Kamu Baik Banget - Bab 66 Beraksi Juga
Daerah sekitarnya tiba-tiba menjadi gelap dan hanya ada secercah cahaya di atas panggung. Sorotan cahaya menyinari seorang pria dan seorang wanita di tengah dan keduanya menjadi satu-satunya pusat perhatian penonton.
Semuanya berubah menjadi gerakan lambat, Edo mengangkat jarinya dengan ringan dan cincin itu mendekati tangan Safrida yang terulur.
Seluruh hadirin terlalu sunyi, Sahra tidak bisa mendengar sisa suara di telinganya, dia hanya mendengar detak jantungnya yang kencang dan gendang telinganya seolah akan hancur.
Dia pernah memikirkan adegan ini berkali-kali dan memimpikan adegan seperti ini berkali-kali. Edo mengenakan setelan jas, dengan lembut memegang tangannya dan mengenakan cincin miliknya.
Gerakan Edo persis sama seperti yang dia mimpikan, tapi yang berdiri di depan Edo bukan dirinya.
Langit berputar-putar, semua yang ada di depannya tiba-tiba menjadi sangat kabur. Sahra tercengang, baru menyadari bahwa dia sedang menangis.
Linang air mata menghalangi penglihatannya, tidak heran dia tidak bisa melihat apa-apa.
"Kalian siapa, kalian masuk buat apa!"
"Aiya, jangan dorong!"
Ada suara dari pintu masuk aula, sekelompok orang menyerbu masuk, orang-orang ini bergegas dan berdesakan ke atas panggung dalam sekejap.
Edo berhenti gerakannya,
Mengerutkan keningnya.
Sesuatu telah terjadi.
“Siapa kalian, apa yang ingin kalian lakukan!” Ayah Safrida, Hotman Asnawi, memimpin dengan bereaksi, melangkah maju dan berteriak.
Siapa tahu, melihat dia, gerombolan penyerbu itu seperti serigala yang telah melihat daging dan darah dan mengepungnya dengan suara menderu-deru.
"Presdir Asnawi, aku reporter dari Kompas Media, apakah semua laporan diagnosis sebelumnya itu benar? Apakah Anda benar-benar berpikiran tidak murni terhadap putri anda?"
"Presdir Asnawi, anda belum menikah lagi sejak istri anda meninggal saat melahirkan. Apakah ini karena putri anda?"
"Maaf, Presdir Asnawi, apakah Nona Asnawi tahu tentang ini? Apakah kalian berpikiran sama?"
"Nona Asnawi mempublikasikan video itu sebelumnya, apakah karena sila dan amalan sejak kecil?"
……
Mendengar kata-kata tersebut, wajah Hotman menjadi pucat, seperti jatuh ke dalam gudang es. Tubuhnya bergetar hebat dan tidak stabil.
Safrida di atas panggung tidak mengetahui situasi, jadi melihat ayahnya dikepung, dia berbalik dan lari. Ketika dia secara tidak sengaja menabrak tangan Edo, cincin yang Edo pegang jatuh ke lantai.
Tapi sekarang tidak ada yang punya waktu untuk menghiraukan ini, adegan sekarang sangat kacau.
"Apa yang kalian lakukan, awas, awas!" Safrida mengikuti sekelompok pengawal, mendorong para reporter dengan keras dan meremas ke sisi Hotman "Ayah, kamu baik-baik saja?"
Melihat putrinya, wajah Hotman Asnawi bahkan lebih pucat.
Safrida ketakutan dan dengan cepat meraih lengannya "Ayah? Ayah!"
Saat para reporter melihat Safrida, mereka semakin heboh, mereka sangat bergairah hingga menerobos pengawal, mikrofon dan kamera menerpa Safrida dan Hotman secara bersamaan.
"Nona Asnawi, apakah anda tahu perasaan ayah anda terhadap anda?"
"Apakah anda melakukan pergaulan bebas karena hubungan dengan ayah anda juga?"
"Kamu begitu terbuka tentang seks, apakah menurutmu bahkan bersama dengan ayah sendiri juga tidak apa-apa?"
……
Entah apakah karena perubahan mendadak ini atau perkataan para reporter, Safrida terbengong, tidak bisa bicara sepatah kata pun.
“Safrida!” Hotman melihat ekspresinya dan segera memeluknya “Jangan dengarkan mereka, ayok kita segera keluar! Hentikan semuanya!”
Tetapi para reporter sangat heboh, beberapa pengawal tidak berhasil menyingkirkan mereka dan adegan itu sudah capai titik gila.
Para tamu berbisik, wajah mereka panik. Para reporter memiliki terlalu banyak informasi, mereka bertukar pikiran untuk beberapa saat dan semakin mereka memikirkannya, mereka menjadi semakin takut.
Di tengah hiruk pikuk, lampu tiba-tiba dinyalakan. Pada saat yang sama, pada layar penahanan panggung, dua lembar konsultasi dan diagnosis psikologis ditempatkan berdampingan.
