Behind The Lie - Bab 51 Hari Ini Aku Membawa Seseorang Untuk Melihat Kamu

"Jika tidak ada masalah lagi, kamu lanjutkan saja pekerjaanmu."

"Baik."

Setelah keluar dari ruangan Dennis Shen, ekspresi Danny Ji pun menggelap. Kemarin sore tiba-tiba ada sebuah kiriman yang di dalamnya terdapat beberapa lembar foto. Pada foto tersebut terlihat kehidupan Jovita Shen di luar negeri yang terlihat mesra dengan beberapa pria asing. Seketika Danny Ji pun langsug marah dan sambil memegang foto tersebut bertanya kepada Jovita Shen. Jovita Shen menunjukkan ekspresi sedih dan mengatakan bahwa dirinya tidak percaya padanya dan juga mengatakan ada orang yang ingin mencelakai dia, bahkan dia pun menyebutkan nama Jocelyn Shen. Pada detik itu juga, dia benar-benar merasa jijik dan kesal kepada Jovita Shen dan dia pun mengucapkan kata-kata yang agak sedikit kasar dan Jovita Shen pun langsung berdiri dan pergi ke rumah Keluarga Shen dan pada saat itu dia tidak mengejarnya, melainkan menghembuskan nafas dengan lega. Akan tetapi foto mesra Jovita Shen itu menjadi sebuah duri di hatinya. Jika Jocelyn Shen pasti tidak akan serumit ini, tiba-tiba hatinya pun memiliki niatan seperti ini, lalu dia teringat masalah pernikahan dia dan tatapan dia pun menggelap.

"Apakah kamu sudah selesai bekerja? Ayo cepat turun."

Begitu Jocelyn Shen tiba di kantor, dia pun langsung mendapatkan telepon dari Jasper Huo dan dia pun menyunggingkan sebuah senyuman lalu turun ke lantai bawah.

Pada mobil yang sama berhasil membuat Jocelyn Shen merasakan sebuah perasaan yang berbeda.

"Mengapa kamu bisa datang kemari?"

Suara dia terdengar begitu tidak sabaran. Padahal mereka hanya tidak bertemu selama dua mingguan, akan tetapi mengapa sudah terasa begitu lama sekali? Apakah ini yang dinamakan dengan perasaan rindu?

"Turun, aku ingin membawamu berkeliling."

Jocelyn Shen

"Apakah kamu ingin balap-balapan? Aku tidak mau ikut."

"Apakah aku adalah orang yang suka melanggar peraturan?"

Jocelyn Shen seperti dapat melihat kerutan kening dia yang menunjukkan dia sedang tidak senang. Dia pun tersenyum tipis dan ber-oh ria.

Pria itu membuang rokoknya lalu sambil membesarkan matanya berkata,

"Cepat turun!"

Jocelyn Shen menahan rasa tawanya dan merapikan seluruh berkas-berkas yang ada di atas meja lalu turun dengan sangat cepat.

Karena dia lari dengan terburu-buru sehingga ketika Jocelyn Shen tiba di lantai paling bawah, wajahnya terlihat sedikit memerah dan rambutnya terlihat kacau. Pria itu menjulurkan tangannya dan merapikan rambut dia ke belakang telinga lalu di samping telinganya dengan pelan berkata,

"Apakah kamu sebegitu inginnya untuk bertemu denganku?"

Jocelyn Shen memutar matanya, pria itu tertawa pelan dan membuka pintu mobil untuk dia lalu berkata,

"Ayo, aku bawa kamu ke sebuah tempat."

Meskipun Jocelyn Shen tidak tahu dia sedang merencanakan apa, akan tetapi dia tetap penasaran dan di dalam lubuk hati terdalamnnya timbul perasaan berharap.

Bandara internasional.

Perbangan pertama dari Paris mendarat pada pukul 11.00, selang beberapa saat, banyak wisatawan yang keluar dari bandara untuk pergi ke tempat tujuan mereka masing-masing. Seorang wanita yang mengenakan pakaian berwarna khaki sambil mengenakan kacamata hitam pun menarik kopernya lalu berdiri selama beberapa detik di bawah sinar matahari, lalu melepaskan kacamata hitamnya dan menyunggingkan sebuah senyuman begitu melihat tempat yang terasa asing ini.

