That Night - Bab 24 Sendirian di ruang kosong
Owen masuk kembali ke dalam ruang baca setelah makan, setelah membersihkan tubuhku kemudian aku berbaring di sebuah kasur yang besar dan luas, di dalam hatiku tiba-tiba muncul perasaan sedih dan kecewa.
Aku sedikit berpikir ingin menertawakan diri sendiri, aku sudah menikah sebanyak dua kali, tetapi selalu saja tinggal sendirian di rumah. Kelihatannya peruntungan pernikahanku sungguh buruk.
“Tok tok tok….” Hatiku terhentak begitu mendengar suara pintu diketuk, lalu bergegas turun dari kasur untuk membuka pintu.
Owen berdiri di luar pintu, dengan ekspresi yang datar berkata: “Besok aku akan membawamu ke rumah sakit untuk melakukan pemeriksaan.”
“Bukannya baru saja periksa?” Hari ini aku baru saja keluar dari rumah sakit, semua pemeriksaan yang harus kulakukan semuanya sudah kulakukan.
“Kita pergi ke rumah sakit swasta untuk pemeriksaan kandungan, untuk membuat riwayat kesehatan ibu dan anak.”
Seketika aku mengerti, riwayat kesehatan ibu dan anak sama dengan riwayat penyakit, dapat mencatat perubahan tubuh yang terjadi selama masa mengandung, kalau sampai nanti terjadi suatu kejadian darurat maka masih ada riwayat untuk melacaknya.
“Aku mengerti, besok jam berapa?”
“Jam delapan berangkat.”
Aku mengangguk-anggukan kepalaku, seketika aku tidak tahu harus mengatakan apa.
Walaupun Owen sudah menjadi suamiku, tetapi yang kumengerti tentangnya hanya sebatas data yang dapat ditemukan di internet saja. Begitu berhadapan dengannya, aku sungguh tidak memiliki topik pembicaraan apapun. Sedangkan Owen juga hanya memperhatikanku yang tidak diam seribu bahasa.
Malam sudah begitu larut, entah mengapa suasana berubah menjadi begitu samar-samar.
Aku terbatuk sekali lalu berkata, “Istirahatlah lebih awal."
Gestur tubuhku sudah mau menutup pintu, Owen kemudian tiba-tiba malahan maju selangkah menghampiri.
Aku reflek bergerak mundur, aku mendongakkan kepalaku melihat Owen jantungku berdebar seperti petir yang bergemuruh.
Bola mata Owen terlihat begitu dalam dan misterius hingga aku tidak dapat melihat pikirannya, di saat aku masih tertegun sebuah lengan yang begitu kekar dan bertenaga memeluk pinggangku.
“Kau mau apa!” Aku terkejut seketika, gerakan ini sungguh terlampau ambigu.
Owen menatapku dengan tatapan yang begitu dalam, tangannya pun lebih erat lagi daripada sebelumnya, dengan suara yang berat ia berkata: “Kita adalah suami istri.”
Jantungku terhentak sesaat, apa maksud dari perkataannya ini?
Sesaat itu pikiranku begitu kacau balau, walaupun kami berdua adalah suami istri, tetapi di antara aku dan Owen tidak ada perasaan.
“Kita berdua hanya bekerja sama saja….” Suaraku sedikit gemetar.
“Isi dari kontrak perjanjian tertulis begitu jelas, kau harus memenuhi tugas sebagai seorang istri, sudah sewajarnya termasuk menyelesaikan kebutuhan jasmaniku.”
Owen dengan begitu tenangnya mengatakan perkataan itu, sudah mirip seperti pengusaha yang sedang tawar-menawar.
Mataku melihat wajah Owen yang lama kelamaan semakin mendekat, aku begitu tegang hingga tidak bisa bernafas, Owen kemudian malah melepaskanku.
“Kau harus beradaptasi dengan caraku melakukan kontak denganmu.” Suara Owen begitu tenang , “Sudah malam, besok aku akan membangunkanmu.”
Melihat owen pergi, aku cepat-cepat menutup pintu, dahiku sudah begitu mengerut dibuatnya.
Sebenarnya apa maksud dari perkataan Owen tadi?
