Kamu Baik Banget - Bab 90 Penembakan Di Kapal Pesiar

"Hah!"

"Apa yang terjadi, kenapa listrik tiba-tiba mati?"

"Kamu menginjakku, hati-hati!"

...

Karena kegelapan yang tiba-tiba, kapal pesiar menjadi kacau balau.

Sahra dan Edo yang bergandengan tangan untuk melarikan diri, merasakan kewaspadaan di hatinya masing-masing.

Naluri keduanya sangat akurat. Tepat pada saat semua orang mulai panik, sebuah tembakan terdengar! Lalu diikuti suara jeritan dan tercium samar bau darah.

Keheningan hanya sesaat saja, selanjutnya muncul kepanikan yang lebih besar. Orang-orang yang awalnya hanya bingung tiba-tiba diliputi oleh kepanikan yang menakutkan hingga mereka mati rasa sampai kulit kepala mereka.

"Cepat bunuh-"

"Tolong!"

"Jangan—"

...

Tetapi ketika kapal pesiar berada di atas laut, di bawah keadaan gelap gulita, mana mungkin mereka bisa melarikan diri? Kerumunan di geladak bergegas berusaha melarikan diri, menabrak dan menginjak-injak satu sama lain, benar-benar bingung dan sepenuhnya jadi kacau tidak karuan.

Apalagi ketika mereka mengetahui sinyal ponsel mereka diblokir dan mereka bahkan tidak memiliki kesempatan untuk meminta bantuan lewat ponsel mereka. Mereka pun terus berjalan dan berlari dengan keputusasaan.

Setelah menyesuaikan diri dengan kegelapan awal, Sahra dan Edo bisa dengan jelas melihat penembak jitu memegang senjata berdiri di atas kapal. Total ada dua orang, kedua penembak jitu itu mengacungkan senjata ke arah kerumunan di bawah mereka dan menarik pelatuknya tanpa ampun.

Tapi dengan cepat baik Sahra dan Edo menyadari pada dasarnya ini adalah penembak jitu yang ditujukan untuk melawan Edo! Meski dua pria bersenjata itu menyerang orang lain dengan cara menyamar, namun mereka berdua tidak membuat orang-orang itu tewas, hanya sekedar memberikan luka tembak saja.

Tapi bagi Edo, satu tembakan ke satu tembakan lain ini sungguh mematikan. Hampir tiga tembakan telah dilepaskan, dan satu tembakan sudah diarahkan ke Edo!

Dengan bantuan benda-benda gangguan seperti segerombolan orang, meja dan bangku, Edo dan Sarahpun terus bersembunyi dari serangan-serangan tembak itu. Namun bersembunyi dimana pun, dua orang penembak jitu itu bisa menemukan dengan tepat arah mereka.

Kelihatannya, kejadian ini sudah lama disiapkannya. Khawatirnya kedua penembak jitu itu bisa melihat sesuatu di malam hari dengan kacamata night vision.

Setelah menghindari beberapa tembakan, Edo menangkap silau pistol dari sudut matanya dan menarik Sahra. Dia mengerang, dan ada luka tembak yang cukup parah di lengannya.

Sahra kaget dan hendak memeriksa luka itu. Tapi Edo malah menariknya dengan keras, melemparkannya ke kerumunan di seberangnya.

"Pergi sana!" Ucapnya dingin.

Mata Sahra bersinar, dia mengertakkan gigi dan menatap tajam ke Edo. Edo mengabaikannya, dan membalikkan meja untuk berlindung menghindari tembakan.

Tapi saat dia bersembunyi di bawah meja lain, Sahra muncul di sampingnya lagi. Tepat ketika dia muncul, ada tembakan lagi pada saat yang sama, dan ketika tembakan lain itu datang, Edo menariknya dan berguling ke belakang benda lain yang bisa melindungi mereka.

Wajah Edo sedingin es, dan Sahra menarik lengannya tanpa bergerak. Mereka pun membeku di belakang benda yang melindungi mereka ini.

