Kamu Baik Banget - Bab 11 Akulah Yang Bodoh
Edo tidak mengerti ucapannya, Edo pun meremas lidahnya dengan sekuat tenaga “Apa tidak bersedia mengatakannya, atau karena terlalu banyak sehingga tidak bisa mengingatnya dengan jelas? Frodo punya begitu banyak wanita untuk dipermainkan, tapi dia malah bersedia menikahimu, apa mungkin karena kemampuan lidahmu yang hebat ini ya?”
Tidak!
Sahra ingin menyangkalnya, tapi malah tidak bisa mengatakan apa-apa, air matanya terus semakin mendesak untuk mengalir.
Tatapan mata pria itu semakin menggelap, tampak kegilaan samar di dalamnya.
Sahra merasa kalau Edo sepertinya benar-benar ingin merobek lidahnya.
Untungnya, nada dering ponsel berbunyi pada saat ini.
Edo berhenti, kegilaan di bawah matanya berubah menjadi tenang. Dia menarik tangannya, lalu perlahan berdiri. Lalu mengeluarkan telepon dari pakaian Sahra yang berserakan berantakan.
Meliriknya sebentar, Edo langsung menjawab telepon itu dan menekan tanda speakerphone.
“Sahra, ini ayah.” Suara yang lembut dan jernih. Itu adalah suara ayah kandung Sahra, yaitu Norman.
Ponsel itu diletakkan di samping telinga Sahra. Sahra hanya merasakan lidahnya tidak bisa ditarik kembali, merasakan sakit yang sangat panas tidak karuan di lidahnya. Dia berusaha menahan rasa sakit itu, lalu baru dia berkata “Ayah.”
“Kamu kenapa, apa kamu tidak enak badan?” begitu mendengar suara Sahra, Norman sangat terkejut dan jadi sangat khawatir.
Sahra pun buru-buru berkata “Tidak, ayah, aku baru saja, baru saja makan sesuatu yang panas, lalu tidak sengaja melukai lidahku."
Setelah berbicara, Sahra menggigit bibir bawahnya karena ditertawai dengan senyum mengejek dari Edo.
“Kamu ini ya, benar-benar deh, kenapa kamu begitu tidak bisa menjaga dirimu sendiri sih!” Norman menghela napas, lalu mulai mengomel “Kamu ini kan sudah menikah, kamu juga seharusnya....”
“Ayah, kamu meneleponku, ada urusan apa?” Tanya Sahra langsung memotong ucapan ayahnya, dia hanya ingin mengakhiri panggilan telepon itu secepat mungkin.
Ayahnya mengira kalau Sahra tidak suka dirinya yang terus mengomel, Norman berhenti bicara sejenak, lalu mengubah topik pembicaraan dengan berkata “Mengenai masalah kerja sama yang terakhir kali dibicarakan dengan Frodo. Aku kemarin sudah berdiskusi dengan mereka, persyaratan mereka.....aku ingin kamu bicara sejujurnya kepadaku, bagaimana Frodo memperlakukanmu?”
Mendengarkan helaan napas ini, Sahra mengerti. Dia khawatir kalau Frodo terlalu terburu-buru, ingin memanfaatkan Keluarga Azari untuk mencapai tujuannya secepat mungkin. Jika permintaan tidak terlalu berat, mungkin Norman tidak akan sampai khusus meneleponnya.
"Kami baik-baik saja," Sahra tidak berani menatap Edo, tatapan matanya dialihkan ke sisi lain "Dia memperlakukanku dengan sangat baik.”
“Baguslah kalau begitu.” nada bicara Norman jadi terdengar jauh lebih tenang, bahkan sambil tersenyum “Aku hanya memiliki kamu satu-satunya anak perempuan kesayanganku. Tidak usah dibilang membantu, bahkan tidak masalah memberikan Keluarga Azari kepadanya, selama dia baik terhadapmu.
"..." Sahra terdiam beberapa saat.
