That Night - Bab 13 Kegilaan

Carrie mendengar pertanyaanku kaget, sepertinya dia telah terbangun. "Kak Owen sudah menghubungimu?"

Suaranya seperti menunjukkan rasa kaget, tapi saat itu karena aku sedang panik aku tidak memperhatikannya.

"Iya, dia meneleponku, dan terus memanggil namaku, tapi saat aku menjawabnya dia langsung menutup teleponnya... Carrie, apakah kamu tahu apa yang terjadi? Sepertinya dia sedang mabuk, tapi sekarang bibi Wang juga tidak mengangkat teleponku..."

Air mataku terus mengalir, mungkin karena aku panik tenggorokanku juga mulai terasa perih. Tidak tahu kenapa, sekarang hatiku sangat tidak tenang, seperti merasa bahwa akan terjadi sesuatu yang tidak baik.

"Kamu jangan panik, sekarang aku pergi melihat kak Owen." Carrie menjawab, lalu aku mendengar suara gemeresik, sepertinya Carrie sedang ganti baju.

Aku berkali-kali mengganggukan kepalaku, tidak peduli apakah Carrie melihatnya atau tidak, "Kalalu begitu kamu pergilah, aku menunggu kabarmu, dan kalau kamu bertemu dengan bibi Wang tolong suruh dia untuk menghubungiku..."

"Oke, aku tutup dulu teleponnya, nanti aku menghubungimu kembali." Carrie Lin menutup telepon

Aku menggenggam erat hp ku dan berjalan mondar-mandir di kamar, sama sekali tidak bisa duduk dengan tenang. Aku mencoba menelepon Owen dan bibi Wang kembali, tapi hp mereka tetap tidak aktif. Setiap kali mendengar suara wanita yang seperti suara robot itu aku menjadi semakin panik, membuatku ingin sekali menghempaskan hp ini.

Malam pun telah larut, aku masih saja tidak merasa ngantuk, tapi apapun tidak bisa kulakukan. Berkali-kali aku melihat layar hp, akhirnya aku menerima telepon dari Carrie.

"Carrie, bagaimana?" Belum sempat Carrie berkata aku sudah bertanya duluan.

"Tidak apa-apa, kak Owen mabuk, tadi suasana kacau, hp bibi Wang juga rusak karena dihempasnya, makanya..." Carrie tidak melanjutkannya, hatiku yang tidak tenang semalaman ini seperti sedang tenggelam pelan-pelan.

Owen meneleponku saat sudah mabuk, jadi ini dalam keadaan tidak sadar bukan? Lalu saat dia mendengar suaraku dia menutupnya dan menonaktifkan hpnya, pasti karena tidak ingin menghubungiku...

Dan hp bibi Wang yang terhempas Owen, karena Owen melihat aku menelepon bibi Wang?

Mulutku terasa pahit, tebakan ini membuat hatiku sakit, tiba-tiba merasa diriku yang khawari dan panik semalaman hanya seperti sebuah lelucon saja.

Owen tidak ingin mempedulikanku, aku malah senang sendiri karena teleponnya, dan malah mengasumsi bahwa Owen masih mencintaiku, makanya mabuk pun dia masih bisa menghubungiku.

Eva, kamu masih saja terlalu kepedean, masih lebih pede dari Daniel.

Aku menertawakan diriku sendiri, dan hatiku merasakan kepahitan yang luar biasa. "Maaf ya Carrie, aku mengganggu istirahatmu."

"Tidak usah sungkan, aku anggap ini olahraga pagi, lagian juga tidak jauh dari rumahku." Carrie memang tertawa, tapi aku bisa merasa ada rasa terpaksa pada nada bicaranya.

Aku semakin merasa bersalah, lagi pula profesi sebagai dokter tidaklah mudah, semua harus mengutamakan pasien, sangat susah untuk punya waktu tidur yang teratur. Pagi-pagi sekali aku sudah membangunkannya, jangan-jangan semalam dia juga lembur.

"Kamu istirahatlah, jangan sampai kerjamu terganggu..." Aku juga tidak tahu harus berkata apa, untunglah Carrie langsung menjawab "Oke", dan langsung menutup teleponku.

Aku tetap melihat layar hpku beberapa kali, dalam hatiku masih banyak pertanyaan, misalnya kenapa Owen mabuk? Misalnya lagi apakah benar Owen dan Evelin akan bertunangan.

Tapi, semua pertanyaan ini tidak bisa kutanyakan, aku juga tidak tahu harus bertanya kepada siapa.