Wanita bodoh ini, tidakkah dia tahu kalau terus mengikutinya itu seperti sandera di bawah pistol? Selama dia meninggalkanku, maka itu akan aman!

“Jangan berpikir untuk meninggalkanku.” Untuk menunjukkan sikap tegasnya, Sahra mencengkram lengan Edo dengan erat.

Situasinya kritis, dan tidak banyak waktu bagi mereka untuk terus bicara. Suara tembakan terdengar, dan mereka berdua kembali berguling ke tempat lain untuk menghindari tembakan.

Edo memiliki beberapa luka lagi di tubuhnya, tapi kecepatan penghindarannya tidak berkurang sedikitpun. Sahra tampak tenang, memperhatikan ke segala arah, dan terus mencari tempat berlindung yang cocok untuk mereka berdua.

Setelah begitu banyak tembakan, mereka berdua terlihat sangat menyedihkan untuk menunda waktu seperti ini.

Hingga tembakan pun berhenti.

Lampu di dek kapal menyala lagi, sorotan cahaya sesaat membuat semua orang langsung menutup mata sejenak karena belum beradaptasi.

Sekelompok pria berbaju hitam muncul di depan semua orang, Penembak jitu sedang memegang pistol dengan erat. Dia melepaskan dua tembakan ke langit, sehingga membuat kerumunan yang kacau itu langsung jadi diam dan tenang.

Pimpinan dari sekelompok orang berpakaian hitam itu cukup puas, terdengar suaranya kasar, "Kami menginginkan nyawa Edo, serahkan dia dan kalian akan baik-baik saja."

Karena perkataannya itu, Sahra menggenggam erat tangannya hingga terasa kukunya menusuk ke daging telapak tangannya.

Kalimat ini sepenuhnya untuk mengumpulkan kebencian kepada Edo dari seluruh orang di kapan ini. Orang-orang ini pasti akan membenci Edo karena membahayakan diri mereka.

Pada saat ini demi hidup, mereka lebih memilih untuk menyerahkan temannya untuk mati.

“Dia ada disini!” Orang yang berdiri di samping Sahra dan Edo tiba-tiba berteriak, dan mengarahkan jarinya ke Edo.

Dalam sekejap, orang-orang yang berdiri di antara mereka langsung mundur dan pergi. Jarak dua meter dari Sahra dan Edo langsung kosong dan membentuk segi empat.

Ekspresi Sahra menggelap, dia dengan tegas menarik lengan Edo.

Pimpinan orang berpakaian hitam itu mendesis, lalu berjalan ke arah mereka berdua. Dia melirik Sahra dulu, lalu perlahan mengangkat senjatanya dan mengarahkan pistolnya ke pelipis Edo.

“Apa yang mau kamu lakukan!” kata Sahra menyentakkan tangan orang berbaju hitam itu, lalu merentangkan tangannya di depan Edo untuk melindunginya.

Pimpinan itu seolah tidak menduga ada wanita yang tidak takut mati sama sekali ini. Mata pimpinan berbaju hitam itu tampak sangat berbahaya, “Hal yang tidak ada urusannya denganmu, lebih baik kamu jangan memaksakan untuk melindungi. Sana minggir ke sisi lain.”

Sahra tidak tergerak, matanya sangat marah dan begitu dingin.

Tapi Edo tiba-tiba berkata, "Di mana Jaydo?"

Setelah bicara, dia menarik tangan Sahra dan berdiri di depannya, "Dia ingin kamu membunuhku, bagaimana dengan dia? Katakan padanya untuk keluar. Menginginkan nyawaku, namun hanya bisa bersembunyi di pojokan?"

Begitu kata-kata itu keluar, semua orang terkejut. Terdengar suara bising orang-orang yang mulai berbisik.

Awalnya mengira kalau Edo yang membuat masalah hingga menyebabkan pembunuhan ini. Mereka tidak pernah berpikir kalau ternyata yang ingin membunuhnya adalah Jaydo, ayahnya sendiri?