Hatiku begitu berantakan, membuatku semalaman tidak bisa tertidur lelap, keesokan harinya aku pergi ke rumah sakit dengan dua kantung mata hitam di mataku.
Lingkungan rumah sakit begitu baik, pemeriksaan pun berjalan lancar. Dokter berkata bayi yang ada di dalam kandunganku sehat, pertanda keguguran beberapa hari sebelumnya tidak memberikan dampak apapun.
Aku menghelakan nafas, lalu meletakan kedua tanganku di atas perut, dengan reflek aku menatap Owen, dengan terkejut aku melihat terdapat seberkas senyuman di bibir Owen, yang sambil bertanya kepada dokter mengenai hal-hal yang perlu diperhatikan saat masa kehamilan.
Owen sungguh begitu peduli kepada anak ini, seharusnya ia tidak hanya menjadikan anak ini sebagai “alat” untuk melanjutkan keturunannya saja kan?
Rasa gembira meluas di dalam hatiku, selesai melakukan pemeriksaan Owen mengangkat telepon lalu pergi ke perusahaan, sedangkan aku menghubungi Carrie untuk bertemu dengannya, Owen menelepon supir untuk mengantarku ke sana.
Sudah sewajarnya aku tidak memiliki kritik apapun terhadap hal ini, dan juga tidak membicarakan tentang hubunganku dengan Owen yang hanya sebatas hubungan kerja sama, Owen sebagai “Perekrut”, sedangkan aku sebagai “Pegawai”, yang sama sekali tidak pantas untuk meminta Owen mengirim mobil untuk mengantar dan menjemputku.
Apalagi Owen benar-benar begitu sibuk, kalau hari ini ia dapat langsung menemaniku pergi melakukan pemeriksaan sungguh membuatku merasa terharu.
Hanya saja, tak kusangka saat aku menunggu mobil di depan pintu masuk rumah sakit malah tidak sengaja bertemu dengan Tina dan Valen.
Begitu melihatku ada di sini mereka berdua pun tertegun sesaat, tetapi kemudian Tina dengan bergegas menghampiriku.
“Rupa-rupanya ada Eva, aku ingin lihat kali ini kau mau bersembunyi kemana!”
Sebelumnya ia datang ribut-ribut di rumah sakit aku langsung jatuh pingsan, sesudah itu aku tidak pernah menjumpai mereka lagi, kelihatannya orang-orang Owen yang menahan mereka.
Hatiku gemetar dan dengan reflek aku mengarah ke belakang untuk bersembunyi, bodyguard yang berada di depanku dengan segera maju dan mencengkram kepalan tangan yang diangkat oleh Tina.
“Eva, apa yang kau perbuat!” Valen berteriak dengan suara keras, dalam sekejap mengundang perhatian orang-orang yang ada di sekitarnya.
Adanya bodyguard membuatku jauh lebih aman, tetapi aku malahan merasa bingung melihat Tina dan Valen. Ini adalah rumah sakit swasta ibu dan anak, selain masalah kandungan tidak ada lagi yang lainnya, mereka berdua datang ke sini untuk apa?
Aku sedikit tertegun, aku melihat di tangannya ada sebuah amplop riwayat yang sama denganku.
“Kau kesini untuk memeriksa kandungan?” Tina dengan ekspresinya yang tidak menyangka menatapku.
Aku mengangguk-anggukan kepala, menaikan alisku dan melihat mereka berdua, “Kalian juga datang kesini untuk memeriksa kandungan?”
Aku memberikan isyarat kepada body guard untuk melepaskan Tina, Pikiranku sambil terus berjalan.
Tina sudah berusia lima puluh tahun lebih, sulit untuknya untuk dapat mengandung, lagian kalau ia mengandung pun tidak mungkin menyuruh Valen menemaninya.
Riwayatnya sudah jelas-jelas ada, kalau begitu amplop riwayat itu adalah milik Valen.
Sekarang Tina menemani Valen untuk bersama-sama datang ke sini, jadi dapat dikatakan Valen yang sedang mengandung, dan lagi anak itu adalah anaknya dengan Daniel?