Untuk mencapai tujuannya, Sahra ingin memanfaatkan Keluarga Azari, ini berarti dia juga sama saja memanfaatkan ayah yang sangat menyayangi dan mencintainya. Karena merasa bersalah, dia berusaha agar suaranya tidak bergetar "Terima kasih, ayah."
Telepon pun ditutup, ada keheningan sebentar dalam aula itu.
Sahra tidak berani mendongak, meski begitu dia bisa merasakan aura yang memberi tekanan yang dibawa oleh Edo. Dia menggigit bibir bawahnya, lalu dia langsung meringkuhkan tubuhnya.
“Sahra, kamu benar-benar sangat mementingkan perasaan dan tugasmu ya.” katanya. Suara Edo terdengar begitu tenang.
Semakin dia tenang, semakin Sahra gemetaran.
Persaingan antara Edo dan Frodo sudah sangat sengit. Awalnya mereka berdua adalah musuh yang kekuatannya seimbang. Tapi Kini dengan bantuan Keluarga Azari yang tidak kalah dengan keluarga Junda, bisa dibayangkan dengan jelas kalau ini adalah pukulan dahsyat bagi Edo.
Sahra tahu hal ini, tapi sekarang yang lebih penting adalah untuk memenangkan kepercayaan dari Frodo. Sahra berpikir kalau dia pasti telah membuat Edo marah.
Suhu udara terasa turun beberapa derajat, lapisan benjolan halus muncul di kulit yang lembut dan putih Sahra.
Edo mengangkat wajah Sahra, memaksa Sahra untuk melihat wajahnya. Sahra gemetar hebat dan giginya menggigit bibirnya yang pucat pasi.
“Kamu, sangat, bagus sekali.” kata Edo menatapnya, mengucapkan satu persatu kata dengan tegas.
Matanya menggelap, Sahra tidak bisa melihat bayangannya sendiri di dalam mata Edo.
Suaranya serak “Apa kamu marah karena Keluarga Azari membantu Frodo? Jangan lupa, kamu sendiri yang tidak pernah memintaku membantumu dengan bantuan Keluarga Azari."
Telah bersama Sahra selama tiga tahun, Edo tidak pernah memanfaatkan identitas dan status Sahra yang sebagai mutiara alias anak kesayangan Keluarga Azari. Bahkan jikapun Frodo mendorongnya sampai ke situasi benar-benar tidak ada harapan dan hanya bisa putus asa, Edo tetap saja tidak mencari ataupun minta bantuan Sahra, tidak sekali pun.
Setelah berbicara, Sahra merasakan sakit yang tajam di rahangnya. Dia tersentak, curiga kalau Edo benar-benar akan menghancurkan tulang rahangnya.
Tapi Edo tidak melakukannya.
Tampak jelas ejekan di mata dingin Edo, dia menarik tangannya dengan keras, lalu berkata “Akulah yang bodoh.”
Melihat dia pergi, tubuh Sahra lemas dan langsung jatuh ke lantai.
Dia baru saja pergi, Sahra lebih berharap Edo marah entah itu dengan memukulnya atau memakinya. Tapi Edo malah memilih pergi begitu saja.
Jari-jari Sahra diulurkannya di udara, berusaha meraih Edo tetapi sayangnya dia tidak bisa meraih dan menangkap apa pun.
Novel Terkait
Akibat Pernikahan Dini
CintiaAku bukan menantu sampah
Stiw boyMata Superman
BrickTen Years
VivianHalf a Heart
Romansa UniverseMy Charming Wife
Diana AndrikaKamu Baik Banget×
- Bab 1 Aku Adalah Mempelai Wanita Adikmu
- Bab 2 Penikmat Bawah Rok
- Bab 3 Malam Pernikahan
- Bab 4 Frodo Sudah Kembali?
