Kamu Baik Banget - Bab 85 Kelinci Yang Jatuh Ke Dalam Perangkap
Sampai Sahra memasuki kamar tidurnya dan pintu kamarnya terkunci, dia masih dalam keadaan bingung, dia tidak tahu bahwa dia sudah berada dalam perangkap, dan ketika Edo menendang satu kakinya ke dalam, dia masih secara inisiatif berjalan masuk.
“Ini cambuknya?” Edo membuka laci dan mengelus cambuk dengan jari-jarinya yang ramping.
Cambuk yang didapatkan Nona Besar Lubis benar-benar sangat bagus, selain khasiat obat yang dioleskan di cambuk, cambuk itu sendiri juga terbuat dari bahan yang sangat bagus dan tersedia dalam berbagai bentuk.
Edo mengambil cambuk satu per satu dan melihatnya dengan hati-hati, dia mengangguk dan berkata: "Benar saja, yang kamu bawa ke bawah adalah yang paling besar."
"Ya." Sahra bahkan mengangguk dengan bodoh: "Awalnya aku berencana untuk mengembalikannya ke Jenny, tapi Layra sudah... aku lebih baik membuangnya saja."
Jika melihat cambuk itu lagi, Sahra akan memiliki bayangan psikologis.
Edo memilih salah satu cambuk, kemudian dia mengambil dan mengguncangnya, dia cukup puas dengan rasanya. Sambil mengelus permukaan cambuk yang halus dan dingin dengan hati-hati, dia dengan santai berkata, "Kamu terlalu boros."
“Aku juga tidak ada cara lain, aku melihat dia memiliki keberanian untuk mendekatimu, jadi aku tidak bisa tahan dan melemparkan cambuk kepadanya.” Dia tidak bermaksud untuk membiarkan Layra melakukan siaran langsung, tapi wanita tersebut yang datang mencari masalahnya.
Benar-benar tidak bisa tahan lagi!
Ketika memikirkan adegan tadi, Sahra sangat kesal, dan pikirannya akhirnya sedikit sadar. Ketika dia sadar kembali, dia melihat Edo duduk di tempat tidur dengan mengambil cambuk di tangannya, dan menatapnya dengan tenang.
Tiba-tiba, dia mengerti sesuatu.
“Edo?” Sahra berharap dia yang terlalu banyak berpikir.
Namun kenyataan tidak mengizinkannya untuk melangkah mundur.
Tatapan Edo yang dingin berpindah dari kaki ke wajahnya, dan Edo melambaikan cambuk dengan lembut dan anggun. Edo memegang dagunya sendiri dan tersenyum pada Sahra: "Cepat melepaskan bajumu."
"Edo ..." Sahra hampir mau menangis.
Apa maksud dari kata pepatah ‘mengangkat batu untuk memukul kaki sendiri’, situasinya sekarang ini adalah seperti itu! Mengapa dirinya mau mengumpulkan cambuk, dan mengapa dia mau mengambil begitu banyak cambuk kembali?
Edo mengamati ekspresi Sahra, dan ketika Sahra menatapnya, dia berkata lagi: "Jangan menantang kesabaranku."
Mata Sahra sedikit memerah.
Dia menjilat bibirnya dan membuka kancing atasannya. Hari ini dia mengenakan rok panjang, setelah dia membuka kancing atasannya, roknya langsung jatuh ke lantai.
Tubuhnya tiba-tiba terekspos di udara, dan dia gemetar karena kedinginan.
Untungnya, Edo tidak membiarkannya melepaskan semua pakaiannya, setidaknya dia masih mengenakan celana dalam dan bra. Sahra baru saja menghela nafas lega, tetapi ketika tatapannya melewati cambuk tersebut, dia menegang lagi.
Edo melihat Sahra menatap cambuk, matanya bersinar dengan cahaya bahagia, dia memutar jarinya, gagang cambuk yang hitam semakin menunjukkan ujung jarinya yang ramping dan putih.
Dia meletakkan gagang cambuk di depan mata dan melihatnya, kemudian sambil bercanda, "Kamu juga suka ini?"
“Tidak, aku tidak menyukainya!” Ketika Sahra berpikir bahwa Layra mungkin sedang memainkan benda ini di lantai bawah, semua bulu Sahra merinding, dia menelan ludah, nadanya sangat tegas: "Aku sama sekali tidak menyukainya!"
Jika benda ini menyentuhnya, dia lebih baik pergi menabrak dinding sampai mati.
Edo sepertinya tertarik dengan ekspresinya yang tegas, dia berkata, "Aku berharap kamu dapat mengingat perkataanmu ini saat kamu berteriak nanti."
“Jika aku ingat, bolehkah kamu memberiku hadiah?” Mata Sahra tertuju ke suatu tempat di bawah tubuh Edo.
"Tentu saja." Edo tersenyum.