Valen segera menahan lengan Tina, dengan begitu hati-hati menatapku, “Iya, aku sedang mengandung, Mama menemaniku untuk melakukan pemeriksaan."
“Mama?”
Aku tertawa, “Bukankah Daniel baru berpisah denganku lalu dipenjarakan bukan? Kapan kalian melangsungkan pernikahannya?”
Wajah Valen seketika memerah, menghampiriku dan mulai memaki, hanya saja Tina mencengkram dan menahannya.
Tina mengerutkan alisnya sambil menatapku, “Bayi yang ada di dalam kandunganmu itu milik siapa?”
Seketika itu aku mengerti rasa bertanya-tanya dari Tina, tiba-tiba ada rasa yang sangat jijik muncul, dengan sengaja aku balik bertanya, “Menurutmu?”
Bagaimanapun aku dan Daniel menjalani hubungan begitu lamanya, Tina pasti berpikir anak didalam perutku ini adalah anak Daniel.
Hanya saja saat aku bicara hal itu aku sama sekali tidak ingat disebelahku ada bodyguard Owen, aku juga tidak memikirkan perkataan ini dapat membawa masalah seperti apa kepadaku.
"Anakmu ini apakah anak Daniel?" Alisnya dipelintir hingga begitu mengerut.
Seketika itu Valen merasa gugup, “Ma, bagaimana mungkin anak ini adalah milik Daniel! Daniel sedikitpun tak pernah menyentuhnya, kau lihat di sampingnya berdiri empat orang pria, masih belum tahu anak ini milik pria liar mana.”
Aku merasa tergelitik melihat Valen, “Daniel tidak pernah menyentuhku, tapi apakah Daniel pernah menyentuhmu? Saat itu Daniel membawamu pulang tetapi apapun tidak dilakukan ya.”
"Kau….." Valen begitu marah hingga menghentakan kakinya, ia berteriak dengan kencang, “Kita bukan kali itu saja!”
“Oh~ Jadi kau dan Daniel sudah melakukannya berkali-kali.” Aku tertawa dingin.
Walaupun di dalam hati terasa amat sangat benci, tetapi saat berbicara tetap begitu tenang.
Orang-orang yang ada di sekelilingnya sudah mulai berbisik membicarakan hal ini, pasien di rumah sakit swasta ini tidak banyak , tetapi orang yang datang adalah orang-orang penting yang memiliki kedudukan.
Aku sengaja menaikan volume suaraku, menatap Tina dan berkata: “Benar apa yang dikatakan Valen, antaraku dan Daniel tidak terjadi apapun, dengan begitu anak ini sewajarnya bukanlah miliknya. Hanya saja, kami berdua sekarang sudah berpisah, aku mengandung anak siapa tidak ada hubungannya dengan kalian kan.”
Novel Terkait
That Night×
- Bab 1 Tertangkap selingkuh
- Bab 2 Mengembalikan hadiah pernikahan
- Bab 3 Kamu masih ada uang
- Bab 4 Aku bantu dia kembalikan
- Bab 5 Membawa pulang
- Bab 6 Melayani Bersama
- Bab 7 Kelaparan dan Melahap Apapun
- Bab 8 Terlihat Menyedihkan
- Bab 9 Menyelidikiku
- Bab 10 Meminta Bantuannya
- Bab 11 Menyelesaikan Masalah Hati
- Bab 12 Pertemuan yang kacau
- Bab 13 Kehamilan yang tak direncanakan
- Bab 14 Mendapat yang lebih baik
- Bab 15 Mengalami Penculikan
- Bab 16 – Bisa Dihina
- Bab 17 Menyukai Pria
- Bab 18 Kedatangan
- Bab 19 Berpura-pura
- Bab 20 Mati Saja Kau