- Bab 5 Ambisi Kamu Cukup Besar
- Bab 6 Telpon Dari Suamimu
- Bab 7 Tidak Mau Disini
- Bab 8 Seorang Budak Murahan
- Bab 9 Mencari-Cari Kesalahan
- Bab 10 Tidak Belajar Patuh
- Bab 11 Akulah Yang Bodoh
- Bab 12 Ketidakpuasan
- Bab 13 Skandal Besar Keluarga Terpandang
- Bab 14 Keterlaluan
- Bab 15 Mandi Dan Menungguku
- Bab 16 Cinta Berbahaya Di Kantor
- Bab 17 Cekik Dia
- Bab 18 Situasi Sulit
- Bab 19 Maaf
- Bab 20 Salah Paham
- Bab 21 Memeriksa
- Bab 22 Menutup Sebelah Mata
- Bab 23 Main-Main Saja
- Bab 24 Hambatan
- Bab 25 Melindungi Makanan
- Bab 26 Jatuh Ke Neraka
- Bab 27 Membalas Dendam
- Bab 28 Identitas
- Bab 29 Pergi Menjaga Di Luar Pintu
- Bab 30 Tidak Patuh
- Bab 31 Bencana
- Bab 32 Teman Dan Bukan Musuh
- Bab 33 Sengaja Mempersulitkan
- Bab 34 Aku Menyuapimu
- Bab 35 Aroma Parfum
- Bab 36 Menawarkan Diri Untuk Bersamanya
- Bab 37 Mencoba Mengetahui Info Orang Lain
- Bab 38 Tengah Malam Memanjat Dinding
- Bab 39 Aku Ingin Tidur Di Sisimu
- Bab 40 Kamu Membuat Aku Jijik
- Bab 41 Kompleks Oidipus
- Bab 42 Dibatasi Dinding
- Bab 43 Tanpa Harapan
- Bab 44 Membakar Diri Sendiri
- Bab 45 Berakting
- Bab 46 Berakting
- Bab 47 Mulutmu Penuh Dengan Bauku
- Bab 48 Serigala Adalah Serigala
- Bab 49 Mainan Kecil
- Bab 50 Tertarik
- Bab 51 Kebencian Terbesar
- Bab 52 Kamu Mencari Mati
- Bab 53 Undangan
- Bab 54 Berbagai Jenis Hitam
- Bab 55 Beruntung Atau Sial
- Bab 56 Lelucon Jahat
- Bab 57 Lebih Baik Berhati-hati
- Bab 58 Merangsang Dengan Kata-kata
- Bab 59 Sebanyak Apa Pun juga Tidak Mau
- Bab 60 Penculikan
- Bab 61 Lebih Baik Putus Saja
- Bab 62 Percaya Atau Tidak Percaya
- Bab 63 Cinta Yang Murahan
- Bab 64 Wajah Tampan Adalah Sebuah Kemenangan
- Bab 65 Jangan Menimbulkan Masalah
- Bab 66 Beraksi Juga
- Bab 67 Siksaan
- Bab 68 Nikamati Baik-Baik
- Bab 69 Hubungan Kakakmu Dan Istrimu Dekat
- Bab 70 Pencuri Yang Meneriaki Pencuri
- Bab 71 Coba Jelaskan
- Bab 72 Orang Yang Menyusahkan
- Bab 73 Masalah Yang Belum Diselesaikan
- Bab 74 Pemerasan
- Bab 75 Simpati
- Bab 76 Ayah dan Putri Keluarga Asnawi
- Bab 77 Manfaatkan Diriku
- Bab 78 Menjamin Ketidakbersalahannya Dengan Kematian
- Bab 79 Musuh Cinta Bertemu
- Bab 80 Orang Jahat Akan Mendapat Ganjarannya
- Bab 81 Masalah Pemakaman
- Bab 82 Hadiah Buruan
- Bab 83 Bunga Liar Sangat Harum
- Bab 84 Terpesona Oleh Pria Tampan
- Bab 85 Kelinci Yang Jatuh Ke Dalam Perangkap
- Bab 86 Menguping
- Bab 87 Pergi Ke Keluarga Junda
- Bab 88 Pesta Kapal Pesiar
- Bab 89 Melarikan Diri
- Bab 90 Penembakan Di Kapal Pesiar
- Bab 91 Chapter Terakhir