Behind The Lie - Bab 36 Pria Itu Masih Saja Merajuk

Jocelyn Shen menepuk-nepuk wajah dia, akan tetapi dia tidak merespon. Tetapi dia merasakan hawa panas pada tangan dia, dia pun bergegas mengecek suhu tubuh dia, rupanya dia demam. Jocelyn Shen menjadi panik, dia pun bergegas menghubungi Richardo Rong untuk datang lalu mengantar dia ke rumah sakit.

Suhu tubuh dia mencapai 38 derajat celcius, sehingga dia pun tidak menyadarkan dirinya. Dokter pun memberikan sebuah suntikan obat penurun demam, tunggu hinga 12 jam kemudian apabila masih tidak membaik maka dia akan dipasangkan infus.

Timbul perasaan bersalah pada hati Jocelyn Shen begitu melihat ekspresi wajah pria yang tidak seperti biasanya ini. Dia teringat ketika dia terkena demam pada waktu kecil, ibunya menggosokkan telapak tangannya dengan arak. Dia meminta kapas medis kepada perawat lalu dengan ceroboh berusaha menurunkan suhu badan dia. Ketika Richardo Rong masuk ke dalam, dia pun melihat adegan tersebut dengan matanya sendiri.

Jocelyn Shen yang biasanya bersikap dingin dan sombong itu, pada saat ini dia sedang dengan lembut menjaga pria lain. Dia tidak pergi menganggu dia karena Jocelyn Shen sudah hidup terlalu lelah hingga dia sangat jarang sekali menunjukkan perasaan aslinya terhadap orang lain. Serta pria asing yang sedang berbaring di atas ranjang itu dapat mempengaruhi emosi dia. Sebenarnya seperti ini juga merupakan suatu hal yang baik, dengan begitu setidaknya dia terlihat seperti manusia pada umumnya bukan sebuah patung yang tidak pernah merasakan emosi.

Setelah Jocelyn Shen selesai mengelapnya, dia pun menolehkan kepalanya dan melihat Richardo Rong yang sedang tersenyum sambil menatap ke arah dia. Jocelyn Shen pun menurunkan tatapannya dan dengan pelan berkata,

"Aku hanya ingin tahu apakah cara ini dapat membantu untuk menurunkan demam."

Richardo Rong menaikkan sudut bibirnya lalu melihat ke arah orang yang sedang berbaring di atas ranjang dengan lemah dan dengan pelan berkata,

"Aku sudah terlalu meremehkan dia."

Aku sudah meremehkan perasaan dia terhadap kamu, mungkin Jocelyn Shen sendiri tidak dapat mengabaikan tatapan penuh rasa cinta pria tersebut ketika sedang menatap dirinya.

Jocelyn Shen menatap dia dengan kebingungan.

"Apakah suhu badannya ada mengalami penurunan?"

Jocelyn Shen dengan ekspresi malu, menolehkan kepalanya lalu dengan pelan berkata,

"Bagaimana mungkin secepat itu."

Richardo Rong tersenyum dan berkata,

"Aku yang akan menjaga dia, kamu pergi saja ke kantor."

Jocelyn Shen tertegun sejenak, dia merasa tidak tenang.

Richardo Rong menyunggingkan senyuman jahat dan berkata,

"Tenang, kamu tahu aku ini bukan seorang gay."

Sudut bibir Jocelyn Shen berkedut dan berkata,

"Baiklah, maaf sudah merepotkan kamu. Aku akan datang lagi nanti sore."

"Iya."

Mungkin karena manfaat dari arak yang diolesi oleh Jocelyn Shen, sehingga tubuh pria ini mulai membaik. Tiga jam kemudian suhu tubuh dia mulai menurun secara perlahan-lahan, akan tetapi dia masih demam. Richardo Rong mencari dokter untuk menanyakan keadaannya.

"Mengapa dia masih belum sadar?"

Sang dokter memeriksa tubuh pria itu, setelah beberapa saat barulah dia berkata,

"Menurut kesimpulanku, pria ini seharusnya sedang... tertidur. Sepertinya dia sudah lama tidak istirahat. Sarafnya dalam keadaan rileks, kekebalan tubuhnya menurun sehingga dia masuk angin, lalu dia pun terkena demam. Akan tetapi demamnya sudah membaik, mungkin karena dia terlalu lelah sehingga dia pun tertidur. Tuan tidak perlu khawatir, seharusnya satu hingga dua jam kemudian dia akan sadar."

