Behind The Lie - Bab 39 Takut Dirinya Akan Melewatkan Sesuatu Bahkan Dalam Sedetik Saja

Tidak ada pergerakkan pada orang di sisinya, keheningan ini membuat orang merasa panik. Jocelyn Shen merasa kepalanya semakin lama semakin terasa berat. Dia ingin berteriak untuk meminta pertolongan. Dia tidak ingin dia mati, jika dia sudah tidak ada..........bagaimana mungkin....

Tiba-tiba seseorang pintu mobil dan dia dengan setengah sadar dapat mendengar adanya suara orang yang sedang berbicara.

"Bawa tandu kemari, di sini ada dua orang."

Tidak tahu darimana Jocelyn Shen mendapatkan kekuatan, dia dengan tiba-tiba memegang tangan orang itu dengan kencang dengan bergetar berkata,

"Selamatkan dia, cepat selamatkan dia...."

Tunggu ketika orang tersebut mengiyakannya, dia barulah jatuh pingsan.

Jocelyn Shen masuk ke dalam sebuah mimpi yang sangat mengerikan.

Di dalam mimpinya dia bertemu dengan peristiwa dimana dia tenggelam pada umur 10 tahun. Lagi-lagi ada si pemilik cincin zamrud itu, dia sedang bermain di pinggir sungai bersama bebek, tiba-tiba kedua orangtuanya pun bertengkar.

"Dennis Shen kamu memperlakukan aku seperti ini? Kamu jangan lupa siapa yang membantumu hingga kamu dapat menjadi seperti sekarang ini! Ketika kamu tidak memiliki apa pun, mengapa dia tidak ada di sisimu? Sekarang setelah kamu sukses, dia sadar bahwa kamu memiliki masa depan yang cerah sehingga dia tidak ingin melepaskanmu lagi. Bahkan tunanetra saja tahu apa yang sedang dia ingin dapatkan darimu."

"Janice kita dapat bicarakan ini dengan baik-baik, kamu jangan berbicara sembarangan di depan anak ya?"

Ibu dia mendengus,

"Rupanya kamu juga masih peduli akan kesanmu pada mata Jocelyn. Jika dia tahu semua perbuatan kotormu itu, aku rasa dia tidak akan mengakui kamu sebagai ayahnya dalam seumur hidupnya!"

"Janice Wang cukup!"

Wajah Dennis Shen membiru, dia sudah berada di batas ambang kesabarannya.

Janice Wang menghirup nafas dengan dalam lalu berkata,

"Dennis Shen aku tidak percaya padamu. Kecuali jika kamu membuat tulisan hitam di atas putih yang menyatakan Jocelyn adalah satu-satunya penerus kamu, maka kita dapat membicarakan masalah lain dengan baik-baik. Jika tidak aku akan menjual saham yang ada di tanganku, aku ingin lihat hingga kapan kamu dapat menguasai seluruh Perusahaan Besar Shen!"

"Ayo kita bicarakan di dalam, jangan sampai anak kita mendengarnya."

Janice Wang berjalan menghampiri Jocelyn Shen dan menggendong dia, lalu mencium dia dengan pelan dan berkata,

"Jocelyn barang yang merupakan milikmu pasti tidak akan dapat direbut oleh siapa pun. Ibu tidak berhasil mempertahankan ayahmu, akan tetapi aku akan tetap berusaha untuk mempertahankan untuk kepentingan kamu."

Jocelyn Shen menganggukkan kepalanya seolah-olah mengerti ucapan ibunya. Kedua orangtuanya semakin sering bertengkar sehingga dia semakin tidak ingin berbicara. Dia menjadi suka bermain sendirian dan dirinya sendiri menjadi kebahagiaan dirinya sendiri.

Dia membawa sebuah pelampung renang, sambil bermain dengan bebek kecil di pinggir sungai. Dia mengamati bebek kecil itu yang sedang menyemprotkan air dari mulutnya lalu mengulas sebuah senyuman hingga matanya menyipit. Sepasang mata itu benar-benar mirip dengan Janice Wang.

