Kamu Baik Banget - Bab 51 Kebencian Terbesar
"Apakah kamu tertarik untuk meniduriku sekarang?"
Edo memandang Sahra, bibir tipisnya perlahan bergerak.
Sahra menelan air liur dengan sangat gugup, menatapnya dengan canggung.
"Tidak" Edo berkata.
Awalnya mengira dengan berkata seperti itu, Sahra akan menyerah. Siapa yang tahu, hari ini sepertinya Sahra salah minum obat, benar-benar sangat gigih.
Awalnya kilatan kekecewaan melintas di mata Sahra, kemudian Sahra menekan bibir merahnya dengan erat. Perlahan, Sahra tiba-tiba menggeser kertas di atas meja ke samping dan duduk di atasnya.
Keduanya, satu tinggi dan satu rendah. Sahra mencodongkan badannya ke depan, matanya merah dan basah "Kamu boleh memeriksa barang sebelum membuat keputusan."
Edo tidak berbicara, menopang kepalanya dengan tangan kanannya dan menatapnya dengan santai.
Edo tidak menolak, Sahra semakin memiliki keberanian. Sahra meletakkan jari-jari ramping di kancing mantelnya, Sahra membuka kancing kancing perlahan-lahan.
Sahra ternyata tidak memakai baju di dalam mantelnya, hanya menggunakan pita panjang menyilang tubuhnya. Pita satin merah tua yang melapisi kulit matte menjadi semakin putih dan karena lilitannya sangat kuat, bekas tanda merah terlihat sangat jelas.
Tatapan Edo perlahan bergerak ke bawah saat mantelnya terbuka, bulu matanya yang panjang setengah terkulai, kelopak matanya yang terkulai membuat orang lain sulit untuk melihat emosi di bawah matanya.
Suhu di kantor naik sedikit demi sedikit, ambigu dan menawan.
Keduanya tenggelam dalam suasana sehingga tidak menyadari bahwa pintu kantor telah didorong terbuka dari luar oleh seseorang.
“Wanita jalang, apa yang kamu lakukan!” Safrida menjerit, bergegas dan mendorong Sahra menjauh dari belakang dengan ganas!
Sahra sama sekali tidak siaga dan langsung terjatuh ke lantai. Punggungnya membentur lantai yang dingin dan keras dan Sahra tersentak kesakitan.
Safrida semakin marah melihat penampilan Sahra saat mantelnya terbuka. Sangking marahnya hingga ingin memukulnya, dengan tangan terkepal, suara semakin tajam "Sahra, aku tidak menyangka kamu begitu murahan! Kamu tahu bahwa Edo akan bertunangan denganku dan kamu datang merayunya, dasar wanita jalang!"
Sambil berkata, Safrida masih tidak senang, kemudian melangkah maju dan menampar wajah Sahra dengan sekuat tenaga!
Sahra tidak bisa bangun karena rasa sakitnya dan tamparan ini sama sekali tidak bisa dihindari. Safrida jelas menggunakan semua kekuatannya, pipinya langsung memerah dan bengkak, sudut mulutnya terlihat sedikit berdarah.
Edo terus melihat, saat Safrida mendorong Sahra menjauh, Edo tidak membantunya dan saat Safrida menampar Sahra, Edo juga tidak mengataakan apapun. Edo diam-diam memperhatikan kedua wanita itu saling mempermalukan, seolah-olah semua itu tidak ada hubungannya dengan dirinya dan hanya menonton drama.
Pantasan malam ini Sahra mengambil inisiatif, seolah-olah telah salah minum obat, ternyata karena Sahra sudah tahu bahwa Edo akan bertunangan dengan Safrida.
Dengan mata menunduk, mata Edo penuh dengan ejekan dingin. Sahra membuat Edo tahu bahwa dirinya adalah pengantin wanita di pernikahan Frodo. Edo baru saja akan bertunangan dengan Safrida, tetapi Sahra sudah sangat begitu tidak nyaman?
Benar-benar aneh.
Teringat saat melihat Sahra dengan gaun pengantin
Edo sangat, sangat terkejut, Edo menekan bibir tipisnya hingga berdarah. Matanya semakin dingin, Edo mengangkat matanya melihat wanita yang terbaring di lantai.
Sahra pada saat ini sangat-sangat dipermalukan.
Rambut panjangnya berantakan, mantelnya terbuka, sebagian besar bahu dan punggungnya yang halus terlihat. Pipinya merah dan bengkak, matanya lembab dan pita di tubuhnya yang tidak sejajar, membuat tanda merah akibat pengikatan semakin terlihat jelas di seluruh kulitnya yang telanjang.
Sangat memalukan, tapi ada semacam keindahan pelecehan yang membuat sadisme meningkat.
