Behind The Lie - Bab 61 Tenang Dulu

Pelajaran SMA kelas tiga semakin banyak. Karena belajar di liburan, tidak ada belajar pagi hari, tapi jam tujuh, bagi musim dingin, terlalu pagi. Keheningan di villa membuat orang merasa panik. Jocelyn Shen membereskan barang, keluar rumah dan berkata pada pengurus rumah, "Paman Qin, aku tidak kembali lagi, anda tidak perlu sibuk-sibuk lagi."

"Ya." Paman Qin mengangguk, "Sopir Ardi belum datang, Nona Besar, apakah anda ingin menunggu sebentar?"

“Tidak perlu,” Jocelyn Shen menjawab dengan datar, “Aku akan memanggil taksi di depan.”

Paman Qin mengangguk dan berkata, "Hati-hati di jalan."

"Ya."

Ketika dia sampai di pintu, Jocelyn Shen tidak bisa menahan diri lalu menoleh lagi ke belakang, daerah termahal di Kota C, rumah mewah yang dia tinggal selama 18 tahun, saat ini hanya sebagai sebuah rumah yang dingin, penampilannya yang mewah tidak bisa menutupi kejelekan yang ada di dalamnya, di dunia ini bukan jalan yang bisa membawa seseorang untuk pergi, juga bukan rumah yang bisa membuat seseorang untuk menetap.

Setelah berbalik lagi, Jocelyn Shen meninggalkan tempat itu tanpa meninggalkan perasaan apa pun.

Di bawah pohon maple yang sudah layu di depan pintu, terdapat sebuah sepeda menarik perhatiannya karena memiliki tumpukan salju, di musim salju ini, siapa yang akan mengendarai sepeda ini, dia mulai melihat ke sekelilingnya, setelah itu, dia melihat ada seseorang berjongkok di bawah pohon maple yang tidak jauh dari sana, rambutnya sudah bertumpuk salju yang tipis, badannya meringkuk hingga tidak kelihatan wajahnya, suara Jocelyn Shen menginjak salju mengagetkan dirinya, manusia salju itu bergerak sedikit, mengibaskan salju dari tubuhnya, Jocelyn Shen menarik bibirnya sedikit membentuk senyuman dan berkata dengan suara serak, "Celyn, kamu sudah bangun?"

Karena dia sudah kedinginan dalam waktu yang lama, saat ini dia tidak bisa berbicara dengan lancar, Jocelyn Shen hanya merasa jantungnya seperti mendapat benturan yang keras, dirinya mulai gemetar, dia mengepalkan tagannya dan berdiri diam di tempat, "manusia salju" itu berdiri, membuang napas dan mengusap kedua telapak tangannya dan berkata dengan nada rendah, "Aku mengantarmu."

Tenggorokan Jocelyn Shen agak kering, mengawasinya dengan kaku menyeka salju pada sepedanya, lalu dengan hati-hati mengeluarkan tisu untuk mengeringkan noda air di jok belakang, kemudian dia menepuknya, dan melengkungkan bibirnya sambil berkata, "Aku tahu bahwa rumahmu tidak ada orang, jadi aku datang menjemputmu secara khusus, apa kamu terharu hingga tidak bisa berkata-kata?"

Jocelyn Shen memandangi wajah birunya dengan senyum cerah, tenggorokannya tercekat dan bertanya dengan lembut, "Jam berapa kamu datang?"

“Baru saja datang sebentar.” Anak laki-laki itu takut dia khawatir, dan berkata dengan ringan, tetapi Jocelyn Shen tahu bahwa dia sudah berada di sana cukup lama, karena salju ini setidaknya jam 6 pagi baru berhenti, dia pasti sudah berdiri di sini sebelum salju ini berhenti, di saat tidak ada yang memedulikanmu dan masih ada orang yang rela berdiri di bawah salju menunggumu selama dua jam, rasanya bakal seperti apa?

Jocelyn Shen hanya merasa hati yang dingin tiba-tiba terasa seperti musim semi kembali ke bumi, terasa hangat kembali, dia menatap mata pria ini yang sangat cerah, kemudian dia tidak bisa menahan diri langsung mengulurkan tangan untuk mengusap serpihan salju yang ada pada rambutnya, kemudian berbisik, "Kedepannya jangan begitu bodoh lagi."

Ryan Ji tiba-tiba meraih tangannya dan meletakkannya di bibirnya dan menciumnya dengan lembut, sambil tersenyum sedikit, dia tersenyum dan berkata dengan suara seraknya, "Celyn, aku bersedia melakukan apa saja untukmu."

Awalnya, kenangan ini harusnya sangat mendalam, namun saat dipikir kembali, sepertinya hal yang terjadi di masa lampau, orang yang berdiri di depannya bukanlah orang yang berkata bahwa dia rela melakukan apa saja untuknya, Jocelyn Shen juga bukan wanita yang mudah terharu, mereka hanya merupakan orang asing di kota ini.

“Bukankah kamu sudah mengetahuinya?” Kata Jocelyn Shen ringan, dia hanya menceritakan sebuah fakta, tidak bermaksud untuk menyindir atau pun menjelekkan, karena dia belum menjadikan pernikahan ini sebagai alat untuk balas dendam.

Ryan Ji menarik bibir bawahnya dan mengulurkan tangannya untuk menutupi dahinya, dan berkata dengan lembut, "Celyn, aku tiba-tiba curiga, apakah kamu benar-benar pernah mencintaiku?"

