Kamu Baik Banget - Bab 73 Masalah Yang Belum Diselesaikan

Suasana di dalam kamar pasien hening kembali, Jenny yang duduk di samping kasur mengeluarkan kuteks dan mulai berkuteks. Sahra menilai Nian dari ujung ke ujung, dengan tatapan Sahra yang datar namun membebankan, Nian merasa seluruh tubuhnya sangat kaku, keringat dingin terus mengalir dari belakang punggungnya.

Dia adalah bawahan Frodo, namun barusan malahan bekerja sama dengan Sahra hanya karena ancaman kekerasan. Saat ini dia disalahkan oleh kedua belah pihak, posisi dan keadaannya sangat canggung.

“Kamu juga tidak perlu takut.” Sahra menyimpan tatapan dan menopang dagu :”Kenapa kamu bisa bilang pada Frodo kalau aku dan Edo saling menyeret di tempat umum?”

“Ini …..” Keringat dingin Nian semakin mengalir.

Pada saat itu dia memperhatikan interaksi antara Sahra dan Edo, sehingga memiliki tebakan sendiri. Namun saat ini Frodo malahan kalah berdebat dengan Sahra, kelihatannya kejadian ini berbeda dengan pemikirannya.

Apabila menjelaskan hal tersebut pada saat ini, bukannya akan menambah kedendaman Sahra terhadap dirinya?

“Buat apa bertele-tele? Kami lagi tanya!” Jenny melihat Nian yang hanya merinding dan gemetar, namun malahan tidak memberikan jawaban apapun, emosinya meledak seketika dan langsung menendang kuat pada tubuh Nian.

Nian menjerit kuat dan jatuh telungkup di lantai dengan kesan yang sangat kasihan, setelah melihat Jenny yang tidak bermaksud menghentikan aksinya, Nian buru-buru mengangkat kedua tangannya di atas kepala dan terus memohon :”Aku bilang, aku bilang!”

Nian menceritakan semua adegan yang telah dilihat dirinya kepada Sahra dan Jenny, termasuk ketika di villa keluarga Junda beserta di tempat parkir.

Setelah selesai bicara, dia menatap Sahra dengan reaksi yang tegang.

Ekspresi wajah Sahra tetap saja tidak berubah, dia hanya berkata dengan nada datar :”Rupanya begitu ya.”

Setelah melihat sikap Sahra pada saat ini, sepertinya dia sama sekali tidak memedulikan hal tersebut. Dalam hati Nian sangat bingung, kelihatannya memang dirinya yang banyak berpikir.

Pada saat Nian sedang melamun sendiri, tiba-tiba Sahra melirik ke arahnya. Tubuh Nian gemetar secara langsung dan berusaha memperlihatkan sebuah senyuman menyanjung.

“Seingat aku, kamu lahir dari keluarga tunggal dan dibesarkan oleh ibumu saja kan?” Sahra bertanya dengan gaya mengobrol biasanya.

Namun reaksi wajah Nian malahan sangat pucat dan terus berkeringat dingin.

Mengenai masalah ini, dia bahkan tidak memberitahukan kepada Frodo, namun dari mana Sahra mengetahui hal ini?

“Kamu tidak perlu panik.” Sahra melambaikan tangan dan berkata dengan nada datar :”Aku hanya ingin meminta kamu melakukan sesuatu saja. Frodo adalah suamiku, tidak ada salahnya juga kalau kamu bekerja untukku, tidak ada hubungannya dengan mengkhianati atau tidak.”

“……” Nian hanya menggigit gigi dan tidak berbicara.

Meskipun logika Sahra sangat masuk akal, namun Nian sendiri juga mengerti, jelasnya Sahra sedang memaksa dirinya untuk berpihak.

Sahra juga tidak memaksa Nian untuk menjawab, dia hanya duduk dan menanti jawaban, kesannya sangat sabar.

Dia sengaja mengungkit nama ibunya Nian, hanya dikarenakan dia mengetahui kalau Nian adalah anak yang sangat patut terhadap orang tua. Dengan membawa nama ibunya, Nian tidak akan bisa lari dari pengendalian dirinya.

Lagi pula dikarenakan ancaman kekerasan pada sebelumnya, Nian sudah terlanjur membantu mereka, dengan sikap Frodo yang begitu perhitungan dan licik, dia tidak akan mungkin memaafkan Nian lagi.

Meskipun strategi kali ini cenderung licik, namun Sahra juga tidak menganggap dirinya sebagai orang yang bijak. Tujuan dari strategi yang penting mempan dan tidak melanggar hukum yang ada.

Ternyata memang demikian, hanya beberapa menit kemudian saja, Nian sudah mengangguk kepalanya.

Sahra juga tidak banyak berbicara, dia melambaikan tangan dan menyuruh Nian meninggalkan ruangan.

Saat ini Jenny baru menghampiri dan berkata :”Sahra, menurutku kamu harus mengendalikan tingkah lakumu. Kamu lihat sendiri, orang luar biasa saja juga perhatian pada masalah kamu dan Edo, suatu hari nanti pasti akan terjadi masalah besar.”

“Mengendalikan apanya ? Pengalaman adalah pelajaran, sekarang aku sudah ada pengalaman.” Namun apabila menyuruh dirinya dan Edo jangan ‘saling menyeret’, jelasnya tidak akan mungkin lagi.

Jenny membalikkan bola mata dan tertawa sinis :”Coba kasih tahu, apa pengalamanmu.”