"Jasper, aku sudah kembali."

Jocelyn Shen tidak menyangka dia akan membawa dia untuk memilih gaun pengantin, lebih tepatnya adalah memesan gaun pengantin. Memang terasa sangat rendahan bila kita menggunakan kekayaan untuk mengukur rasa cinta seseorang terhadap orang lain. Akan tetapi terkadang bila seorang pria rela menggunakan hartanya untuk menyenangkan seorang wanita, itu juga termasuk dia sedang memperhatikan diri kita. Pada saat ini, di depan Jocelyn Shen terpampang puluhan pakaian dari hasil desainer ternama.

"Beritahu aku apabila ada gaya pakaian yang kamu sukai, nanti kita dapat meminta desainer tersebut untuk membuat lebih menarik."

Ini adalah ucapan yang keluar dari mulut Jasper Huo yang membuat hatinya berporak-poranda, bahkan kata-kata terserah yang tadi ingin dia ucapkan saja tidak dapat terucapkan.

"Ini saja."

Jocelyn Shen memilih sebuah pakaian yang terlihat sangat murah hati. Lalu dia sambil tersenyum berkata,

"Apakah boleh?"

Pria itu merangkul pundak dia dan menunjuk ke arah pakaian yang dia pilih.

"Tentu saja boleh."

Lalu asisten yang ada di belakangnya pun mencatat nama desainer tersebut, lalu kembali bertanya,

"Kalau begitu bagaimana dengan perhiasan? Kita ingin menggunakan desainer yang mana?"

Jocelyn Shen memijat kepalanya dan menoleh menatap ke arah dia lalu dengan pelan berkata,

"Ini semua hanyalah sebuah formalitas, aku dapat menggunakan yang mana saja. Apakah kamu tidak merasa kita sangat membuang-buang waktu bila terus berada di sini?"

Pria itu menyipitkan matanya dan memikirkan maksud dari ucapan tersebut. Beberapa detik kemudian, dia pun menyunggingkan senyuman jahat dan berbicara di samping telinga dia dengan nada menggoda,

"Apakah kamu sedang memberikan aku kode untuk melakukan sesuatu yang baik terhadap kesehatan?"

Ujung bibir Jocelyn Shen berkedut, dia pun melempar buku katalog tersebut ke arah dia. Pria itu tersenyum pelan lalu melempar barang tersebut ke arah lain dan berkata,

"Apakah kamu masih ingat tempat pemakaman, yang sebelumnya aku sudah pernah membawamu ke sana?"

Jocelyn Shen menganggukkan kepalanya.

"Ayo, temani aku lagi untuk pergi sekali lagi. Aku ingin memperkenalkan kamu kepada orang terdekatku."

Meskipun dia tahu identitas wanita yang dimakamkan di sana, akan tetapi hatinya merasa cemas begitu mendengar nada bicara dia yang terdengar sangat tenang.

Sebelumnya dia datang pada saat langit sudah berubah menjadi gelap, sehingga dia tidak dapat melihat pemandangan di sini dengan benar. Akan tetapi pada kali ini, Jocelyn Shen baru menyadari bahwa pemandangan taman makam ini sangat indah. Cuaca sudah memberi tanda-tanda bahwa musim dingin sudah mau tiba. Bunga plum berwarna kuning pun bermekaran dengan sangat indah dan bau semerbak dari bunga tersebut membuat orang merasa sangat tenang. Orang-orang yang dimakamkan di tempat ini pasti merupakan orang-orang yang memiliki kedudukan karena tempat ini sangat bersih. Saat ini waktu sudah menunjukkan pukul 16.00 akan tetapi jalanan di sini terlihat begitu bersih dan sangat jarang sekali terlihat daun-daun yang berserakan di atas tanah.

Jalanan yang kecil itu tidak dapat menampung tidak dapat menampung apabila dua orang jalan beriringan. Sehingga pria itu berjalan di depan sambil menggenggam tangan Jocelyn Shen. Langkah kaki dia tidak cepat tetapi juga tidak lambat. Jika ingin tahu apakah seseorang sangat peduli dengan orang lain itu dapat terlihat dari hal-hal kecil yang dia lakukan untuknya. Jocelyn Shen tidak dapat menahan senyumannya begitu melihat punggung dia yang lebar itu.