Jelas bahwa Jocelyn Shen menunggunya selama 6 tahun, tetapi mengapa hanya tidak sampai setengah tahun, dia sudah mau menikah dengan orang lain, ditambah lagi, dia menikah dengan kemauannya sendiri, sampai saat ini dia masih tidak percaya bahwa orang yang sangat dingin seperti Jocelyn Shen bisa membiarkan Jasper Huo menciumnya di acara seperti ini, pada saat itu apa yang dilihat di matanya bukanlah menyalahkannya, namun penuh dengan rasa malu, hatinya sangat sakit, dia ingin sekali memeluk wanita ini dalam pelukannya, ini adalah wanitanya, bajingan seperti Jasper Huo tidak pantas untuknya!

Pertanyaan ini terdengar di telinga Jocelyn Shen, dia berhenti sebentar, dan seringai tiba-tiba muncul di sudut mulutnya, dia berbisik, "Kamu bilang tidak, ya tidak."

Selesai berbicara, dia mendorongnya dan ingin pergi, namun Ryan Ji tiba-tiba menarik tangannya dengan kuat dan menghempaskan dirinya dengan kuat di dinding, benturan yang keras membuatnya sedikit pusing, detik berikutnya, bibirnya sudah dicium, bibir yang kasar mulai menghisap dan mengigit bibirnya, dia juga berkeinginan untuk mendorong masuk, Jocelyn Shen memiliki perasaan yang tidak enak, kemudian dia menginjak kakinya dengan keras, Ryan Ji mendengus, namun dia masih tidak melepaskannya.

"Apa yang kamu lakukan!"

Diiringi raungan, seluruh tubuhnya dihempaskan ke tanah, kemudian sebuah tangan besar keluar dari pinggangnya dan memeluknya, pria itu menatap dingin ke arah Ryan Ji, kemudian berkata dengan jelas, "Berani-beraninya kamu menyentuhnya!"

Pukulan pria itu tepat dan kejam, salah satu gigi Ryan Ji sudah mulai goyang, dia menyeka sudut bibirnya, benar saja sudah berdarah, sudah lama tidak pernah melihat Jasper Huo begitu marah, dia mengalihkan pandangannya ke arah Jocelyn Shen, ekspresinya sangat dingin dan enggan menatapnya, mungkin dalam hatinya juga berpikir bahwa dirinya memang seorang bajingan, kemudian sudut bibir Ryan Ji melengkung dan berkata dengan pelan, "Aku tidak hanya menyentuhnya, rasanya enak, jika kamu tidak datang, aku bisa lebih mendalaminya lagi."

"Tutup mulutmu!"

Pria itu sudah sangat emosi, dia mengepalkan tangannya hingga keluar suara, Jocelyn Shen akhirnya menoleh dan menatapnya, tatapannya sangat dingin, Ryan Ji tiba-tiba merasa ada sesuatu yang seperitnya dirinya akan kehilangan selamanya, saat ingin membuka mulut memanggilnya, namun dia tidak tahu harus berkata apa-apa.

"Jasper,"

Dia memanggil Jasper Huo dengan lembut dan berbisik, "Tenang dulu."

Banyak orang yang berlalu lalang di sini, akan repot jika difoto oleh wartawan.

Tapi begitu Jasper Huo mendengar kalimat ini, rasanya langsung berubah, dari awal Ryan Ji merebut lukisan dengannya, tatapan Jocelyn Shen sudah berubah, setelah itu dia meninggalkan tempatnya dan pergi ke kamar mandi, setelah menunggu lama, ternyata dia sedang berpacaran dengan kekasihnya yang dulu, pria ini semakin kesal setelah memikirkannya, dia merapatkan bibirnya dan tidak berbicara lagi, kemudian menarik Jocelyn Shen pergi menjauh.

Ryan Ji menatap punggungnya, menyeka sudut bibirnya, tatapannya sangat dingin.

Dia tidak mengatakan sepatah kata pun, seolah-olah takut dirinya akan lari darinya, namun seolah-olah sedang menyatakan kedudukannya juga, Jocelyn Shen mulai merasa sakit namun dia tidak berani mengeluarkan suara, setelah berjalan hingga ruang tengah, pria ini tidak mendekati kerumunan, namun langsung membawanya menuju pintu depan.

Danny Ji memperhatikan Jocelyn Shen dan Jasper Huo sejak awal, dia tidak menyapa karena dia tidak ingin mempersulit diri, tetapi saat dia melihat Jasper Huo menarik tangan Jocelyn Shen dengan sangat kasar, dia mulai mengerutkan kening dan menyerahkan lukisan yang baru saja dia dapatkan dari hasil lelang ke asistennya dan berjalan ke arah mereka.

"Jocelyn, acara ini belum selesai, apakah kamu sudah mau pergi?"

Jocelyn Shen tercengang sejenak, dan sedikit menggerakkan tangannya, pria ini mengendurkan kekuatannya, menoleh dan menatapnya dengan mata gelap, kemudian berkata dengan dingin,

Novel Terkait

Loving Handsome

Loving Handsome

Glen Valora
Dimanja
4 tahun yang lalu
Mata Superman

Mata Superman

Brick
Dokter
4 tahun yang lalu
See You Next Time

See You Next Time

Cherry Blossom
CEO
5 tahun yang lalu
Perjalanan Cintaku

Perjalanan Cintaku

Hans
Direktur
4 tahun yang lalu
Perjalanan Selingkuh

Perjalanan Selingkuh

Linda
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Love And Pain, Me And Her

Love And Pain, Me And Her

Judika Denada
Karir
4 tahun yang lalu
Dark Love

Dark Love

Angel Veronica
Percintaan
5 tahun yang lalu
My Secret Love

My Secret Love

Fang Fang
Romantis
5 tahun yang lalu