Sebelum Sahra bahagia, Edo tiba-tiba memutar pergelangan tangannya, kemudian terdengar suara cambuk, dan cambuk tersebut jatuh ke tubuh Sahra.
"Phak!"
"Argh!"
...
Setelah tidak tahu berapa banyak kali dicambuk, tubuh Sahra yang penuh dengan bekas cambuk berguling-guling di tempat tidur, Edo mengendalikan kekuatannya dengan sangat baik, dia bisa meninggalkan bekas di tubuh Sahra dan membuat Sahra merasa sakit, tetapi tidak akan berdarah.
Edo melihat pandangan Sahra sudah kabur, dan berpenampilan seolah-olah ingin orang lain menyentuhnya, dia berhenti mencambuk Sahra, mencubit dagu Sahra, dan menyerahkan gagang cambuk ke depan mata Sahra: "Mau ini?"
"Tidak, jangan ..." Sahra menggelengkan kepala dengan kuat, dia menggosok-gosokkan wajahnya ke tubuh Edo dengan putus asa, tubuhnya yang mulus telah berubah menjadi warna pink: "Aku hanya menginginkanmu, hanya ada kamu, tidak ada orang lain ..."
Tatapan Edo menjadi lebih gelap, dan dia tersenyum ringan.
Sambil menggigit telinga Sahra, Edo berkata dengan lembut, "Jika kamu bisa berteriak lebih menawan dari wanita yang di bawah itu, aku akan memberikannya padamu, kalau tidak, aku lebih mending tidur bersama wanita tersebut."
"Tidak—" Sahra tiba-tiba berseru, dia hampir gila dan bergerak di bawah tubuh pria tersebut: "Aku lebih menawan dari wanita tersebut dan lebih murahan darinya, berikan padaku, tolong, hanya berikan padaku ..."
Edo membuang cambuknya, matanya yang gelap sepertinya memiliki api di dalamnya.
"Kalau begitu, aku akan mengabulkan permintaanmu."
...
Setelah berolahraga sepanjang malam, Sahra tidur hingga siang hari pada keesokan harinya. Meskipun dia bangun, badannya juga sangat sakit, seolah-olah dia telah ditekan oleh seekor gajah, dan semua tulang-tulangnya telah ditata kembali.
Namun, dia sangat bangga ketika berpikir bahwa di bawah usahanya sendiri, Edo menginginkannya tadi malam. Ketika memikirkan hal ini, dia tiba-tiba sadar kembali, kemudian dia buru-buru membuka laci, mengeluarkan semua cambuk, dan melemparkannya ke dalam tas dan menyegel tas tersebut.
Dia harus segera mengembalikan semua ini kepada Jenny!
Jika Edo bermain seperti ini beberapa kali lagi, mungkin dia tidak punya nyawa yang cukup untuk bermain bersamanya.
Setelah mandi, hal pertama yang Sahra lakukan adalah membawa tas tersebut ke bawah, kemudian membiarkan orang membawa barang-barang tersebut kembali ke Jenny. Setelah memastikan bahwa orang tersebut telah pergi, Sahra menghela nafas lega dan berjalan kembali dengan bahagia.
Ketika Sahra kembali ke aula, dia secara khusus melihatnya. Lantai dan sofa sangat bersih dan tidak ada bekas sama sekali.
Dia tiba-tiba sangat penasaran, penampilan Layra kemarin, bagaimana Frodo mengantarnya kembali?
Sahra mengedipkan mata dan melirik ke atas. Jika Layra ada di kamar Frodo sekarang, maka Frodo benar-benar sangat mencintainya.
Dengan sedikit penasaran, saat Sahra berjalan kembali ke kamar, dia memperlambat langkah kakinya ketika melewati kamar tidur Frodo, dan dia sama sekali tidak perlu menguping, suara dari dalam sangat jelas terdengar.
Pintu kamar Frodo tidak ditutup rapat, dan celah di pintunya cukup besar, sehingga Sahra dapat mendengar dengan jelas.
Karena pihak lain sangat "Murah hati", maka Sahra juga merasa malu jika dia tidak mendengarkannya. Jadi dia berhenti dan mendengarkan secara terang-terangan.
Nafas berat bercampur dengan suar mengerang, apa yang sedang dilakukan mereka berdua sudah sangat jelas.
Tetapi melakukan hal seperti ini, apalagi melakukannya bersama perselingkuhan, dan mereka tidak menutup pintu? Sahra berpikir sejenak, kemudian dia mengerti, mungkin ini adalah provokasi Layra lagi?
Layra ingin membiarkan seluruh Keluarga Junda mengetahui posisinya di dalam hati Frodo.
Di rumah Keluarga Junda, Layra yang sebagai perselingkuhan, bersama tuan rumah melakukan di tempat tidur, mungkin ini bisa memuaskan kesombongan di dalam hati Layra.
