Behind The Lie - Bab 40 Di mana Dia?

Tiba-tiba lampu ruangan unit gawat darurat pun dimatikan, Jocelyn Shen tertegun dan seketika tubuhnya pun membeku, dia tidak berani melangkah maju karena dia takut dia tidak dapat menerima hasilnya.

Pintu ruangan tersebut dibuka secara perlahan-lahan, dalam seketika Jocelyn Shen pun menahan nafasnya.

Sebuah ranjang perlahan-lahan didorong keluar dan sebuah kain putih menutupi semuanya. Apakah ini semua adalah takdir? Mengapa hanya Tuhan yang begitu kejam padanya? Yang pertama adalah ibunya, lalu yang kedua adalah kekasihnya. Apakah dia benar-benar orang yang membawa kesialan untuk orang-orang di sekitarnya? Jocelyn Shen mundur selangkah dan tidak dapat menahannya lagi. Kakinya melemas dan seluruh tubuhnya terhuyung-huyung dan jatuh ke tanah, Jasper Huo, jika semua ini bermula karena aku, aku lebih memilih untuk tidak pernah bertemu denganmu.

Tiba-tiba matanya pun berair dan air matanya menutupi orang yang ditutupi oleh kain putih. Dia tidak dapat mempercayainya, pria yang baru saja mengacau beberapa jam yang lalu memintanya untuk berbaikan, dan pria yang menciumnya dengan penuh kasih sayang akan berbaring di sini pada saat ini. Ada warna-warna darah di mana-mana, bau amis darah yang kuat dan memuakkan itu membuat orang merasa mual. Orang yang sudah tidak tahan pasti sudah menutupi hidung mereka dan menghindari mereka. Sang dokter melihat Jocelyn Shen lalu dengan panik berkata,

"Mohon berikan jalan."

Jocelyn Shen seperti kehilangan nyawa, seluruh badannya terasa kosong. Suara yang berasal dari dunia luar pun tidak dapat masuk ke dalam telinganya bahkan sedikit pun. Dia sudah tenggelam ke dalam pemikiran dia sendiri.

Sang perawat terlihat kesal dan melangkah maju lalu menarik lengan dia. Dia sambil mengerutkan keningnya berkata,

"Nona mohon berikan jalan, mohon jangan menganggu pekerjaan kami."

Tulang lengan Jocelyn Shen belum benar-benar pulih dan yang tadi dipegang oleh sang perawat adalah lengan dia yang sedang terluka itu. Akan tetapi dia sama sekali tidak mengerutkan keningnya, melainkan seperti seorang anak kecil yang menunjukkan ekspresi polos lalu dengan tercekat berkata,

"Apakah dia sudah meninggal?"

Sang perawat ingin mengomelinya dia karena kesal, akan tetapi melhat keadaan dia yang seperti itu pun membuat dia mengurungkan niatnya.

"Turut berduka cita."

Air mata yang telah mengenang di matanya jatuh begitu saja dengan tak terduga. Satu tetes, dua tetes dan kemudian menjadi aliran yang sangat deras. Darah di pipi pun tersapu oleh air mata. Tetapi dia menggigit bibirnya dengan sangat erat seperti tidak ingin mengeluarkan suara sekecil apa pun. Setelah kematian ibunya di saat dia berusia empat belas tahun, air mata adalah sesuatu yang bahkan lebih langka daripada berlian baginya. Dia telah melatih dirinya untuk menjadi orang yang tak terkalahkan, bahkan darahnya saja terasa dingin. Akan tetapi ada seseorang yang masuk ke dunianya tanpa peringatan, yang bersumpah untuk memiliki dirinya dan ketika dia jatuh ke dalam lingkaran yang mengenaskan, dia berdiri untuknya tanpa keraguan untuk melindungi dia dari angin dan hujan. Dia seperti sinar matahari yang menyinari dunia dingin jauh di dalam hatinya, lalu mencairkan pegunungan yang tertutup salju yang dia bangun sedikit demi sedikit pada sebelumnya. Begitu orang terbiasa dengan matahari, mereka akan takut pada kegelapan.

Tiga kata perawat itu membuatnya terjun ke kegelapan tanpa batas.

Jocelyn Shen menghalangi di satu-satunya pintu masuk lift. Bagaimana pun caranya membujuknya, tidak ada orang yang dapat berhasil. Ada banyak pasien di rumah sakit yang membutuhkan perawatan darurat setiap hari dan para dokter tidak dapat menahan rasa cemasnya. Akan tetapi karena Jocelyn Shen baru saja kehilangan orang terdekatnya, sehingga mereka pun tidak tega untuk meminta dia untuk menyingkir.

Beberapa menit kemudian, ada orang yang memanggil direktur rumah sakit. Dia merupakan seorang pria paruh baya yang terlihat elegan yang sambil memakai kacamata. Dia berjongkok dan dengan pelan berbicara kepada Jocelyn Shen,

"Keadaanmu yang seperti ini bagaimana mungkin dapat membuat dia pergi dengan tenang?"

Suara dia terdengar sangat lembut dan hangat seperti seorang ayah. Air mata Jocelyn Shen semakin turun dengan deras, pria itu mengeluarkan selembar tisu dan memberikan kepada dia, lalu dengan pelan menenangkan dia,

"Jika kamu tidak keberatan, kamu dapat menceritakannya kepadaku, hatimu akan terasa lebih baik setelah menceritakannya."

Suara Jocelyn Shen seperti tercekat di tenggorokannya, dia butuh beberapa saat untuk mengeluarkan suara seraknya dan berkata,

"Aku, semua ini karena aku. Bisa terjadi semua ini kepada dia karena aku."