Angin sepoi-sepoi bertiup lembut dan itu terasa dingin, Jocelyn Shen bergidik. Dia berdiri di sampingnya dan mempererat pakaiannya. Lalu memperhatikannya membungkuk dan meletakkan seikat bunga kamelia putih di depan batu nisan dan dia pun menjadi serius. Dia mengeluarkan sapu tangan dari sakunya dan dengan hati-hati menyeka debu dari foto itu. Setelah waktu yang lama, dia dengan pelan berkata,

"Ibu, hari ini aku membawa seseorang untuk melihat kamu."

Dia berhenti sejenak lalu membalikkan badannya menarik Jocelyn Shen,

"Kamu pernah bertemu dengannya, wanita yang kemarin malam aku bawa adalah dia."

Jocelyn Shen tidak tahu harus mengucapkan apa. Dari nada bicara dia, dia dapat mendengar bahwa dia sedang sedih akan tetapi dirinya tidak ahli dapat menenangkan orang lain.

"Aku pernah berjanji pada Anda bahwa cepat atau lambat, aku akan membawa gadis yang aku cintai untuk bertemu denganmu dan aku sudah menepati janjiku."

Nada suaranya sangat ringan sehingga Jocelyn Shen mengira dia sedang menangis. Dia menatap batu nisan lagi, wanita di depannya benar-benar cantik. Tetapi dia menunduk dan tiba-tiba menyadari tanggal yang tertera pada batu nisan tersebut yang sudah ditulis sejak 7 tahun yang lalu. Jocelyn Shen merasa gugup dan merasa ada sesuatu yang tidak bisa diucapkan. Setelah beberapa saat dia teringat rumor yang mengatakan Jasper Huo dikirim ke luar negeri tujuh tahun lalu. Apakah itu berarti dia dia pergi dari sini setelah ibunya meninggal. Selama tujuh tahun dan anaknya juga berusia tujuh tahun. Dia terus berada di barak militer hingga dia berusia dua puluh tiga tahun. Jika seperti itu, bukankah semua ini terasa begitu kebetulan, Jocelyn Shen merasa deru nafasnya menjadi kacau. Dia tiba-tiba sangat ingin tahu apa yang dia alami di masa lalu, tetapi dia tidak tahu bagaimana cara mengatakannya.

Dia tidak banyak bicara, melainkan hanya melihat batu nisan dalam waktu yang panjang. Kemudian berbalik dan berjalan menuju batu nisan lain. Jocelyn Shen kebingungan dan ekspresinya pun berubah begitu tiba. Tidak ada yang dibutuhkan. Hanya melihat nama Claudio Lin pada batu nisan tersebut saja sudah dapat dengan jelas menunjukkan identitas almarhum, yang merupakan kakak dari Jasper Huo dan cucu tertua Keluarga Lin.

Jocelyn Shen sedikit banyaknya ada mendengar kabar mengenai Claudio Lin,

Dia adalah walikota termuda di Kota C, orang hebat pada generasi ketiga Keluarga Lin. Namun kemudian dia menghilang tanpa ada kabar. Ada yang mengatakan dia sakit parah, pergi ke luar negeri dan ada yang mengatakan dia mengalami kecelakaan. Ada banyak rumor yang beredar dan Keluarga Keluarga Lin tidak pernah menjelaskan hal ini di depan umum. Apakah kenyataannya adalah seperti ini?

Novel Terkait

Unplanned Marriage

Unplanned Marriage

Margery
Percintaan
5 tahun yang lalu
Back To You

Back To You

CC Lenny
CEO
4 tahun yang lalu
Menaklukkan Suami CEO

Menaklukkan Suami CEO

Red Maple
Romantis
4 tahun yang lalu
Yama's Wife

Yama's Wife

Clark
Percintaan
4 tahun yang lalu
Revenge, I’m Coming!

Revenge, I’m Coming!

Lucy
Percintaan
4 tahun yang lalu
Menantu Hebat

Menantu Hebat

Alwi Go
Menantu
4 tahun yang lalu
Cinta Tapi Diam-Diam

Cinta Tapi Diam-Diam

Rossie
Cerpen
5 tahun yang lalu
The Campus Life of a Wealthy Son

The Campus Life of a Wealthy Son

Winston
Perkotaan
4 tahun yang lalu