Kamu Baik Banget - Bab 79 Musuh Cinta Bertemu

Hotman menggunakan kematian dirinya supaya kebenaran yang sesungguhnya bisa terungkap ke permukaan.

"Aku hanya berharap, setelah aku meninggal, kalian bisa melepaskan putriku. Bahkan jika dia bersalah, itu adalah kesalahanku bukan kesalahannya. Dia tidak seharusnya menanggung kesalahanku di pundaknya, lebih tidak pantas jika dia dipandang oleh orang lain dengan pandangan yang berbeda.”

Muncul hasil yang jauh berbeda dari yang diduga oleh semua orang.

Yang pada awalnya dikritik oleh netizen sebagai ayah yang jahat, tidak menyangka dia hanyalah seorang suami yang merindukan istri yang sudah meninggal dua puluh tahun yang lalu dan yang akan melakukan segalanya untuk menukarkannya dengan kebebasan putrinya sendiri.

Sahra melihat ke bawah, melihat komentar netizen di internet semua bersimpati kepada Hotman dan menegur orang yang sebelumnya memfitnah ayah dan anak ini. Dia hanya melihat sekilas dan langsung menutupnya.

Saat ini orang yang menegur di internet adalah orang-orang yang pada awalnya memaki dengan paling parah. Dia melihat dan merasa ini semua adalah ironi.

Tidak peduli bagaimanapun, setidaknya keinginan yang Hotman inginkan bisa tercapai, dia sudah mati dan Safrida juga sudah dinyatakan tidak bersalah.

Namun bagi banyak orang, orang yang berkorban paling besar adalah Safrida sendiri.

Setelah memegang dagunya beberapa saat, Sahra bangkit berdiri, mengenakan jaket dan pergi keluar. Tidak ada supir, dia pun pergi ke garasi mengendarai mobil pergi ke gedung rumah sakit dimana Hotman melompat bunuh diri sendirian.

Safrida saat ini pasti ada disana.

Setelah memarkirkan mobil, dia berkeliling di rumah sakit itu satu putaran, masalah Hotman yang sebesar ini terjadi pada tengah malam, saat ini rumah sakit sudah sangat teratur.

Bagi rumah sakit tempat dimana setiap hari terjadi kehidupan dan kematian, masalah Hotman ini walaupun agak spesial, namun tidak terlalu spesial hingga tahap mempengaruhi keteraturan rumah sakit ini.

Ini pertama kalinya Sahra datang ke rumah sakit ini, tidak tahu jalan hingga berjalan ke belakang rumah sakit, disini mungkin adalah tempat dimana orang bisa berjalan-jalan, namun di sore ini tidak ada orang sama sekali.

Ketika dia sudah bersiap untuk mencari dokter untuk menanyakan jalan, tiba-tiba terdengar suara aneh di belakang, itu adalah suara desah dengan nafas yang cepat, Ketika terdengar di dalam telinga terdengar cukup akrab.

Tanpa ragu-ragu, dengan langkah perlahan memutari bukit buatan dan melihat dengan ditutupi semak-semak.

Safrida sedang ditindih di atas bukit buatan ini, orang yang menindihnya adalah pria dengan pakaian baju putih. Pria itu seakan sedang berbicara sesuatu dengan Safrida, bibirnya membentuk senyuman yang tidak menguntungkan, dengan sepasang tangan yang bergerak di atas tubuh Safrida.

Baru saja ayahnya meninggal pagi ini, saat ini sudah bersenggama disini?

Sebaliknya Sahra yang merasa orang yang mendapat pengaruh paling besar dari kejadian ini adalah Safrida, tidak menyangka Safrida memberinya pukulan sebesar ini di wajahnya. Sepertinya dia masih tidak cukup memahami Safrida.

Sambil menggelengkan kepala, masalah ini sama sekali tidak seperti apa yang dia pikirkan, Sahra langsung memutuskan untuk meninggalkan tempat ini.

Tidak menyangka, terjadi perubahan tiba-tiba di belakang bukit buatan ini.

Laki-laki yang pada awalnya sedang menindih Safrida, terdengar mengeluarkan teriakan yang memekakan telinga. Safrida dengan sekuat tenaga mendorong pria itu, wajahnya ganas dan sangat menakutkan, mengambil batu di sampingnya dan memukulkannya kearah kepala laki-laki itu!

Pria itu terlihat tidak menyangka dia akan melakukan hal itu, di kondisi tanpa persiapan untuk diserang, darah merah pun mengalir jatuh di atas tanah. Namun Safrida sama sekali tidak berhenti, batu di tangannya itu terus-menerus dihantamkannya ke arah tubuh pria itu.

Kedua mata nya merah, ekspresinya gila seakan sudah kehilangan akal.

Jika tidak dihentikan, pria itu akan dibunuh olehnya.

"Berhenti!” Sahra berlari mendekat, langsung menggenggam lengan Safrida, ketika dia sedang memberontak, dia melepaskan batu yang berdarah itu jatuh ke tanah di sampingnya.

Safrida seperti orang gila dan terus menggeliatkan tubuhnya “Lepaskan aku, LEPASKAN AKU!”

"Kamu gila ya!” Sebuah tamparan langsung terjatuh di wajahnya, suara Sahra yang dingin berkata “Kenapa? Ayahmu sudah menukarkan nyawanya supaya kamu bisa hidup dengan tenang, sekarang kamu mau mengantarkan dirimu untuk masuk ke dalam penjara?”

Mendengarnya yang membicarakan Hotmani, Safrida pun langsung tidak bergerak lagi.