Seolah-olah seperti dapat mendengar ucapan sang dokter, pria itu pun mulai mendengkur. Sudut bibir Richardo Rong berkedut. Setelah mengantar kepergian sang dokter, dia pun menatap seseorang yang sedang tertidur itu.

Orang itu tidak menyadari bahwa suara dengkuran dia itu semakin membesar hingga ekspresi Tuan Muda Ketiga Rong pun berubah.

Seperti yang diperkirakan oleh sang dokter, pria itu bangun setelah tidur selama satu jam lebih. Dia terlihat linglung, dia baru mendapatkan kesadaran sepenuhnya setelah dia menatap ke arah langit-langit selama beberapa saat.

"Apakah masih ada yang sakit?"

Richardo Rong menghampiri dia dan memberikan termometer kepada dia.

"Ukur suhu badanmu terlebih dahulu."

Pria itu mengerutkan keningnya, dia mengambil termometer tersebut dan berkata,

"Mengapa aku bisa berada di sini?"

"Celyn meneleponku dan mengatakan ada seseorang yang pingsan di depan pintu rumah, dia pun memintaku untuk membantunya mengantarkanmu ke rumah sakit."

Celyn? Alis pria itu berkedut, apakah kamu dapat memanggil dia seperti itu! Dia menggertakkan giginya, akan tetapi bagaimana pun juga dia sudah berhutang budi padanya, sehingga dia pun menundukkan kepalanya dan berkata,

"Terima kasih."

Setelah selesai berbicara, dia kembali melanjutkan,

Jatuh pingsan merupakan sebuah hal yang memalukan bagi pria itu, dia sangat ingin mendapatkan kembali aura dirinya yang seperti dulu itu.

Richardo Rong dengan serius melakukan sebuah gerakan lalu menaikkan sudut bibirnya berkata,

"Aku salah memilih kata-kata."

Pria itu dengan puas menaikkan sudut bibirnya, lalu detik selanjutnya dia mendengar kata-kata menusuk dari Richardo Rong,

"Maaf aku salah setelah mendengar suara dengkuranmu hampir dua jam di ruangan ini."

Sudut bibir pria itu berkedut, dia benar-benar merasa malu. Pria ini benar-benar tidak dapat memilih kata-kata dengan baik!

"Dimana Celyn?"

"Di kantor."

Setelah Richardo Rong melihat pesan pada ponselnya, dia pun berdiri dengan tiba-tiba.

"Aku pergi terlebih dahulu karena masih ada urusan. Sebentar lagi dokter akan datang untuk memasangkan infus padamu, kamu bisa menjaga dirimu sendiri bukan?"

Sudut bibir pria ini kembali berkedut. Sialan, aku tidak lumpuh!

Setelah kepergian Richardo Rong, pria itu pun tidak dapat duduk diam begitu teringat Jocelyn Shen membuang dirinya begitu saja di rumah sakit lalu meniggalkan dia dengan 'musuh dalam urusan percintaan' tanpa menanyakan kabarnya sedikit pun. Dia merasa tidak senang dan ekspresinya pun terlihat sangat gelap, bahkan perawat yang ingin memasangkan infus untuk dia saja merasa takut, dia takut pria itu akan berbuat sesuatu kepadanya karena pria itu tidak senang. Setelah dia memasangkan infus, dia pun bergegas pergi.

Jocelyn Shen berkutat dengan kesibukannya hingga pukul satu siang, pada saat ini dia barulah mendapatkan waktu luang. Dia mendapatkan panggilan dari Richardo Rong, akan tetapi dia masih saja cemas. Perasaan dia yang saat ini memberitahu dia bahwa dia sedang mencemaskan pria itu dan dia juga tidak dapat menahan gerakan dia.

"Ceklek."

Terdengar sebuah pintu yang dibukakan dan dia dapat langsung melihat Jasper Huo yang sedang duduk di atas bangsal.