Itu adalah lembar diagnosis dari psikiater konsultan Hotman, waktunya adalah sepuluh tahun yang lalu, ketika Safrida baru berusia dua belas tahun.
Lembar diagnosis pertama dengan jelas mencatat bahwa Hotman memiliki pikiran yang tidak murni untuk Safrida dan menderita karenanya. Psikiater merekomendasikan intervensi psikologis dan pengobatan tertentu.
Tanggal diagnosis berikutnya adalah beberapa hari yang lalu dan Hotman memutuskan untuk menghentikan pengobatan sendiri.
Tampaknya Hotman telah terlibat dalam intervensi psikologis selama sepuluh tahun.
Layar besar muncul dan adegan itu sunyi. Para tamu terdiam, para reporter tersentak dan menatap Hotman dan Safrida di tengah adegan ini.
"Ayah …… " Mata Safrida membelalak. Kemudian dia berteriak dan menarik erat lengan Hotman "Ayah, katakan padaku, ini tidak benar, ini tidak benar!"
Hotman memejamkan mata dengan penuh siksa dan tidak berkata apa-apa. Tapi ekspresinya sudah menunjukkan segalanya.
"Ah ------ " Safrida berteriak, melepaskan tangannya dan mundur beberapa langkah "Tidak……"
Dia sama sekali tidak bisa mempercayainya, seluruh orang sudah berada dalam kegilaan.
Berdiri di tengah kerumunan, Sahra menyaksikan adegan ini dengan tenang. Tiba-tiba merasakan sorotan mata dingin, seluruh tubuhnya gemetar dan mendongak.
Ini Edo.
Edo berdiri di atas panggung, segerombolan orang yang ada dibawah panggung, tetapi matanya tepat tertuju pada Sahra.
" …… " Sahra membuka mulutnya untuk berbicara, tetapi tiba-tiba teringat bahwa pihak lain tidak dapat mendengarnya.
Dia menutup mulutnya dan melihat ke belakang dengan takut-takut sambil menggigit bibir bawahnya.
Saat Safrida kehilangan akal sehatnya, suasana di tempat kejadian mencapai puncaknya lagi. Kacau, benar-benar kacau.
“Sahra, aku tidak menyangka akan menjadi seperti ini.” Jenny melihatnya lama sekali, lalu menutup mulutnya yang terbuka dan menoleh ke belakang sambil berpikir, “Perjamuan pertunangan ini benar-benar hancur, kamu …… huh, Sahra? Sahra? "
Sahra yang berdiri di sampingnya, tiba-tiba hilang saat ini.
Pada saat yang sama, lengan Sahra dicengkeram dan dia terhuyung-huyung ke belakang. Orang yang menariknya tidak peduli apakah dia bisa mengikutinya atau tidak, hanya melangkah besar keluar dari kerumunan.
Tangan Sahra berlumuran darah dari cengkramannya saat ini, dia didorong oleh para tamu dan tatapannya menjadi gelap karena kesakitan. Belum lagi berjalan, berdiri pun sulit.
Tubuhnya tidak bisa stabil, pada dasarnya dia mengandalkan orang depan yang menyeretnya untuk keluar.
Ketika dia tiba di bagian halaman belakang yang terpencil, jas yang dia kenakan sudah berubah menjadi warna darah.
Edo berhenti, Sahra kehilangan dukungan dan jatuh ke tanah. Dia terengah-engah, tubuhnya basah oleh keringat dingin, otot-ototnya bergerak-gerak.
“Kamu beraksi juga.” Suara Edo tenang dan dia langsung menyatakannya alih-alih bertanya.
Sahra menarik napas dalam-dalam dan mengangkat matanya dengan gemetar. Pria itu bernapas dengan lancar dan wajahnya sedikit kabur di kegelapan, tetapi iris di bawah matanya memantulkan cahaya, memantulkan cahaya yang gelap dan suram.
Kegelapan luar biasa dan badai akan segera datang.
"Aku tidak." Sahra dengan enggan duduk dengan sikunya di tanah, menahan rasa sakit di tangannya dan mengulangi "Aku tidak."
“Masih sama, Keluarga Junda pasti curiga terhadap Frodo, tapi aku tahu itu kamu.” Edo membungkuk, kedua hidungnya saling berhadapan.
Sahra bahkan tidak berani bernapas, menahan diri "Kali ini bukan aku."
Edo sangat marah sekarang, pikir Sahra.
“Apakah kamu yang mendapatkan lembar diagnosis itu?” Tanya Edo lagi, kali ini ujung hidungnya benar-benar tersentuh.
Karena sakit, hidung Sahra dipenuhi keringat dingin yang halus dan dia merasa agak kedinginan. Ketika laki-laki itu menyentuhnya, sentuhan panas itu begitu jelas dan dia begitu panas hingga kepalanya pusing.
Dia hanya bisa mengangguk dengan kaku.