- Bab 21 Tanda-tanda Keguguran
- Bab 22 Surat Pernikahan yang Sah
- Bab 23 Pasangan Suami Istri Sesungguhnya
- Bab 24 Sendirian di ruang kosong
- Bab 25 Pekerjaan Lain
- Bab 26 Pencabutan Tuntutan
- Bab 27 Asisten Pribadi Presdir
- Bab 28 Dengan resmi berhubungan
- Bab 29 Undangan Pernikahan
- Bab 30 Membalikkan permasalahan
- Bab 31 Jatuh Cinta
- Bab 32 Lebih cepat berakhir
- Bab 33 Jarak terlalu besar
- Bab 34 Mencari sampai ke rumah
- Bab 35 Terluka Keguguran
- Bab 36 Meninggalkan Owen Cheng
- Bab 37 Menjalin Hubungan
- Bab 38 Kembali ke Shanghai
- Bab 39 Balas Dendam Pribadi
- Bab 40 Selamat Bekerja Sama
- Bab 41 Menolak Pernikahan
- Bab 42 Sangat membenciku
- Bab 43 Tidak Percaya Padaku
- Bab 44 Bicara Baik-Baik
- Bab 45 Tidak Tahu Diri
- Bab 46 Perhitungan
- Bab 47 Tidak Sungkan
- Bab 48 Ditakdirkan untuk mati
- Bab 49 Memecahkan Ilusi
- Bab 50 Klarifikasi fakta
- Bab 51 Tidak memiliki latar belakang
- Bab 52 Aku Takut Malu
- Bab 53 Kesialanku
- Bab 54 Dia Tidak Mencintaiku
- Bab 55 Tidak Ingin Jadi Bayangan Orang Lain
- Bab 56 Dia Bisa Membantuku
- Bab 57 Jangan bersedih
- Bab 58 Membunuh Dengan Tangan Sendiri
- Bab 59 Merusak Wajahku Sendiri
- Bab 60 Menggugurkan Anak
- Bab 61 Telat Salah Melihat Kamu
- Bab 62 Melahirkan Dengan Normal
- Bab 63 Tidak Ingin Melewatkan
- Bab 64 Bertemu Dengan Dia Lagi
- Bab 65 Reuni Dengan Teman Lama
- Bab 66 Takdir Tuhan
- Bab 67 Aku tidak dapat menebaknya
- Bab 68 Setiap orang dapat berubah
- Bab 69 Mendapatkanmu
- Bab 70 Aku memilihmu
- Bab 71 Yang ku cintai adalah kamu
- Bab 72 Tak menghargai
- Bab 3 Satu kesempatan
- Bab 74 Tak akan berbaikan
- Bab 75 Bertemu dengan kenalan lama
- Bab 76 Berani
- Bab 77 Aku akan membunuhmu
- Bab 78 Cinta Bertepuk Sebelah Tangan
- Bab 79
- Bab 80 Mengagetkan
- Bab 81 Mengunjungi Tetangga
- Bab 82 Kemarahan yang disengaja
- Bab 83 Aku datang untuk ikut makan
- Bab 84 Keluarga Daniel membuat masalah
- Bab 85 Serigala berbulu domba
- Bab 86 Mendesak Terus
- Bab 87 Melukai Diri Sendiri
- Bab 88 Mengunjungi Bibi Wang
- Bab 89 Belajar untuk berubah
- Bab 90 Pengaruh Lingkungan
- Bab 91 Aku tahu batasan
- Bab 92 Tidak tahu cara menghargai
- Bab 93 Bersaing dengan adil
- Bab 94 Kembali ke kota asal
- Bab 95 Ibu dan anak saling bertemu
- Bab 96 Bertemu Dengan Pria Brengsek
- Bab 97 Lelaki Superior
- Bab 98 Beli 1 Gratis 2
- Bab 99 Kesalahan Besar
- Bab 100 Hal Yang Paling Ditakuti
- Bab 101 Mengungguli
- Bab 102 Main Tangan
- Bab 103 Mengulang kembali
- Bab 104 Mencari pintu masuk
- Bab 105 Janji Palsu
- Bab 106 Memang Kualat
- Bab 107 Tidak Ingin Ikut Campur
- Bab 108 Segera Pindah Rumah
- Bab 109 Kabar Pernikahannya
- Bab 110 Apa yang harus dipertahankan?
- Bab 111 Memutuskan untuk Jujur
- Bab 112 Tidak Mengangkat Telepon
- Bab 13 Kegilaan
- Bab 114 Bertemu Lagi dengan Owen
- Bab 115 Tidak Khawatir lagi (Tamat)