Tentu saja dia juga melihat bibir kering dia. Lalu semua ini pun menumbuhkan perasaan bersalah yang sangat kuat pada hati dia.

Dia berjalan menghampirinya dan duduk di atas kursi dengan pelan. Dia masih mengenakan pakaian kerjanya, akan tetapi dia terlihat sangat cantik. Dia menaruh termos di atas meja lalu dengan pelan berkata,

"Aku meminta orang membuatkan sup ayam, apakah kamu ingin meminumnya?"

Bahkan dia sendiri tidak dapat membayangkan betapa lembutnya ucapan yang baru saja dia lontarkan itu. Dia sangat jarang mempedulikan orang lain dan dia juga tidak ingin repot-repot menjelaskan alasannya. Jasper Huo adalah salah satu yang masuk ke dalam kategori yang dapat merasakan kelembutan dirinya.

Jasper Huo mengadahkan kepalanya melirik sekilas ke arah dia, lalu dia kembali melihat ke arah jarum suntuk yang ada di tangannya lalu mendengus dan menolehkan kepalanya ke arah lain tanpa ingin menghiraukan dia.

Jocelyn Shen menggenggam dia dengan pelan lalu berkata,

"Apakah kamu sudah merasa baikan?"

Pria itu masih saja terdiam seperti seorang anak kecil yang sedang merajuk. Akan tetapi kebetulan sekali Jocelyn Shen tidak memiliki pengalaman untuk mengurusi seorang anak, sehingga dia berpikir sejenak dan dengan pelan berkata,

"Maaf untuk kejadian yang kemarin."

Kalimat ini membuat sedikit pergerakkan pada pria itu. Ekspresi wajah dia mengencang lalu nada bicaranya terdengar sangat aneh,

"Kamu meminta Richardo Rong mengantar aku kemari?"

Jocelyn Shen tidak mengerti mengapa dia mengungkit hal ini, akan tetapi dia tetap dengan jujur menganggukkan kepalanya dan berkata,

"Aku tidak dapat mengangkat kamu seorang diri."

Ekspresi pria itu semakin menggelap.

"Kalau begitu apakah kamu sangat kenal dengan dia?"

"Iya."

"Iya?"

Nada bicara pria itu meninggi, ekspresinya terlihat sangat tidak senang. Jocelyn Shen mengerutkan keningnya lalu menjelaskan,

"Kamu tumbuh bersama sejak kecil."

"Kalian menjadi dekat karena hubungan kalian pada waktu kecil?"

Pria itu tersenyum aneh dengan tiba-tiba.

Jocelyn Shen kembali menganggukkan kepalanya dengan jujur, lalu dia merasa kebingungan begitu melihat ekspresi gelap Jasper Huo. Apakah dirinya melakukan kesalahan?

Dia melototi dia selama beberapa saat barulah berkata,

"Untuk apa kamu masih tertegun di sana? Cek suhu tubuhku."

Jocelyn Shen tertegun, lalu dia mengambil termometer tersebut yang ada di atas meja, akan tetapi dia tidak tahu harus mengukur dari sisi mana, sehingga dia pun menyodorkan alat ukur suhu tersebut kepada pria itu dan dengan pelan berkata,

"Ini."

Akan tetapi pria itu masih saja merajuk.

Novel Terkait

King Of Red Sea

King Of Red Sea

Hideo Takashi
Pertikaian
3 tahun yang lalu
Pejuang Hati

Pejuang Hati

Marry Su
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Air Mata Cinta

Air Mata Cinta

Bella Ciao
Keburu Nikah
4 tahun yang lalu
Yama's Wife

Yama's Wife

Clark
Percintaan
3 tahun yang lalu
Cinta Dibawah Sinar Rembulan

Cinta Dibawah Sinar Rembulan

Denny Arianto
Menantu
4 tahun yang lalu
The Campus Life of a Wealthy Son

The Campus Life of a Wealthy Son

Winston
Perkotaan
4 tahun yang lalu
My Lifetime

My Lifetime

Devina
Percintaan
3 tahun yang lalu
Love and Trouble

Love and Trouble

Mimi Xu
Perkotaan
3 tahun yang lalu