Kamu Baik Banget - Bab 54 Berbagai Jenis Hitam
Setelah melamun untuk waktu yang lama sampai kakinya terasa pegal, Sahra baru sadar dirinya berdiri di depan pintu dengan bodoh untuk waktu yang lama. Sahra berputar balik badan dan kembali ke kamar, kemudian menelepon ke Edo setelah meragu sangat lama.
Telepon berdering lumayan lama dan tidak ada yang mengangkatnya, pada saat Sahra sedang berpikir apakah Edo sedang rapat, telepon pun diakhiri bersamanya. Mendengar nada penerima telepon sedang sibuk, Sahra merasa agak sedih.
Pria ini baru menyiksa dan melempar dia ke sana sini, satu malam baru berlalu dan dia sudah tidak mau mengangkat teleponnya, benar-benar sangat kejam.
Luka di tubuh Sahra sangat banyak, dia juga tidak ingin turun ke bawah dan mencari masalah dengan Frodo, jadi dia pun memutuskan untuk menyandar di jendela dan melihat ke arah bawah sampai langit menggelap, bayangan tubuh Edo baru muncul di depan gerbang.
Melihat Edo memasuki gerbang, menghitung waktu kisaran dia tiba di depan kamar tidur, Sahra baru berdiri, merapikan rambut dan pakaiannya sebelum berlari ke arah lobi.
Setelah tiba, Sahra melihat cahaya lampu yang redup dari celah pintu.
Sahra mengangkat tangannya dan mengetuk pintu selama dua kali, setelah menunggu beberapa saat dari dalam tetap tidak ada reaksi. Sahra menjilat bibirnya dan sama sekali tidak berada terkalahkan, mengangkat tangan dan mengetuk pintu lagi.
Kali ini, Sahra mengetuk selama belasan kali, seolah-olah dia bermaksud terus mengetuk sampai pintu terbuka.
Pada saat pintu terbuka, Sahra tidak sempat bereaksi dan tangannya yang terangkat hanya berjarak 2cm dari hidung Edo. Sahra menarik kembali tangannya dan tersenyum dengan ramah dan menurut "Edo, ternyata kamu ada di dalam ya"
Kata-kata Sahra jelas tidak masuk akal. Kalau bukan karena dia tahu Edo ada di dalam, bagaimana dia mau mengetuk pintu begitu lama?
Edo mengabaikannya dan berputar balik badan masuk ke dalam kamar.
Sahra tertawa dengan bodoh, suasana hati dia sudah menjadi baik ketika Edo tidak melarang dia masuk. Sahra masuk ke dalam dan menyadari Edo sepertinya sedang mengurus masalah perusahaan tadi, dokumen dan laptop terletak di meja yang berada di samping tempat tidurnya, sementara pena terbuka yang berwarna abu-abu berada di samping laptop.
"Apakah aku menganggumu?" Sahra merasa agak malu.
Edo baru saja kembali dari kantor, tetapi dia segera mengurus masalah pekerjaan lagi setelah tiba di rumah. Dari hal ini sudah bisa melihat seberapa intensnya pekerjaan Edo.
"Kalau aku berkata menganggu, apakah kamu bisa segera pergi?" Edo berkata tanpa mengangkat kepala, dia mengambil dokumen di atas meja dan mulai mencoret sana sini dengan penanya.
Wajah Sahra memerah, dia bahkan tidak berani bernafas dengan kuat "Aku bisa sangat diam, kamu anggap saja aku tidak ada di sini"
Setelah mendengar kata-kata Sahra, Edo benar-benar menganggap Sahra tidak berada di sini.
Meskipun merasa cemas, Sahra tetap berusaha bersifat tenang. Dia tidak duduk dan berdiri di tempat dengan diam sambil menatap ke wajah Edo yang serius dengan fokus.
Setelah Edo selesai mengurus pekerjaannya, waktu sudah berlalu hampir 3 jam. Edo mengangkat kepalanya dan melihat ekspresi Sahra yang berusaha menahan kesakitan.
Edo mengangkat alisnya "Iya?"
"Kamu sudah siap ya, aku... aduh!" Karena berdiri terlalu lama, Sahra langsung terjatuh ke depan ketika dia mencoba untuk bergerak.
Sementara Edo sama sekali tidak bermaksud mau membantu, dia hanya melihat dengan tatapan dingin.
Untungnya Sahra bisa menyelamatkan diri, dia menahan tubuhnya dengan terjatuh ke atas tempat tidur. Karena merasa agak canggung, Sahra pun menjelaskan "Maaf, kakiku terasa pegal"
Selain kakinya terasa pegal, Sahra masih harus menahan rasa sakit yang tidak tertahan di berbagai tempat tubuhnya. Sahra baru saja 'diselesaikan' oleh Edo, tubuhnya masih belum pulih kembali, ditambah berdiri begitu lama, Sahra kesakitan sampai wajahnya memucat.