Dokter yang ramah ini tertegun lalu ekspresinya pun menjadi serius, dia pun berkata,

"Jika seperti itu kamu harus semakin kuat. Dia menggunakan nyawanya sendiri untuk menggantikan nyawamu karena dia berharap untuk kedepannya kamu dapat hidup dengan sehat dan bahagia. Apakah dia dapat pergi dengan tenang jika melihatmu sedih seperti ini?"

Jocelyn Shen tidak bersuara, ini pertama kalinya dia merasa hidup merupakan suatu hal yang sangat sulit, terlebih karena nyawa ini diselamatkan dengan sepenuh tenaga oleh pria itu.

Dia menatap dokter tersebut dan dengan pelan berkata,

"Apakah aku boleh, boleh melihat dia lagi?"

Dokter yang berada di sana pun merasa keberatan karena orang ini sudah ditabrak hingga tidak berbentuk. Dokter ramah tersebut ragu-ragu sejenak lalu dengan pelan berkata,

"Kamu hanya dapat melihatnya sekali saja."

Jocelyn Shen pun bergegas menganggukkan kepalanya dan mengiyakannya karena takut dia akan berubah pikiran.

Semua orang pun menyingkir dengan teratur. Jocelyn Shen berdiri dengan susah payah lalu berjalan ke arah ranjang tersebut.

Dulu ketika dia berada di sisi dia, dia sangat jarang terlihat begitu diam. Seorang pria berusia 30 tahun itu memiliki sifat yang sangat kekanak-kanakan, otoriter, pelit dan pendendam. Selain wajahnya yang tampan itu, hanya tersisa setumpuk kejelekan yang seperti dikatakan sang kakek. Akan tetapi dia sangat perhatian, dia tahu tubuh dia mudah kedinginan, sehingga setiap kali mereka sedang bersama, dia akan menggenggam tangan dia lalu meniupnya dan menggosoknya. Meskipun dia memberontak ingin melepaskannya, akan tetapi hatinya tetap merasa hangat. Sepasang tangan yang hangat itu mengapa bisa berubah menjadi sebegitu dinginnya?

Jocelyn Shen dengan pelan menggenggam tangan yang dikeluarkan dari bawah kain. Dia mengikuti tiupan dia seperti biasanya lalu menggosoknya, akan tetapi bagaimana mungkin tangan seorang manusia yang masih bernyawa dapat menghangatkan tangan manusia yang sudah tidak bernyawa? Air mata Jocelyn Shen kembali turun, dia tidak memiliki keberanian untuk membuka kain putih tersebut melainkan hanya membungkukkan badannya dan dengan pelan berkata,

"Jasper Huo apakah janjimu untuk menikahiku masih berlaku? Jika aku menjawabnya sekarang apakah sudah terlambat?"

Mata orang-orang yang berada di sekelilingnya pun juga mulai memerah, mereka tidak tega melihat adegan seperti ini. Pada saat ini tiba-tiba seorang perawat berkata,

"Nona apakah Anda yakin orang yang ada di atas ranjang ini adalah orang yang Anda cari?"

Jocelyn Shen seperti tidak mendengarnya. Pada saat ini tidak ada siapa pun yang dapat menganggu perpisahan terakhir dirinya dengan dia.

Perawat itu menjadi sedikit panik karena tidak mendapatkan jawaban. Dia membuka daftar riwayat dan berkata,

"Akan tetapi jelas-jelas orang yang berbaring di atas ini bernama Andri Huang. Aneh sekali."

Ada orang yang menyalahkan perawat ini berbicara terlalu banyak. Akan tetapi Jocelyn Shen membesarkan matanya, membalikkan badannya dan memegang dia lalu dengan panik berkata,

"Apa yang kamu katakan? Siapa nama dia?"

Sang perawat tersebut sedikit terkejut, akan tetapi dia tetap menjawabnya dengan jujur,

"Kamu lihat orang ini bernama Andri Huang."

Jocelyn Shen langsung mengambilnya dan dengan cepat membaca nama yang tertera di atasnya.

Almarhum Andri Huang.

Penyebab kematiannya adalah patah tulang belakang, hati yang pecah, tulang rusuk yang patah dan lain-lain.

Tes darahnya positif untuk mariyuana.

"Ini bukan dia."

Jocelyn Shen bergumam dengan pelan.

Semua orang tiba-tiba menyadari bahwa wanita muda ini mengira kekasihnya yang meninggal sehingga dia menangis sekuat tenaga di sini. Setelah terkuak kebenarannya, semua orang pun tidak bisa menahan tertawaannya. Jocelyn Shen pun merasa sangat malu!

Mengabaikan cemoohan yang ada di sekitarnya, Jocelyn Shen dengan cemas berkata,

"Di mana dia? Di mana Jasper Huo?"

Sang kepala perawat berkata,

Novel Terkait

The Richest man

The Richest man

Afraden
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Jalan Kembali Hidupku

Jalan Kembali Hidupku

Devan Hardi
Cerpen
5 tahun yang lalu
Dipungut Oleh CEO Arogan

Dipungut Oleh CEO Arogan

Bella
Dikasihi
5 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Tito Arbani
Menantu
5 tahun yang lalu
Untouchable Love

Untouchable Love

Devil Buddy
CEO
5 tahun yang lalu
Siswi Yang Lembut

Siswi Yang Lembut

Purn. Kenzi Kusyadi
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Perjalanan Cintaku

Perjalanan Cintaku

Hans
Direktur
4 tahun yang lalu
Anak Sultan Super

Anak Sultan Super

Tristan Xu
Perkotaan
4 tahun yang lalu