Edo merasakan rasa sakit di tubuh bagian bawahnya, seketika mengerutkan kening. Sebenarnya, saat Sahra merayunya, Edo sudah terangsang dan pada saat itu, Edo telah mencapai tingkat yang tak tertahankan.
Semakin panas tubuhnya, semakin dingin hatinya. Edo membenci perasaan ini, membenci dirinya sendiri yang masih tertarik pada tubuh Sahra.
“Kemarilah” Edo tiba-tiba berkata, suaranya sedikit terdengar samar-samar.
Safrida awalnya ingin menghajarnya lagi, karena perkataan Edo, Safrida menghentikan gerakannya dan berbalik.
Edo menoleh ke arah Safrida dan bahkan tidak menoleh ke arah Sahra "Kemarilah."
Seketika mata Safrida berbinar, bergegas ke sisinya. Hanya saja ekspresi lawan terlalu suram, Safrida tidak berani mendekat, tetapi berdiri diam di depannya "Do, Edo ?"
“Lepaskan bajumu.” Edo tidak berbicara omong kosong, nadanya samar-samar terdengar tidak sabar.
Mendengar ini, Safrida langsung mengerti. Bibirnya tersenyum dengan bangga, kemudian berbalik menatap Sahra sekilas dengan penuh semangat dan tangannya tidak lupa melepas pakaiannya satu per satu.
Edo tidak perlu berkata banyak, Safrida menanggalkan semuanya.
Sahra melebarkan matanya dengan rasa tidak percaya dan mengabaikan provokasi Safrida. Sahra hanya melototi Edo. Mungkinkah di hadapannya, Edo ingin bersama Safrida...
Hanya memikirkannya, pandangan mata Sahra menjadi hitam dan hatinya diliputi rasa sakit.
Wajah pucat Sahra tampak sangat jelas, melihat ini, Safrida sengaja mendekati Edo dan merangkak di tubuh pria itu dengan suara napas yang menawan, dengan suara centil "Edo..."
“Baring di atas meja, buka kakimu.” Suara Edo dingin, tapi perkataannya ini membuat orang lain berimajinasi.
Tubuh Safrida seketika melemah, Safrida segera berbaring di meja dan melebarkan kakinya dengan tangannya. Saat melakukan gerakan ini, Safrida masih bisa mengedipkan mata ke arah Edo dengan mudah, dengan ujung lidahnya yang menjulur dan menjilat bibirnya.
Edo melihat penampilan Safrida yang terampil dan menawan, sudut mulutnya tidak tahan dan terangkat. Edo melirik Sahra dengan penuh hinaan di matanya.
Sama-sama merayu, Safrida tidak gemetar seperti Sahra. Sama seperti sedang makan, orang melakukan hal ini dengan sangat santai.
Sahra tahu apa maksud Edo, kemudian berusaha bangkit dan duduk, giginyan yang berwarna putih salju menggigit bibir bawahnya. Sahra tahu dirinya tidak begitu lancar melakukannya, tetapi dirinya telah berusaha keras.
Sahra bukanlah Safrida, yang telah memiliki banyak pengalaman.
Edo di sana sudah perlahan berdiri dan berjalan mendekati Safrida selangkah demi selangkah.
Sahra menggigit bibir bawahnya hingga berdarah dan terus melototi pria itu. Pada saat yang sama, tatapan Edo tertuju padanya untuk sesaat.
Mata keduanya saling menatap, tatapan mata Edo penuh dengan kebencian dan wajah Sahra terus memohon.
"Jangan..." Sahra membuka bibirnya, tapi suaranya sangat lemah bahkan dirinya sendiri juga tidak bisa mendengarnya.
Mata sipit Edo terangkat, sudut mulutnya perlahan mengeluarkan lengkungan yang paling akrab dengan Sahra. Senyumnya terlihat begitu kental, sama seperti yang Sahra lihat pada awalnya.
Hati Sahra sangat sakit.
Tiga tahun lalu, Sahra jatuh cinta pada Edo karena senyuman pada pandangan pertama ini. Tiga tahun kemudian, Edo memberi pukulan yang sangat menyakitkan pada dirinya dengan senyuman ini.
Tatapan mata Edo menatap Sahra, tubuh Edo sedikit tertutup oleh tubuh Safrida, Safrida sudah tidak sabar dan menarik ikat pinggangnya.
Tatapan mata Sahra penuh dengan kemarahan.
Dengan matanya sendiri, Sahra melihat Safrida melepas ikat pinggang Edo, lalu ritsletingnya, lalu celana...
Sahra tiba-tba menutup matanya.
“Buka matamu.” Suara acuh tak acuh pria itu datang, seperti iblis dari neraka.
Tubuhnya bergetar hebat, Sahra perlahan membuka matanya.