Tidak tahu benar-benar tidak tahu atau berpura-pura tidak tahu, Edo melihat Sahra berdiri dengan wajah memucat dan gaya yang aneh sambil memegang lemari di samping tempat tidur tanpa berkata apa pun.
Setelah merasa dirinya tidak akan terjatuh lagi, Sahra baru berkata "Edo, kamu benar-benar mau bertunangan dengan Safrida ya?"
Sahra datang mencari Edo demi hal ini, dia bisa menahan sampai sekarang sudah sangat tidak mudah.
Edo meliriknya dengan dingin, meletakkan penanya dan menyandarkan tubuhnya ke papan tidur "Kenapa, tidak boleh?"
"Bukan, hanya saja...." Sahra mengerutkan alisnya dan wajahnya yang pucat menjadi agak keriput, penampilan dia sekarang terlihat tidak berdaya dan kasihan "Bukannya kamu sangat mementingkan kebersihan? Biasanya kamu tidak akan menyentuh barang yang telah pernah digunakan orang lain. Aku ingat biasanya kalau kamu memesan makan di luar, kamu selalu makan makanan cepat saji, karena kamu tidak suka makan satu sayur bersama orang lain"
"Jadi?"
"Jadi, jadi...." Setelah menggerakkan bola matanya ke sana sini, Sahra tetap memutuskan untuk berkata "Kamu tidak merasa Safrida kotor?"
Waktu mengatakan tentang itu, Sahra sebenarnya merasa takut dan mengamati reaksi Edo dengan hati-hati. Semalam dia baru saja dihukum Edo karena mengatakan hal itu.
Tatapan Edo terlihat sangat tenang dan tidak ada ekspresi apa pun.
Sahra mengulurkan lidahnya untuk menjilat bibirnya, melihat Edo tidak marah, dia merasa jauh lebih berani "Barang bekas saja kamu tidak mau menyentuh, Safrida tidak tahu sudah disentuh berapa orang dan kamu masih menginginkannya? Bukannya kamu bisa dibilang penerima barang bekas kalau begitu?"
"Tidak menyangka, mulut Nona Azari begitu meracunkan" Edo meletakkan kedua tangannya ke belakang kepala dan tertawa dengan dingin.
Melihat Edo tidak marah, Sahra menghela nafas lega dan mengomel untuk menjelaskan "Mulutku tidak meracunkan, kata-kataku semuanya tidak salah! Kamu tidak tahu orang di dalam lingkaran semuanya berkata Safrida adalah jamur hitam secara pribadi!"
Sebenarnya, Sahra masih memiliki sesuatu yang lebih buruk untuk dikatakan, dia sudah memikirkan dialog untuk sepanjang hari dan hasil keputusan adalah dia harus membujuk Edo untuk tidak mengambil keputusan yang tidak pintar.
Setelah berkata begitu lama, Edo tetap tidak mau mengungkapkan pemikirannya. Hal ini membuat Sahra merasa agak cemas "Jamur yang begitu hitam, kamu sanggup memakannya setelah menikahi dia?"
"Jamur sehitam kamu saja aku bisa meniduri, mengapa tidak bisa kepada dia?" Edo bertanya kembali.
Mata Sahra pun membesar, dia cemas sampai wajahnya memerah "Bagaimana aku termasuk jamur hitam? Meskipun benar-benar berubah menjadi hitam, kamu yang harus bertanggung jawab!"
Sahra saja tidak puas kalau dirinya dibandingkan dengan Safrida.
Siapa tahu, Edo malah tertawa dan berkata "Hitam yang aku maksud adalah hati"
Hal inilah yang benar-benar membuat orang waspada.
Sesuai ekspektasi, Sahra langsung sadar bahwa Edo sedang menyinggung pengkhianatan Sahra kepada dia sebelumnya.
Sahra menjilat bibirnya dan tidak berani menatap ke Edo "Yang penting kamu harus berpikir dengan baik, kalau kamu menikahi dia, orang akan menganggap kamu itu penerima barang bekas. Di atas kepala kamu akan dikenakan beberapa topi hijau setiap hari"
"Bagaimana kalau kamu benar-benar mendapatkan keluarga Asnawi? Karier yang kamu bangun dengan susah payah bisa jadi diwarisi oleh anak yang bukan milikmu!"
......
Melihat mulut Sahra yang mengucapkan berbagai kata kejam, Edo menyadari wanita ini tidak hanya memiliki hati yang hitam, tetapi juga mulut yang hitam.
Karena tidak ingin menghabiskan waktu di masalah tidak berguna seperti ini, Edo pun berdiri.
Sahra merasa kaget dengan gerakan Edo yang mendadak, dia mengedipkan matanya dan berkata dengan gugup "Kamu, kamu mau buat apa?"
Awalnya Sahra itu berdiri di sisi tempat tidur dan Edo duduk di atas tempat tidur. Setelah Edo tiba-tiba berdiri, jarak mereka berdua yang dekat membuat Sahra merasa sesak, hidung mereka saja sudah mau saling bersentuhan.