“Bukannya barusan Nian ada bilang ya, dia mengenal aku hanya dari pakaian.” Sahra menarik sudut bibir dan berkata dengan gaya wajar :”Lain kali kalau bertemu, aku langsung membuang baju hari itu, aku tidak percaya kalau ada yang sanggup mengenal bajunya lagi !”

“…….” Jenny terdiam seketika, dia berbaring di atas kasur dan tidak mau menatap Sahra :”Kamu hebat, nona keluarga Azari memang orang kaya, pengalaman seperti ini benar-benar mengejutkan pemikiranku.”

Siapakah juga Sahra? Jangankan membuang baju yang hanya sekali pakai, bahkan membeli baju untuk menggunting sembarangan juga bukan masalah.

Bagaimanapun tetap saja telah menyelesaikan sebuah masalah.

Jenny menelentangkan badan dan berkata dengan gaya berlebihan :”Nian seharusnya tidak mungkin mengkhianati kita lagi, masalah kamu dan Edo juga bisa disembunyikan, akhirnya bisa lega.”

“Kamu terlalu cepat lengah.” Sahra menyandar di kasur dan menendang tangan sahabatnya :”Kamu merasa hanya Nian saja yang membahayakan?”

“Selain dia yang melihat kamu dan Edo saling menyeret, ada siapa lagi?” Setelah mendengar maksud lain dari Sahra, Jenny langsung terduduk tegap dan bertanya.

“Kamu lupa ya?” Sahra mengangkat alis dan melontarkan sebuah nama :” Safrida.”

“Dia?” Jenny langsung mengerut alis.

Dasar, mengapa dia malah melupakan orang tersebut. Meskipun telah menuntut kalau kata-kata Nian hanya sekedah tebakan saja, namun Safrida bahkan sudah menyaksikan adegan bermesraan antara Sahra dan Edo, sehingga mungkin saja telah memegang bukti yang kuat.

Setelah berpikir tentang hal ini, Jenny merasa sakit kepala :”Dasar, wanita itu pula, bukannya sebelumnya kamu tidak terlalu memedulikan dia ya? Kenapa sekarang malah mengungkit dia?”

Pada sebelumnya, Sahra sama sekali tidak bermaksud untuk mengelabui Safrida, dia bahkan berharap untuk pamer mesra di hadapan Safrida.

“Itu dulu.” Sahra menatap ke arah luar jendela, tangannya yang terluka sedang bergoyang secara teratur :”Aku sebelumnya sangat yakin kalau Safrida tidak akan menyebar masalah aku dan Edo, semuanya dikarenakan masalah ini juga akan melibatkan Edo, sehingga dia akan mempertimbangkan ulang. Namun sekarang, keluarga Asnawi …..”

Jenny telah mengerti.

Saat ini Safrida hampir saja kehilangan kesempatan untuk bersama Edo, sehingga kemungkinan besar akan bertingkah di luar prediksi.

“Dia merasa Frodo yang melakukan semua ini, sehingga mungkin saja akan balas dendam terhadap Frodo.” Nada bicara Sahra sangat rendah :”Lagi pula kamu tahu juga kalau dia sangat benci padaku. Hal satu-satunya yang dapat balas dendam terhadap kami berdua, hanya tinggal menyebarkan hubungan aku dan Edo saja ….”

“Kalau begitu bukannya kejadian ini sangat membahayakan ya!” Jenny sangat panik :”Jadi sekarang kita harus bagaimana? Aku perlu mencari dia ….”

Dibandingkan dengan reaksi Jenny, Sahra cenderung sangat tenang. Dia merenung sejenak dan berkata :”Tidak buru-buru juga. Bagaimana keadaan perusahaan Junda?”

“Perusahaan Junda sudah mengajukan tanda bangkrut, pada dasarnya sudah tidak ada kesempatan untuk tertolong lagi.” Jenny menjawab dengan penuh keyakinan.

“Bagus.” Sahra langsung mengambil keputusan :”Tunggu aku keluar dari rumah sakit, kita pergi menjenguk dia.”

Setelah mengobrol sejenak, Jenny juga meninggalkan kamar pasien.

Sahra melamun di dalam kamar pasien, tidak lama kemudian dia mengeluarkan ponselnya. Dia sudah terima dana dari Frodo, sehingga langsung menekan layar ponsel dengan siku tangan dan mengirim uang tersebut ke dalam sebuah rekening yang sangat dikenalnya.

Setelah dana tersebut terkirim, dia melotot ponsel dan mulai menanti panggilan telepon.

Namun pada sepanjang malam, ponselnya tetap saja tidak berdering.

Pada keesokan harinya, Sahra langsung menghubungi orang tersebut.

“Edo, kamu sudah melihat uang yang aku transfer?” Sahra menjepit ponselnya dengan kepala dan bahu, suara bicaranya penuh dengan senyuman gembira.

Novel Terkait

Predestined

Predestined

Carly
CEO
5 tahun yang lalu
Sederhana Cinta

Sederhana Cinta

Arshinta Kirania Pratista
Cerpen
5 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku CEO Misterius

Ternyata Suamiku CEO Misterius

Vinta
Bodoh
4 tahun yang lalu
His Soft Side

His Soft Side

Rise
CEO
4 tahun yang lalu
Kembali Dari Kematian

Kembali Dari Kematian

Yeon Kyeong
Terlahir Kembali
4 tahun yang lalu
Chasing Your Heart

Chasing Your Heart

Yany
Dikasihi
4 tahun yang lalu
Rahasia Istriku

Rahasia Istriku

Mahardika
Cerpen
5 tahun yang lalu
Mendadak Kaya Raya

Mendadak Kaya Raya

Tirta Ardani
Menantu
4 tahun yang lalu