That Night - Bab 82 Kemarahan yang disengaja

"Kita rawat dia dengan baik." kata Owen sambal memandangi Joanna.

Aku terdiam, hatiku berdesir. Percakapan seperti ini memang terdengar hangat di dalam sebuah keluarga, tapi aku dan Owen sudah bercerai...

Aku mengerutkan bibirku dan tidak menjawabnya, lalu berbalik untuk menggendong Eason. "Sekarang giliran Eason."

Owen mengangguk, Kakak Liu mengambil Joanna dari pelukkan Owen. Owen gugup saat melihat Kakak Liu mengambil Joanna, ia khawatir seolah Kakak Liu akan menjatuhkan Joanna ke lantai.

Hatiku semakin melunak, lalu aku memberi Eason kepada Owen untuk digendongnya. Gerakan Owen sudah lebih mahir dibanding sebelumnya, ia menatap Eason yang ada di pelukannya lalu tersenyum, mata besar dan bundar Eason juga tidak berkedip memandangi Owen, tatapannya menunjukan rasa penasaran yang dalam, ia pun sama sekali tidak menangis.

"Eason dan Joanna bisa mengenal orang ya? saat digendong oleh Kak Owen sangat penurut, mengapa saat aku menggendongnya mereka menjadi tidak penurut." tanya Carrie. Aku bisa menebaknya, tujuan Carrie beberapa kali datang kemari adalah untuk membantu Owen berbicara.

Aku tahu pasti dalam hatinya Carrie ingin aku dan Owen kembali harmonis, ini bukan karena Carrie egois, tapi karena siapapun akan merasa Owen begitu baik terhadapku, seharusnya aku sudah menjalani kehidupan dengan gembira bersamanya, tapi kenyataannya sekarang aku sedang berjalan membahayakan diri.

Aku berpura-pura tidak mengerti apa yang dikatakan Carrie, tatapanku tetap pada Owen dan Eason yang sedang digendongnya. Saat itu mereka sedang saling memandang satu sama lain, kehangatan yang belum pernah dirasakan sekarang ini perlahan muncul di antara keduanya.

Apakah hubungan darah benar-benar bias menyebabkan hal seperti ini? Meskipun Eason dan Joanna sangat penurut, tapi mereka malu terhadap orang asing, hampir setiap saat bertemu dengan orang asing mereka akan lebih waspada. Sebelumnya, mereka juga menangis hebat saat melihat muka suster di rumah sakit, tapi saat berada di pelukan Owen sekarang, mereka sangat-sangat penurut.

"Namanya Eason?" tanya Owen dengan suara kecil.

"Iya." jawabku, lalu aku ragu untuk menambahkan tapi tetap kukatakan kepadanya, "Eason Luo dan Joanna Luo."

Setelah aku mengucapkan kedua nama itu, aku mengangkat kepala dan melihat Owen. Dia diam tidak bergerak, wajahnya seperti menunjukkan sesuatu yang tidak alami, tapi ia tetap menutup mulutnya dan tidak bersuara lagi.

Suasana berubah menjadi tertekan, aku juga tidak mengerti mengapa aku mengganti marga anak-anak, sepertinya aku menggunakan cara ini untuk membuat batasan yang jelas, dan bersamaan memberitahukan kepada Owen soal "Hak kepemilikkan" anak-anak itu.

Melihat Owen menggendong Eason tak bersuara, hatiku menjadi tidak enak, lalu aku mengambil Eason dari perlukannya, "Biarkan mereka beristirahat."

"Aku masih ingin menemani mereka."

"Mereka sudah Lelah." jawabku, lalu segera mengulurkan tangan dan menggendong Eason. Owen berusaha menghindar tapi ia takut menyakiti Eason hingga akhirnya terpaksa memberikan Eason ke tanganku.

Hanya saja raut wajahnya berubah seiring pergerakkanku, ia menutup bibirnya dengan rapat, tatapan seriusnya berubah menjadi kabur, ia berdiri diam seperti baru saja terkena musibah besar.

"Ayo turun." kataku kepadanya, jantungku berdegup semakin kencang.

Mungkin aku sedikit bertindak di luar nalar, di dalam hatiku memang terkadang ada sedikit kegeraman, karena Owen sama sekali tidak membahas tentang hak asuh anak kepadaku.

Ada suatu pepatah berkata, kematian itu tidak menakutkan, tapi yang menakutkan adalah menunggu kematian itu sendiri. Aku sekarang ini adalah orang yang menunggu kematian, tidak tahu kapan Owen akan membicarakan tentang hak asuh anak kepadaku, dan yang aku lebih tidak mengerti lagi adalah apa tujuan Owen pindah ke luar negeri untuk menjadi tetanggaku.

Aku hanya merasa ada sebilah pedang tajam yang menusuk kepalaku, membuat aku sulit makan dan sulit tidur di setiap saat.

Owen menatapku dengan tatapan yang dalam, akhirnya ia melihat sekali lagi Eason dan Joanna dengan tidak rela meninggalkannya, ia pun berbalik dan berjalan keluar meninggalkan kamar.

Aku menghela napas dan berjalan mengikutinya, sudut mataku melihat ekspresi Carrie yang terlihat khawatir.

"Owen, lebih baik kita bicara." kataku kepada Owen tanpa basa basi.