Tiba-tiba terdengar suara langkah kaki yang sepertinya sengaja meringankan ritmenya. Akan tetapi dia tidak peduli karena ini adalah kolam renang vila mereka sendiri jadi tidak akan ada orang asing yang masuk.

Suara langkah kaki ini semakin mendekat. Jocelyn Shen mengerutkan kening, memegangi bebek dan ingin berbalik. Tiba-tiba ada sepasang tangan putih di lehernya, dia terkejut dan hendak memanggil ibunya. Akan tetapi sepasang tangan ini sudah menekan dia ke dalam air.

Jocelyn Shen kecil merasa panik yang luar biasa, dia berusaha melawan. Air juga menyusuri lubang hidungnya masuk ke dalam paru-parunya. Karena kuku tangan dia menekan dengan sangat kuat, sepertinya dia ada berhasil melukai kulit orang itu lalu sepasang tangan itu perlahan-lahan mengendur. Dia sudah mengingat cincin zamrud tersebut.

Seketika peristiwa di depannya pun berganti.

Pemandangan di depannya pun berubah menjadi sangat mewah. Itu adalah malam musim dingin dengan butiran salju yang turun dari atas langit. Pada tahun itu, dia pulang terlambat untuk karena sopirnya tidak datang. Dia membawa tas sekolahnya dan naik taksi di malam bersalju.

Cuaca malam itu sangat dingin dan ada butiran salju di mana-mana. Pada pukul sembilan malam, tidak ada orang di jalan, sehingga sulit mendapatkan taksi. Dia sambil berjalan sambil mengawasi sepanjang jalan hingga dia mencapai jalan yang lebar, akan tetapi dia masih saja tidak mendapatkan taksi. Tangannya terasa dingin, dia pun memasukkan ke dalam sakunya dan menggosoknya, mencoba untuk mendapatkan lebih banyak kehangatan.

Ketika lampu hijau di trotoar menyala, dia mulai berjalan menuju peron seberang. Tiba-tiba sebuah cahay terang menyinarinya. Jocelyn Shen tanpa sadar menyipitkan matanya dan melihat sebuah mobil melaju ke arahnya dengan kecepatan tinggi.

Pada detik itu, saraf Jocelyn Shen menjadi tegang dan kaku. Dia tidak dapat menggerakkan tubuhnya. Hal yang paling tidak terduga adalah dia melihat cincin zamrud itu di bawah sinar cahaya tersebut.

Kemudian tubuhnya tiba-tiba terlempar ke bawah dan berguling ke tepi tumpukan salju. Dahinya terbentur dan dia pun jatuh pingsan. Dia masih berpikir, apakah orang ini adalah Ryan Ji? Akan tetapi mengapa auranya tidak sama.

Kemudian peristiwa di depannya pun berganti menjadi kecelakaan mobil yang terjadi hari ini. Tercium bau bensin dan darah yang sangat menyengat seperti tidak bisa dihilangkan. Hal yang tidak bisa dihilangkan adalah penampilan seorang pria yang dipenuhi dengan darah. Dia meninggalkan kesempatan untuk hidup di dunia ini kepada dia. Di dunia ini tidak akan ada orang lain yang mau melakukan ini hal seperti ini untuknya lagi. Dia tidak bisa membayangkan ketakutan akan tidak pernah bertemu dengannya lagi. Dia belum hidup bersamanya dengan baik, dia ingin dia tetap tinggal bersamanya bukan melainkan berjalan sendirian di kehidupan yang dingin ini. Rasa takut akan kematian ini memenuhi hati dia, Jocelyn Shen pun menggertakkan giginya lalu membuka matanya.

"Sudah sadar, sudah sadar."

Ada seseorang yang berbicara dengan terkejut.

Sebelum Jocelyn Shen membuka matanya, dia pun sudah dapat mencium bau alkohol yang sangat pekat. Beberapa detik kemudian, dia barulah membuka matanya secara perlahan-lahan, warna pertama yang dia lihat adalah warna putih. Lengan dia terasa sangat sakit dan hal ini membuat dia yakin bahwa ini bukan mimpi melainkan kenyataan.

"Bagaimana mungkin? Masih memerlukan satu jam lagi agar obat bius mulai memudar."