Ekspresi pimpinan berbaju hitam itu lanbgsung berubah drastis. Untuk menghindari Edo bicara lebih banyak, dia menggerakkan jarinya dengan cepat agar segera menyelesaikan tugasnya ini.

Namun, layar proyeksi besar di belakangnya tiba-tiba terbuka dan cahaya yang menyilaukan membuat semua orang melihat ke arah proyeksi itu.

Layarnya kosong dan tidak ada apa-apa di sana. Namun, suara yang diperkuat oleh loudspeaker terdengar jelas.

“Kamu membunuh Yanuar dan juga membunuh Nio. Kamu punya cara yang begitu sederhana dan rapi, lalu kenapa kamu membuang-buang waktu dengan Edo?” Ini adalah suara Atta.

Suara Jaydo mengikuti setelahnya, "Mudah untuk membunuhnya, tapi pihak keluarga Rongsi tidak mudah untuk diberi penjelasan. Jadi luarnya aku tetap akan melakukannya kok.”

............

Jaydo, "Ini memang rencananya, lalu bagaimana?"

Atta, "Itu sangat jahat dan licik sekali."

Jaydo, "Kamu adalah putraku dan Vanda, kamu lebih licik lagi. Kamu lebih mirip aku daripada Frodo."

Rekaman ini hanya berdurasi dua atau tiga menit, percakapan ini persis merupakaan percakapan antara Jaydo dan Atta yang didengar oleh Sahra hari itu.

Informasi dari rekaman ini begitu besar sehingga membuat semua orang terdiam beberapa saat.

Dalam diam, Jaydo keluar dari ruangan di belakang pria berbaju hitam. Dalam sekejap, mata semua orang terfokus padanya.

Ekspresi Jaydo sangat mengerikan dan menakutkan.

Awalnya dia berencana mengambil kesempatan ini untuk menyingkirkan Edo. Tidak menyangka bukan hanya tidak berhasil, bahkan semua kejahatannya malah diekspos di depan semua orang!

“Siapa itu!” teriaknya dengan keras, dan suaranya terdengar sedingin es. Rekaman ini,

Jelas ada orang yang sengaja memainkannya.

Dia tahu itu bukan Edo, karena Edo tidak pernah tahu tentang itu. Pasti ada orang lain yang menguping pembicaraan ini.

Tidak ada yang menanggapinya, seluruh orang dalam kerumunan itu diam.

Pada saat ini, seorang pria berbaju hitam tiba-tiba menghampiri Jaydo dan menyerahkan sebuah ponsel. Ponsel ini memainkan isi rekaman tadi. jelas sekali kalau baru saja suara rekaman itu dimainkan juga lewat mic.

Karena ponselnya terbuka, jadi tanpa susah payah, mereka bisa menelusuri isi di dalam ponsel dan menemukan pemilik ponsel itu.

Jaydo membuka album dengan ekspresi wajahnya yang muram.

“Hei, itu semua hartaku. Jika kamu berani menghapus semuanya, aku akan melawanmu sampai mati!” kata Sahra yang tiba-tiba muncul keluar. Ekspresi wajahnya begitu dingin, dia menatap tajam ke ponselnya sendiri itu.

Novel Terkait

Blooming at that time

Blooming at that time

White Rose
Percintaan
5 tahun yang lalu
My Charming Lady Boss

My Charming Lady Boss

Andika
Perkotaan
5 tahun yang lalu
Doctor Stranger

Doctor Stranger

Kevin Wong
Serangan Balik
4 tahun yang lalu
Evan's Life As Son-in-law

Evan's Life As Son-in-law

Alexia
Raja Tentara
4 tahun yang lalu
Awesome Guy

Awesome Guy

Robin
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Predestined

Predestined

Carly
CEO
5 tahun yang lalu
Wonderful Son-in-Law

Wonderful Son-in-Law

Edrick
Menantu
4 tahun yang lalu
Istri Direktur Kemarilah

Istri Direktur Kemarilah

Helen
Romantis
4 tahun yang lalu