Sahra tidak memperdulikannya, langsung mendorong tubuhnya dengan keras dan dia pun terjatuh dengan lemas di tanah dengan bersandar di bukit buatan itu.

Beruntung mereka saat ini berada di rumah sakit, tidak lama kemudian ada dokter yang datang membawa pria yang sial itu masuk ke dalam untuk mendapatkan pertolongan.

Ketika situasi sudah kembali tenang, Sahra baru membalikkan badan melihat Safrida, Safrida yang biasanya selalu memancarkan kesombongan dan dominasi di wajahnya, saat ini dipenuhi kekosongan, seperti seorang anak yang kehilangan arah, memeluk lututnya dan bergetar dengan ditutupi bayangan.

Dengan tidak adanya Hotman, bagi Safrida dia tidak lagi mempunyai keluarga.

Sahra tidak berkata apapun, langsung menyandarkan tubuhnya dengan keras di atas bukit, kedua tangannya dia masukan ke dalam kantung, disini ada sebuah pohon yang tinggi, pohon bunga tinggi yang merefleksikan sebuah bayangan.

Angin yang bertiup, membawa pergi panas dan menyisakan kesejukan.

"Ayah sudah lebih dari satu kali mengatakannya kepadaku, dia dijebak, dia tidak melakukan seperti itu kepadaku." Tubuhnya bergerak ringan, suara Safrida sangat lemah, seakan sedang bergumam. “Namun aku tidak percaya, bahkan aku memukulnya. Dia… sudah berdarah, berdarah karena aku memukulnya.”

Sahra memejamkan mata, memikirkan kembali adegan yang dia lihat sebelumnya di dalam bar. Lampu yang berkedip dengan suara musik yang bergetar, Hotman dipukul oleh putrinya sendiri dengan botol alkohol hingga membentuk lekukan.

Apakah karena hal ini, Hotman memutuskan untuk mengakhiri hidupnya dengan cara yang sangat ekstrim ?

Tidak ada yang tahu, namun bagi Safrida, ini pasti adalah kerisauan dalam hatinya.

"Akulah yang membuat ayah meninggal.” Safrida menenggelamkan wajahnya di antara lututnya, membuat orang tidak bisa melihat ekspresinya, hanya mendengar suara parau yang keluar darinya.” Dia berkata supaya aku ikut pulang dengannya, jangan lagi membiarkan pria-pria itu memperlakukanku seperti itu. Aku tidak mendengarnya, aku masih memukulnya… Aku bersalah, aku tidak akan lagi membiarkan laki-laki lain melakukan hal itu kepadaku. Dengan begitu apakah dia akan memaafkanku? Apakah dia akan kembali?”

"Jadi, kamu baru memukul dokter itu? Sahra akhirnya mengerti, tidak salah jika Safrida menjadi seperti orang gila, ternyata karena perkataan dari Hotman yang tidak ingin dia disentuh oleh pria lain lagi.

"Ya” Suara Safrida sangat rendah dan agak kosong “Pria itu berkata kepadaku, asalkan aku mau tidur dengannya, dia akan membantuku untuk menyelamatkan ayahku. Namun aku tahu, dia berbohong, ayahku sudah tidak mungkin kembali, ayahku tidak suka banyak laki-laki yang memegangku, jadi aku tidak lagi membiarkan mereka untuk menyentuhku, tidak bisa….”

"Ya, ayahmu sudah meninggal.” Walaupun sangat kejam, namun Sahra masih mengatakan hal yang sebenarnya.

Pada awalnya dia berpikir Safrida akan kembali menjadi gila, namun siapa yang menyangka tubuhnya hanya sedikit bergetar, kemudian dengan menutup wajahnya, dia mulai menangis. Pada awalnya tangisannya terdengar ditahan, hanya pundaknya yang terus bergetar, namun perlahan-lahan dia tidak bisa menahan lagi dan suaranya pun perlahan-lahan menjadi semakin besar.

Sahra hanya diam sambil mendengarkan, tidak menghibur namun juga tidak mengejeknya. Hanya terdiam seperti itu menjadi seorang penonton.

Tiga tahun lalu, dia bertemu dengan Edo, sebuah kesalahan seumur hidup. Sementara Safrida sudah berhubungan lebih lama di sisi Edo. Karena Edo kedua orang ini pun menjadi musuh.

Sinisme dan pertengkaran, hubungan di antara mereka pun hanya terus ditambah dengan kebencian yang tidak berkurang.

Namun siapa yang menyangka , ada suatu hari dia akan menangis dengan tanpa kendali seperti ini di hadapannya, lebih tidak ada yang menyangka, pada suatu hari, dia akan menjadi satu-satunya orang yang bisa menjadi tempat curahan hatinya.

Novel Terkait

Asisten Wanita Ndeso

Asisten Wanita Ndeso

Audy Marshanda
CEO
3 tahun yang lalu
Gue Jadi Kaya

Gue Jadi Kaya

Faya Saitama
Karir
3 tahun yang lalu
The True Identity of My Hubby

The True Identity of My Hubby

Sweety Girl
Misteri
4 tahun yang lalu
Unlimited Love

Unlimited Love

Ester Goh
CEO
4 tahun yang lalu
A Dream of Marrying You

A Dream of Marrying You

Lexis
Percintaan
3 tahun yang lalu
Cinta Presdir Pada Wanita Gila

Cinta Presdir Pada Wanita Gila

Tiffany
Pernikahan
4 tahun yang lalu
You Are My Soft Spot

You Are My Soft Spot

Ella
CEO
4 tahun yang lalu
Si Menantu Buta

Si Menantu Buta

Deddy
Menantu
4 tahun yang lalu