang, aku melihat cowok di depan aku ini dengan grogi, dia masih tetap ganteng seperti setengah tahun yang lalu, tapi saat ini dia membuat aku merasa dia tidak angkuh seperti dulu lagi.
“Beri aku sedikit waktu......Aku akan merubahnya, boleh?”
Perkataan ini jatuh ke dalam bagian hatiku yang paling lembut, seketika membuat ketenanganku yang dibuat-buat ini menjadi pecah.
Di kepalaku seperti penuh dengan segala sesuatu yang kacau, sama sekali tidak tahu harus bagaimana berpikir, sedangkan di depan mataku pandangan sudah sayup-sayup. Secara otomatis aku mengangguk dan langsung jatuh ke dalam pelukan Owen.
Dia memelukku erat, kepalanya menyandar di leherku, dengan jelas aku mendengar Owen seperti menghela napas panjang, kemudian mencium bibirku.
Cinta dan benci yang silih berganti selama setengah tahun ini akhirnya mendapatkan kebebasan, meskipun Owen belum benar-benar bertindak, tapi aku sudah merasakan harapanku yang paling dan paling aku inginkan. Aku memeluknya lebih erat lagi, menciumnya lebih luar biasa lagi, ingin sekali rasanya memberitahukan semua perasaan yang terpendam selama setengah tahun lebih ini ke dia.
Terdengar suara pelan, aku tercengang, Owen pun langsung berhenti, badanku juga langsung membeku, secara refleks mengikuti arah suara itu dan melihat ke pintu.
Melihat bibi Wang yang sedang berdiri di depan pintu dan masih membawa barang belanjaan, aku merasa di kepalaku berdengung sebentar, pipiku pun memanas seperti terbakar.
“E......Eva? Kamu, kok bisa datang.......Itu...aku...aku ke dapur!” Melihat keberadaan aku, bibi Wang tercengang sebentar lalu diikuti wajah senang, tapi kemudian juga nampak kedua pipinya yang memerah, segera ia menenteng barang belanjaan dan lari ke dapur, sampai sendal pun lupa di ganti.
Aku menundukkan kepala dengan canggung, kalau saat ini ada telur diletakkan di wajahku, telur itu pasti sudah matang.
“Itu.....Aku pergi dulu......” Aku segera ingin berlari, sungguh canggung sekali, kenapa aku tadi seketika tidak bisa menahan diri? Sampai bibi Wang melihat aku dan Owen sedang......
Ketika teringat sorot mata bibi Wang tadi, aku benar-benar ingin rasanya mencari sebuah celah lalu masuk ke dalam situ. Serta yang buat aku tak bisa terima itu, tadi justru aku yang inisiatif......
Gawat, kelak aku tidak tahu harus bagaimana menghadapi bibi Wang lagi.
Canggung banget gila! Tanpa menunggu Owen merespon aku bangkit berdiri ingin berlari keluar, Owen malah menarik lenganku dan kembali ke dalam pelukannya.
“Makan dulu baru pergi, bibi Wang juga kangen sama kamu.”
“Makan apa lagi coba......Aku canggung banget......” Aku berusaha menundukkan kepala dan meronta di pelukan Owen.
Terdengar suara tawa terkekeh dari atas kepalaku, semakin kuat Owen memeluk aku membuat aku tidak bisa bergerak, “Bibi Wang dengan senang hati melihat kita berdua kayak begini, kalau gak percaya tanya saja sama dia.”
“Hehhhhh, dasar kamu buaya darat.......”
“Iya aku buaya darat, tapi juga cuma sama kamu saja aku kayak begitu.” Owen berkata pelan, mendadak ia menundukkan kepala mengecup cuping telingaku.
Tubuhku bergetar, aku berteriak tanpa bisa ditahan. Pas sadar pipiku rasanya sudah mau mengeluarkan darah.
“Ngapain kamu!” Aku melihat Owen dengan pandangan menuntut, benar-benar malu dan marah.
“Lakuin hal yang tadi belum selesai.” Dia menyunggingkan bibirnya, senyuman menggodanya itu bermaksud tertentu.
“Bibi Wang, aku naik ke atas dulu sama Eva, Eva nanti mau makan sedikit dulu.” Dia berteriak ke arah dapur.
“Iya! Aku langsung masak sekarang, kalian pelan-pelan saja, tidak usah buru-buru.”
Mendengar perkataan bibi Wang aku benar-benar ingin menabrakkan kepalaku ke dinding, kenapa setengah tahun tidak ketemu, bukan cuma Owen saja yang menjadi demikian, bibi Wang pun juga jadi sama!
Owen tertawa lepas melihat aku yang terpojok begitu, kemudian dipeluknya aku naik ke lantai atas.