Apalagi, Owen menutup teleponku setelah mendengar suaraku, dan karena melihatku menelepon bibi Wang, hp bibi Wang pun dirusakinya, sangat terlihat jelas, Owen sudah mati rasa kepadaku.

Aku tersenyum pahit, tidak tahu kenapa sikap Owen kepadaku tiba-tiba berubah drastis, tapi aku seharusnya sudah tahu jawabannya.

Bagaimanapun juga aku yang tidak pamitan kepadanya, orang yang sombong seperti Owen, bagaimana mungkin dia tidak marah?

Kesimpulannya aku yang terlalu manja?

Aku tidak tahu bagaimana menjelaskan perbuatanku, tapi semua telah tejadi, tapi aku juga tidak menyesal, setidaknya aku sudah melakukan hal yang ingin kulakukan "sesukaku".

Aku berbaring di atas ranjang dan tidak ingin bergerak, hpku terlempar ke samping. Berbagai kenangan muncul di kepalaku, pertemuanku dengan Owen, bagaimana aku berkenalan dengannya, hingga berpacaran dan bertengkar dengannya...

Mungkin karena ada kandungan obat tidur dalam obat yang kumakan, walaupun hatiku sangat kacau, tapi akhirnya aku pun terlelap.

Tidur ini terasa sangat melelahkan, paginya aku langsung terbangun karena suara hp, aku merasakan kepalaku yang berdenyut, seperti akan meledak.

Aku mengerutkan dahi dan melihat hpku, itu adalah nomor asing.

Dulu aku selalu terbiasa mematikan telepon dari nomor asing, tapi kali ini karena kepalaku pusing, tanpa kusadari aku mengangkat telepon itu.

"Halo..."

"Eva, aku sudah bercerai!"

Suara gembira terdengar di telepon, aku terkaget dan tiba-tiba tidak ada rasa ngantuk lagi, lalu aku pun terduduk di atas ranjang.

Daniel! Dia sudah bercerai!

"Kamu dimana? Ayok ketemuan." Suara Daniel terdengar kembali, hatiku terusik.

Sebelumnya aku bilang kepada Daniel untuk tidak menghubungiku sebelum bercerai, tapi itu hanya untuk memberinya tekanan dan mendorong dia untuk bercerai, juga agar diriku tenang, lagipula aku sama sekali tidak ingin ada kaitan lagi dengannya.

Tapi aku benar-benar tidak menyangka mereka akan bercerai secepat ini, Valen benar-benar rela? Sama sekali tidak ada perseteruan?

"Eva, kamu bicara dong." Suara Daniel sedikit dingin. Aku berusaha untuk menenangkan perasaanku, "Benar sudah bercerai?"

"Iya, sudah." Daniel menjawab cepat.

Aku mengerutkan alis, "Kalau begitu kamu kirim surat perceraianmu kepadaku."

Lalu aku pun menutup teleponku, lalu segera membuka wechat dan meminta bukti dari Valen.

Valen menggunakan beberapa akun cadangan dan meminta pertemanan kepadaku di wechat, aku tidak tahu apakah dia masih memakai akun yang lama, beberapa pesanku tidak dibalasnya, lalu aku membongkar kembali akun-akunnya dan mengirim permintaan pertemanan di wechat.

Tapi yang aneh adalah, dia tidak menerima permintaan bertemanku, dan sejak aku menutup teleponnya Daniel juga tidak mengirimkan surat perceraiannya kepadaku.

Sekali lagi aku mengerutkan alisku, di dalam hatiku aku merasa seperti ada yang aneh. Tapi setelah itu ada satu hal yang membuatku lebih kaget lagi, aku tahu Daniel memang tidak tahu malu, tapi aku sama sekali tidak tahu dia bisa segila ini.

Novel Terkait

The Sixth Sense

The Sixth Sense

Alexander
Adventure
3 tahun yang lalu
Loving The Pain

Loving The Pain

Amarda
Percintaan
4 tahun yang lalu
Marriage Journey

Marriage Journey

Hyon Song
Percintaan
3 tahun yang lalu
A Dream of Marrying You

A Dream of Marrying You

Lexis
Percintaan
3 tahun yang lalu
Menantu Bodoh yang Hebat

Menantu Bodoh yang Hebat

Brandon Li
Karir
3 tahun yang lalu
Istri Direktur Kemarilah

Istri Direktur Kemarilah

Helen
Romantis
3 tahun yang lalu
The Great Guy

The Great Guy

Vivi Huang
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Mi Amor

Mi Amor

Takashi
CEO
4 tahun yang lalu