Ia menatapku dengan dalam lalu berkata, "Baik, ayo kita bicara."

"Aku tidak akan melepaskan hak asuh kedua anak ini." kataku dengan keras hati melihatnya.

Owen mengerutkan dahinya, Carrie juga terdiam tidak bias berkata apa-apa. Karena ini adalah urusanku dengan Owen, jadi meskipun dia adalah sahabat baikku, tapi saat ini dia tidak bisa memberikan saran atau membujukku.

Setelah beberapa lama, Owen mulai membuka mulutnya, "Aku tidak menginginkan hak asuhnya."

Hatiku terkejut, aku tidak menduga Owen akan mengatakan hal itu, tapi aku juga tidak bisa menahan atas munculnya sedikit kemarahan.

Apa maksud dari perkataannya?

Meskipun aku tidak pernah berpikir untuk memberikan hak asuh anak-anak kepada Owen, tapi dia adalah ayah dari anak-anak itu, apa dia sedikitpun tidak ingin mendapatkan hak asuh itu? Kalau begitu, untuk apa tadi dia begitu lembut terhadap anak-anak? Dan untuk apa ia ingin datang dan melihat anak-anak?

Di tengah kebingunganku, aku merasa Owen hanya menganggap anak-anak sebagai hewan peliharaan, bila perasaannya sedang senang, ia akan penasaran lalu datang melihat, tapi bila perasaannya sedang tidak senang, ia lalu tidak tertarik lagi dan tidak peduli dengan anak-anak.

"Bagus kalau kamu tidak ingin hak asuh itu, ini adalah perkataanmu, kalau begitu lebih baik kita segera tanda tangani surat perjanjian." kataku dengan nada dingin, lalu aku membalikkan badan untuk mengambil kertas dan pena.

Aku duduk di sofa dan segera menulis dengan cepat, aku yang menulis dengan bertenaga hampir membuat pena di tanganku patah. Kegeraman di hatiku semakin menjadi-jadi, aku marah untuk mewakili diriku sendiri, dan juga mewakili kemarahan kedua orang anakku.

Aku mengangkat kepala dan menatap Owen dengan emosi, "Karena kamu tidak menginginkan hak asuhnya, aku harap kamu tidak akan datang untuk mengganggu kehidupanku dan anak-anakku lagi, karena aku tidak ingin menjelaskan kepada mereka kalau mereka memiliki kehidupan yang sangat rumit."

"Cepat tanda tangani perjanjian ini!" kata ku sambil memberikan surat itu ke meja di hadapan Owen.

Owen menatapku dengan dingin, tatapannya beralih ke surat perjanjian yang tersimpan di atas meja.

Tangan besarnya meraih kertas itu, tatapannya terhenti di lembar kertas itu, bibir tipisnya yang seksi tersenyum nakal.

Hatiku terheran dan ingin bertanya kepadanya hal apa yang sedang ditertawakannya. Dia lalu mengangkat kepalanya dan menatapku, lalu kedua tangannya menjepit kertas itu dan merobek-robek nya menjadi helaian kertas.

"Apa yang kamu lakukan!" kataku terdiam dan emosi menatapnya.

Owen mengangkat tangannya, kertas yang dirobeknya itu telah berubah seperti salju yang perlahan jatuh ke tanah.

"Aku tidak akan merebut hak asuh anak itu, karena dari awal hak asuh mereka memang sudah menjadi milikku." kata Owen dengan suaranya yang berat.

Tiba-tiba ia berdiri dan berjalan beberapa langkah untuk menghampiriku, tangannya yang hangat tiba-tiba menjepit daguku.

Aku terkejut dan ingin melepaskan diri, tapi jepitannya di daguku malah semakin kencang.

Owen menatapku, tatapan seriusnya menunjukan sedikit kegeraman dan perasaan yang tertekan. Ia lalu berkata dengan perlahan, "Eva Luo, aku memiliki kesabaran untuk kamu berubah pikiran. Aku telah mengatakannya kepadamu, kedatanganku kali ini adalah untuk membawa istri dan anakku pulang ke rumah."

"Eason Luo, Joanna Luo ....." katanya dengar suara kecil, wajahnya tersenyum, "Namanya bagus, bila kamu suka dengan nama itu, berikan saja kepada mereka, aku tidak mempermasalah hal itu."

Novel Terkait

Love Is A War Zone

Love Is A War Zone

Qing Qing
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Don't say goodbye

Don't say goodbye

Dessy Putri
Percintaan
4 tahun yang lalu
Dipungut Oleh CEO Arogan

Dipungut Oleh CEO Arogan

Bella
Dikasihi
4 tahun yang lalu
Cinta Tak Biasa

Cinta Tak Biasa

Susanti
Cerpen
4 tahun yang lalu
Cinta Di Balik Awan

Cinta Di Balik Awan

Kelly
Menjadi Kaya
4 tahun yang lalu
The Comeback of My Ex-Wife

The Comeback of My Ex-Wife

Alina Queens
CEO
4 tahun yang lalu
Kamu Baik Banget

Kamu Baik Banget

Jeselin Velani
Merayu Gadis
3 tahun yang lalu
Husband Deeply Love

Husband Deeply Love

Naomi
Pernikahan
4 tahun yang lalu