Ada orang yang tidak mempercayai adegan di depannya ini.

Jocelyn Shen menopang tubuhnya hingga berdiri tanpa memedulikan reaksi mereka. Dia dengan panik menatap ke arah sekeliling yang terlihat kosong, selain dia sudah tidak ada pasien yang lain.

Dimana dia?

Jocelyn Shen memapah lengan dia yang lain dan ingin berdiri, tiba-tiba ada orang yang menahan dia dan berkata,

"Lengan kamu patah sebaiknya kamu jangan bergerak sembarangan. Kamu dapat memberitahu kami apa yang kamu inginkan."

"Dimana dia?"

Jocelyn Shen mengucapkan dua patah kata dengan suara yang sangat serak. Sang dokter pun kebingungan berkata,

"Dia? Siapa dia?"

Jocelyn Shen tidak bersuara. Dia tahu dia kehilangan banyak darah karena sebagian besar darah itu mengenai tubuh dia. Bagaimana mungkin seorang manusia memiliki darah sebanyak itu. Mata Jocelyn Shen memanas, dia membuka selimutnya dan turun. Akan tetapi karena pengaruh obat bius belum benar-benar menghilang, sehingga seluruh badan dia pun terjatuh di atas lantai."

Jaket dia sudah dilepaskan sehingga badannya saat ini hanya tersisa sebuah kemeja putih, dari pakaian tersebut dapat terlihat bercak-bercak darah. Dia tahu semua darah ini merupakan milik dia. Tubuh dia mendingin, dia tidak berani membayangkan apa perasaan dia ketika dia memutuskan untuk melindungi dia.

Bodoh!

Aku bahkan tidak menjanjikan apa pun padamu, mengapa kamu berbuat hal seperti itu!

Perasaan tidak tenang pun menguasai hati dia, dia dengan kencang mencubit kaki dia lalu berdiri secara perlahan-lahan.

Sang dokter pun bergegas menahan dia,

"Nona kamu tidak boleh sembarangan bergerak."

Jocelyn Shen mendorong dia dengan kasar, dia sangat ingin berlari ke arah luar. Pada saat ini kesan dia yang biasanya pun sudah tidak ada. Pada saat ini rambutnya dalam keadaan berantakan, wajahnya pucat seperti hantu. Orang-orang yang berada di lorong pun menyingkir perlahan-lahan untuk memberikan jalan, Jocelyn Shen memegang tangan seorang perawat lalu dengan serak berkata,

"Kecelakaan mobil, unit gawat darurat. Dimana keberadaan ruang unit gawat darurat?"

Sang perawat merasa terkejut akibat perbuatan dia. Sang perawat pun menjulurkan tangan menunjuk ke sebuah arah, Jocelyn Shen pun melepaskan dia dan berlari menjauh.

Lampu pada ruangan unit gawat darurat masih menyala, tanpa disadari kedua tangannya pun saling menggenggam satu sama lain. Jasper Huo bukannya kamu mengatakan kamu masih ingin menyediakan resepsi pernikahan yang mewah untukku? Janji yang sudah pernah kamu ucap tidak boleh kamu langgar.

Lampu hijau ruangan unit gawat darurat mempengaruhi detak jantung dia. Dia tidak mengedipkan matanya sekali pun karena takut dirinya akan melewatkan sesuatu bahkan dalam sedetik saja.

"Plak!"

Novel Terkait

Marriage Journey

Marriage Journey

Hyon Song
Percintaan
4 tahun yang lalu
Yama's Wife

Yama's Wife

Clark
Percintaan
4 tahun yang lalu
Penyucian Pernikahan

Penyucian Pernikahan

Glen Valora
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu

Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu

Milea Anastasia
Percintaan
5 tahun yang lalu
Love Is A War Zone

Love Is A War Zone

Qing Qing
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Your Ignorance

Your Ignorance

Yaya
Cerpen
5 tahun yang lalu
See You Next Time

See You Next Time

Cherry Blossom
CEO
5 tahun yang lalu
My Cute Wife

My Cute Wife

Dessy
Percintaan
4 tahun yang lalu