Edo meringkuk bibirnya, cahaya hitam di bawah matanya menjadi lebih tebal "Seperti sebelumnya, kamu hanya memberikannya kepada Frodo, bukan?"
Novel Terkait
Cutie Mom
AlexiaMy Secret Love
Fang FangThe Great Guy
Vivi HuangIstri ke-7
Sweety GirlAir Mata Cinta
Bella CiaoThis Isn't Love
YuyuMy Tough Bodyguard
Crystal SongKamu Baik Banget×
- Bab 1 Aku Adalah Mempelai Wanita Adikmu
- Bab 2 Penikmat Bawah Rok
- Bab 3 Malam Pernikahan
- Bab 4 Frodo Sudah Kembali?
- Bab 5 Ambisi Kamu Cukup Besar
- Bab 6 Telpon Dari Suamimu
- Bab 7 Tidak Mau Disini
- Bab 8 Seorang Budak Murahan
- Bab 9 Mencari-Cari Kesalahan
- Bab 10 Tidak Belajar Patuh
- Bab 11 Akulah Yang Bodoh
- Bab 12 Ketidakpuasan
- Bab 13 Skandal Besar Keluarga Terpandang
- Bab 14 Keterlaluan
- Bab 15 Mandi Dan Menungguku
- Bab 16 Cinta Berbahaya Di Kantor
- Bab 17 Cekik Dia
- Bab 18 Situasi Sulit
- Bab 19 Maaf
- Bab 20 Salah Paham
- Bab 21 Memeriksa
- Bab 22 Menutup Sebelah Mata
- Bab 23 Main-Main Saja
- Bab 24 Hambatan
- Bab 25 Melindungi Makanan
- Bab 26 Jatuh Ke Neraka
- Bab 27 Membalas Dendam
- Bab 28 Identitas
- Bab 29 Pergi Menjaga Di Luar Pintu
- Bab 30 Tidak Patuh
- Bab 31 Bencana
- Bab 32 Teman Dan Bukan Musuh
- Bab 33 Sengaja Mempersulitkan
- Bab 34 Aku Menyuapimu
- Bab 35 Aroma Parfum
- Bab 36 Menawarkan Diri Untuk Bersamanya
- Bab 37 Mencoba Mengetahui Info Orang Lain
- Bab 38 Tengah Malam Memanjat Dinding
- Bab 39 Aku Ingin Tidur Di Sisimu
- Bab 40 Kamu Membuat Aku Jijik
- Bab 41 Kompleks Oidipus
- Bab 42 Dibatasi Dinding
- Bab 43 Tanpa Harapan
- Bab 44 Membakar Diri Sendiri
- Bab 45 Berakting
- Bab 46 Berakting
- Bab 47 Mulutmu Penuh Dengan Bauku
- Bab 48 Serigala Adalah Serigala
- Bab 49 Mainan Kecil
- Bab 50 Tertarik
- Bab 51 Kebencian Terbesar
- Bab 52 Kamu Mencari Mati
- Bab 53 Undangan
- Bab 54 Berbagai Jenis Hitam
- Bab 55 Beruntung Atau Sial
- Bab 56 Lelucon Jahat
- Bab 57 Lebih Baik Berhati-hati
- Bab 58 Merangsang Dengan Kata-kata
- Bab 59 Sebanyak Apa Pun juga Tidak Mau
- Bab 60 Penculikan
- Bab 61 Lebih Baik Putus Saja
- Bab 62 Percaya Atau Tidak Percaya
- Bab 63 Cinta Yang Murahan
- Bab 64 Wajah Tampan Adalah Sebuah Kemenangan
- Bab 65 Jangan Menimbulkan Masalah
- Bab 66 Beraksi Juga
- Bab 67 Siksaan
- Bab 68 Nikamati Baik-Baik
- Bab 69 Hubungan Kakakmu Dan Istrimu Dekat
- Bab 70 Pencuri Yang Meneriaki Pencuri
- Bab 71 Coba Jelaskan
- Bab 72 Orang Yang Menyusahkan
- Bab 73 Masalah Yang Belum Diselesaikan
- Bab 74 Pemerasan
- Bab 75 Simpati
- Bab 76 Ayah dan Putri Keluarga Asnawi
- Bab 77 Manfaatkan Diriku
- Bab 78 Menjamin Ketidakbersalahannya Dengan Kematian
- Bab 79 Musuh Cinta Bertemu
- Bab 80 Orang Jahat Akan Mendapat Ganjarannya
- Bab 81 Masalah Pemakaman
- Bab 82 Hadiah Buruan
- Bab 83 Bunga Liar Sangat Harum
- Bab 84 Terpesona Oleh Pria Tampan
- Bab 85 Kelinci Yang Jatuh Ke Dalam Perangkap
- Bab 86 Menguping
- Bab 87 Pergi Ke Keluarga Junda
- Bab 88 Pesta Kapal Pesiar
- Bab 89 Melarikan Diri
- Bab 90 Penembakan Di Kapal Pesiar
- Bab 91 Chapter Terakhir