Novel Terkait
Doctor Stranger
Kevin WongLelaki Greget
Rudy GoldKamu Baik Banget
Jeselin VelaniWonderful Son-in-Law
EdrickMy Charming Wife
Diana AndrikaBlooming at that time
White RoseHabis Cerai Nikah Lagi
GibranKamu Baik Banget×
- Bab 1 Aku Adalah Mempelai Wanita Adikmu
- Bab 2 Penikmat Bawah Rok
- Bab 3 Malam Pernikahan
- Bab 4 Frodo Sudah Kembali?
- Bab 5 Ambisi Kamu Cukup Besar
- Bab 6 Telpon Dari Suamimu
- Bab 7 Tidak Mau Disini
- Bab 8 Seorang Budak Murahan
- Bab 9 Mencari-Cari Kesalahan
- Bab 10 Tidak Belajar Patuh
- Bab 11 Akulah Yang Bodoh
- Bab 12 Ketidakpuasan
- Bab 13 Skandal Besar Keluarga Terpandang
- Bab 14 Keterlaluan
- Bab 15 Mandi Dan Menungguku
- Bab 16 Cinta Berbahaya Di Kantor
- Bab 17 Cekik Dia
- Bab 18 Situasi Sulit
- Bab 19 Maaf
- Bab 20 Salah Paham
- Bab 21 Memeriksa
- Bab 22 Menutup Sebelah Mata
- Bab 23 Main-Main Saja
- Bab 24 Hambatan
- Bab 25 Melindungi Makanan
- Bab 26 Jatuh Ke Neraka
- Bab 27 Membalas Dendam
- Bab 28 Identitas
- Bab 29 Pergi Menjaga Di Luar Pintu
- Bab 30 Tidak Patuh
- Bab 31 Bencana
- Bab 32 Teman Dan Bukan Musuh
- Bab 33 Sengaja Mempersulitkan
- Bab 34 Aku Menyuapimu
- Bab 35 Aroma Parfum
- Bab 36 Menawarkan Diri Untuk Bersamanya
- Bab 37 Mencoba Mengetahui Info Orang Lain
- Bab 38 Tengah Malam Memanjat Dinding
- Bab 39 Aku Ingin Tidur Di Sisimu
- Bab 40 Kamu Membuat Aku Jijik
- Bab 41 Kompleks Oidipus
- Bab 42 Dibatasi Dinding
- Bab 43 Tanpa Harapan
- Bab 44 Membakar Diri Sendiri
- Bab 45 Berakting
- Bab 46 Berakting
- Bab 47 Mulutmu Penuh Dengan Bauku
- Bab 48 Serigala Adalah Serigala
- Bab 49 Mainan Kecil
- Bab 50 Tertarik
- Bab 51 Kebencian Terbesar
- Bab 52 Kamu Mencari Mati
- Bab 53 Undangan
- Bab 54 Berbagai Jenis Hitam
- Bab 55 Beruntung Atau Sial
- Bab 56 Lelucon Jahat
- Bab 57 Lebih Baik Berhati-hati
- Bab 58 Merangsang Dengan Kata-kata
- Bab 59 Sebanyak Apa Pun juga Tidak Mau
- Bab 60 Penculikan
- Bab 61 Lebih Baik Putus Saja
- Bab 62 Percaya Atau Tidak Percaya
- Bab 63 Cinta Yang Murahan
- Bab 64 Wajah Tampan Adalah Sebuah Kemenangan
- Bab 65 Jangan Menimbulkan Masalah
- Bab 66 Beraksi Juga
- Bab 67 Siksaan
- Bab 68 Nikamati Baik-Baik
- Bab 69 Hubungan Kakakmu Dan Istrimu Dekat
- Bab 70 Pencuri Yang Meneriaki Pencuri
- Bab 71 Coba Jelaskan
- Bab 72 Orang Yang Menyusahkan
- Bab 73 Masalah Yang Belum Diselesaikan
- Bab 74 Pemerasan
- Bab 75 Simpati
- Bab 76 Ayah dan Putri Keluarga Asnawi
- Bab 77 Manfaatkan Diriku
- Bab 78 Menjamin Ketidakbersalahannya Dengan Kematian
- Bab 79 Musuh Cinta Bertemu
- Bab 80 Orang Jahat Akan Mendapat Ganjarannya
- Bab 81 Masalah Pemakaman
- Bab 82 Hadiah Buruan
- Bab 83 Bunga Liar Sangat Harum
- Bab 84 Terpesona Oleh Pria Tampan
- Bab 85 Kelinci Yang Jatuh Ke Dalam Perangkap
- Bab 86 Menguping
- Bab 87 Pergi Ke Keluarga Junda
- Bab 88 Pesta Kapal Pesiar
- Bab 89 Melarikan Diri
- Bab 90 Penembakan Di Kapal Pesiar
- Bab 91 Chapter Terakhir