Novel Terkait
Lelah Terhadap Cinta Ini
Bella CindyUnperfect Wedding
Agnes YuCinta Yang Dalam
Kim YongyiAfter Met You
AmardaCinta Yang Terlarang
MinnieYama's Wife
ClarkAwesome Guy
RobinMy Greget Husband
Dio ZhengKamu Baik Banget×
- Bab 1 Aku Adalah Mempelai Wanita Adikmu
- Bab 2 Penikmat Bawah Rok
- Bab 3 Malam Pernikahan
- Bab 4 Frodo Sudah Kembali?
- Bab 5 Ambisi Kamu Cukup Besar
- Bab 6 Telpon Dari Suamimu
- Bab 7 Tidak Mau Disini
- Bab 8 Seorang Budak Murahan
- Bab 9 Mencari-Cari Kesalahan
- Bab 10 Tidak Belajar Patuh
- Bab 11 Akulah Yang Bodoh
- Bab 12 Ketidakpuasan
- Bab 13 Skandal Besar Keluarga Terpandang
- Bab 14 Keterlaluan
- Bab 15 Mandi Dan Menungguku
- Bab 16 Cinta Berbahaya Di Kantor
- Bab 17 Cekik Dia
- Bab 18 Situasi Sulit
- Bab 19 Maaf
- Bab 20 Salah Paham
- Bab 21 Memeriksa
- Bab 22 Menutup Sebelah Mata
- Bab 23 Main-Main Saja
- Bab 24 Hambatan
- Bab 25 Melindungi Makanan
- Bab 26 Jatuh Ke Neraka
- Bab 27 Membalas Dendam
- Bab 28 Identitas
- Bab 29 Pergi Menjaga Di Luar Pintu
- Bab 30 Tidak Patuh
- Bab 31 Bencana
- Bab 32 Teman Dan Bukan Musuh
- Bab 33 Sengaja Mempersulitkan
- Bab 34 Aku Menyuapimu
- Bab 35 Aroma Parfum
- Bab 36 Menawarkan Diri Untuk Bersamanya
- Bab 37 Mencoba Mengetahui Info Orang Lain
- Bab 38 Tengah Malam Memanjat Dinding
- Bab 39 Aku Ingin Tidur Di Sisimu
- Bab 40 Kamu Membuat Aku Jijik
- Bab 41 Kompleks Oidipus
- Bab 42 Dibatasi Dinding
- Bab 43 Tanpa Harapan
- Bab 44 Membakar Diri Sendiri
- Bab 45 Berakting
- Bab 46 Berakting
- Bab 47 Mulutmu Penuh Dengan Bauku
- Bab 48 Serigala Adalah Serigala
- Bab 49 Mainan Kecil
- Bab 50 Tertarik
- Bab 51 Kebencian Terbesar
- Bab 52 Kamu Mencari Mati
- Bab 53 Undangan
- Bab 54 Berbagai Jenis Hitam
- Bab 55 Beruntung Atau Sial
- Bab 56 Lelucon Jahat
- Bab 57 Lebih Baik Berhati-hati
- Bab 58 Merangsang Dengan Kata-kata
- Bab 59 Sebanyak Apa Pun juga Tidak Mau
- Bab 60 Penculikan
- Bab 61 Lebih Baik Putus Saja
- Bab 62 Percaya Atau Tidak Percaya
- Bab 63 Cinta Yang Murahan
- Bab 64 Wajah Tampan Adalah Sebuah Kemenangan
- Bab 65 Jangan Menimbulkan Masalah
- Bab 66 Beraksi Juga
- Bab 67 Siksaan
- Bab 68 Nikamati Baik-Baik
- Bab 69 Hubungan Kakakmu Dan Istrimu Dekat
- Bab 70 Pencuri Yang Meneriaki Pencuri
- Bab 71 Coba Jelaskan
- Bab 72 Orang Yang Menyusahkan
- Bab 73 Masalah Yang Belum Diselesaikan
- Bab 74 Pemerasan
- Bab 75 Simpati
- Bab 76 Ayah dan Putri Keluarga Asnawi
- Bab 77 Manfaatkan Diriku
- Bab 78 Menjamin Ketidakbersalahannya Dengan Kematian
- Bab 79 Musuh Cinta Bertemu
- Bab 80 Orang Jahat Akan Mendapat Ganjarannya
- Bab 81 Masalah Pemakaman
- Bab 82 Hadiah Buruan
- Bab 83 Bunga Liar Sangat Harum
- Bab 84 Terpesona Oleh Pria Tampan
- Bab 85 Kelinci Yang Jatuh Ke Dalam Perangkap
- Bab 86 Menguping
- Bab 87 Pergi Ke Keluarga Junda
- Bab 88 Pesta Kapal Pesiar
- Bab 89 Melarikan Diri
- Bab 90 Penembakan Di Kapal Pesiar
- Bab 91 Chapter Terakhir