Novel Terkait
Wanita Yang Terbaik
Tudi SaktiKamu Baik Banget
Jeselin VelaniThe Winner Of Your Heart
ShintaRahasia Istriku
MahardikaSang Pendosa
DoniThat Night×
- Bab 1 Tertangkap selingkuh
- Bab 2 Mengembalikan hadiah pernikahan
- Bab 3 Kamu masih ada uang
- Bab 4 Aku bantu dia kembalikan
- Bab 5 Membawa pulang
- Bab 6 Melayani Bersama
- Bab 7 Kelaparan dan Melahap Apapun
- Bab 8 Terlihat Menyedihkan
- Bab 9 Menyelidikiku
- Bab 10 Meminta Bantuannya
- Bab 11 Menyelesaikan Masalah Hati
- Bab 12 Pertemuan yang kacau
- Bab 13 Kehamilan yang tak direncanakan
- Bab 14 Mendapat yang lebih baik
- Bab 15 Mengalami Penculikan
- Bab 16 – Bisa Dihina
- Bab 17 Menyukai Pria
- Bab 18 Kedatangan
- Bab 19 Berpura-pura
- Bab 20 Mati Saja Kau
- Bab 21 Tanda-tanda Keguguran
- Bab 22 Surat Pernikahan yang Sah
- Bab 23 Pasangan Suami Istri Sesungguhnya
- Bab 24 Sendirian di ruang kosong
- Bab 25 Pekerjaan Lain
- Bab 26 Pencabutan Tuntutan
- Bab 27 Asisten Pribadi Presdir
- Bab 28 Dengan resmi berhubungan
- Bab 29 Undangan Pernikahan
- Bab 30 Membalikkan permasalahan
- Bab 31 Jatuh Cinta
- Bab 32 Lebih cepat berakhir
- Bab 33 Jarak terlalu besar
- Bab 34 Mencari sampai ke rumah
- Bab 35 Terluka Keguguran
- Bab 36 Meninggalkan Owen Cheng
- Bab 37 Menjalin Hubungan
- Bab 38 Kembali ke Shanghai
- Bab 39 Balas Dendam Pribadi
- Bab 40 Selamat Bekerja Sama
- Bab 41 Menolak Pernikahan
- Bab 42 Sangat membenciku
- Bab 43 Tidak Percaya Padaku
- Bab 44 Bicara Baik-Baik
- Bab 45 Tidak Tahu Diri
- Bab 46 Perhitungan
- Bab 47 Tidak Sungkan
- Bab 48 Ditakdirkan untuk mati
- Bab 49 Memecahkan Ilusi
- Bab 50 Klarifikasi fakta
- Bab 51 Tidak memiliki latar belakang
- Bab 52 Aku Takut Malu
- Bab 53 Kesialanku
- Bab 54 Dia Tidak Mencintaiku
- Bab 55 Tidak Ingin Jadi Bayangan Orang Lain
- Bab 56 Dia Bisa Membantuku
- Bab 57 Jangan bersedih
- Bab 58 Membunuh Dengan Tangan Sendiri
- Bab 59 Merusak Wajahku Sendiri
- Bab 60 Menggugurkan Anak
- Bab 61 Telat Salah Melihat Kamu
- Bab 62 Melahirkan Dengan Normal
- Bab 63 Tidak Ingin Melewatkan
- Bab 64 Bertemu Dengan Dia Lagi
- Bab 65 Reuni Dengan Teman Lama
- Bab 66 Takdir Tuhan
- Bab 67 Aku tidak dapat menebaknya
- Bab 68 Setiap orang dapat berubah
- Bab 69 Mendapatkanmu
- Bab 70 Aku memilihmu
- Bab 71 Yang ku cintai adalah kamu
- Bab 72 Tak menghargai
- Bab 3 Satu kesempatan
- Bab 74 Tak akan berbaikan
- Bab 75 Bertemu dengan kenalan lama
- Bab 76 Berani
- Bab 77 Aku akan membunuhmu
- Bab 78 Cinta Bertepuk Sebelah Tangan
- Bab 79
- Bab 80 Mengagetkan
- Bab 81 Mengunjungi Tetangga
- Bab 82 Kemarahan yang disengaja
- Bab 83 Aku datang untuk ikut makan
- Bab 84 Keluarga Daniel membuat masalah
- Bab 85 Serigala berbulu domba
- Bab 86 Mendesak Terus
- Bab 87 Melukai Diri Sendiri
- Bab 88 Mengunjungi Bibi Wang
- Bab 89 Belajar untuk berubah
- Bab 90 Pengaruh Lingkungan
- Bab 91 Aku tahu batasan
- Bab 92 Tidak tahu cara menghargai
- Bab 93 Bersaing dengan adil
- Bab 94 Kembali ke kota asal
- Bab 95 Ibu dan anak saling bertemu
- Bab 96 Bertemu Dengan Pria Brengsek
- Bab 97 Lelaki Superior
- Bab 98 Beli 1 Gratis 2
- Bab 99 Kesalahan Besar
- Bab 100 Hal Yang Paling Ditakuti
- Bab 101 Mengungguli
- Bab 102 Main Tangan
- Bab 103 Mengulang kembali
- Bab 104 Mencari pintu masuk
- Bab 105 Janji Palsu
- Bab 106 Memang Kualat
- Bab 107 Tidak Ingin Ikut Campur
- Bab 108 Segera Pindah Rumah
- Bab 109 Kabar Pernikahannya
- Bab 110 Apa yang harus dipertahankan?
- Bab 111 Memutuskan untuk Jujur
- Bab 112 Tidak Mengangkat Telepon
- Bab 13 Kegilaan
- Bab 114 Bertemu Lagi dengan Owen
- Bab 115 Tidak Khawatir lagi (Tamat)