Edo tersenyum pada Sahra dan pada saat yang sama tangannuya mengangkat pinggang Safrida.
Novel Terkait
Kamu Baik Banget×
- Bab 1 Aku Adalah Mempelai Wanita Adikmu
- Bab 2 Penikmat Bawah Rok
- Bab 3 Malam Pernikahan
- Bab 4 Frodo Sudah Kembali?
- Bab 5 Ambisi Kamu Cukup Besar
- Bab 6 Telpon Dari Suamimu
- Bab 7 Tidak Mau Disini
- Bab 8 Seorang Budak Murahan
- Bab 9 Mencari-Cari Kesalahan
- Bab 10 Tidak Belajar Patuh
- Bab 11 Akulah Yang Bodoh
- Bab 12 Ketidakpuasan
- Bab 13 Skandal Besar Keluarga Terpandang
- Bab 14 Keterlaluan
- Bab 15 Mandi Dan Menungguku
- Bab 16 Cinta Berbahaya Di Kantor
- Bab 17 Cekik Dia
- Bab 18 Situasi Sulit
- Bab 19 Maaf
- Bab 20 Salah Paham
- Bab 21 Memeriksa
- Bab 22 Menutup Sebelah Mata
- Bab 23 Main-Main Saja
- Bab 24 Hambatan
- Bab 25 Melindungi Makanan
- Bab 26 Jatuh Ke Neraka
- Bab 27 Membalas Dendam
- Bab 28 Identitas
- Bab 29 Pergi Menjaga Di Luar Pintu
- Bab 30 Tidak Patuh
- Bab 31 Bencana
- Bab 32 Teman Dan Bukan Musuh
- Bab 33 Sengaja Mempersulitkan
- Bab 34 Aku Menyuapimu
- Bab 35 Aroma Parfum
- Bab 36 Menawarkan Diri Untuk Bersamanya
- Bab 37 Mencoba Mengetahui Info Orang Lain
- Bab 38 Tengah Malam Memanjat Dinding
- Bab 39 Aku Ingin Tidur Di Sisimu
- Bab 40 Kamu Membuat Aku Jijik
- Bab 41 Kompleks Oidipus
- Bab 42 Dibatasi Dinding
- Bab 43 Tanpa Harapan
- Bab 44 Membakar Diri Sendiri
- Bab 45 Berakting
- Bab 46 Berakting
- Bab 47 Mulutmu Penuh Dengan Bauku
- Bab 48 Serigala Adalah Serigala
- Bab 49 Mainan Kecil
- Bab 50 Tertarik
- Bab 51 Kebencian Terbesar
- Bab 52 Kamu Mencari Mati
- Bab 53 Undangan
- Bab 54 Berbagai Jenis Hitam
- Bab 55 Beruntung Atau Sial
- Bab 56 Lelucon Jahat
- Bab 57 Lebih Baik Berhati-hati
- Bab 58 Merangsang Dengan Kata-kata
- Bab 59 Sebanyak Apa Pun juga Tidak Mau
- Bab 60 Penculikan
- Bab 61 Lebih Baik Putus Saja
- Bab 62 Percaya Atau Tidak Percaya
- Bab 63 Cinta Yang Murahan
- Bab 64 Wajah Tampan Adalah Sebuah Kemenangan
- Bab 65 Jangan Menimbulkan Masalah
- Bab 66 Beraksi Juga
- Bab 67 Siksaan
- Bab 68 Nikamati Baik-Baik
- Bab 69 Hubungan Kakakmu Dan Istrimu Dekat
- Bab 70 Pencuri Yang Meneriaki Pencuri
- Bab 71 Coba Jelaskan
- Bab 72 Orang Yang Menyusahkan
- Bab 73 Masalah Yang Belum Diselesaikan
- Bab 74 Pemerasan
- Bab 75 Simpati
- Bab 76 Ayah dan Putri Keluarga Asnawi
- Bab 77 Manfaatkan Diriku
- Bab 78 Menjamin Ketidakbersalahannya Dengan Kematian
- Bab 79 Musuh Cinta Bertemu
- Bab 80 Orang Jahat Akan Mendapat Ganjarannya
- Bab 81 Masalah Pemakaman
- Bab 82 Hadiah Buruan
- Bab 83 Bunga Liar Sangat Harum
- Bab 84 Terpesona Oleh Pria Tampan
- Bab 85 Kelinci Yang Jatuh Ke Dalam Perangkap
- Bab 86 Menguping
- Bab 87 Pergi Ke Keluarga Junda
- Bab 88 Pesta Kapal Pesiar
- Bab 89 Melarikan Diri
- Bab 90 Penembakan Di Kapal Pesiar
- Bab 91 Chapter Terakhir