Kamu Baik Banget - Bab 59 Sebanyak Apa Pun juga Tidak Mau

Waktu Direktur Junda sangatlah berharga, setiap menitnya bernilai puluhan miliar. Karena dia sudah meluangkan waktu untuk datang ke sini, tentu saja bukan karena santai.

Pertama merangsang Sahra dengan kata-kata, kemudian mulai mendesak untuk memiliki anak.

Jika Sahra dan Frodo memiliki anak, maka itu benar-benar telah mengikat keluarga keluarga Azari. Pemikiran Jaydo ini, mana mungkin Sahra tidak jelas.

Pria tua yang lain di mulut lain di hati, setelah orangnya pergi, dia langsung naik ke lantai atas.

Pasti tidak boleh memberi kesempatan untuk Edo dan Safrida berduaan saja!

Dia terlalu terburu-buru lari, langsung bertabrakan dari depan dengan Safrida.

Safrida mengertakkan gigi, raut wajah juga memucat: “Kamu cepat pergi mati saja?”

Selama bertemu dengan wanita murahan ini, maka tidak akan ada hal baik dengannya. Terpikir barusan di lantai bawah, sikap Jaydo yang benar-benar berbeda dalam memperlakukan dirinya dan Sahra, Safrida merasa giginya juga sakit.

Raut wajahnya buruk bagaikan kotoran, Sahra melihatnya dengan jelas. Merasa agak konyol, dia merasa iri padanya, di belakang orang itu malah cemburu padanya.

“Kamu sudah mau pergi?” Dia melihat ke depan, pintu ruang kerja Edo tidak ditutup.

Wajah Safrida penuh waspada, berjaga-jaga mengatakan: “Apa lagi yang mau kamu lakukan?”

“Aku tidak perlu melakukan apa-apa padamu, terlalu banyak orang yang ingin melakukan sesuatu padamu.” Sahra bahkan tidak mengedipkan mata, tetap dengan tampangnya yang dingin dan ringan, malah sengaja mengucapkan kata-kata yang tidak jelas.

Benar saja, Safrida dalam sekejap langsung masuk jebakan, menatapnya dengan ekspresi curiga: “Apa maksudmu?”

“Hanya menemukan bahwa banyak orang yang sedang menyelidikimu,” Terdiam sejenak, dia menambahkan satu kalimat: “Semua video itu sangat indah.”

“Video apa!” Seketika Safrida langsung meledak, otak masih termasuk jernih: “Pantas saja hari itu kamu bisa mengatakan dengan jelas masalah aku tidur dengan siapa saja, ternyata kamu sedang menyelidikiku!”

Di hadapan Edo wanita ini mengungkapkan waktu dan tempat dengan jelas! Jika bukan sengaja menyelidikinya, mana mungkin bisa tahu hingga begitu detail?

“Aku tidak menyelidikinya.” Sahra mengejek: “Aku hanya melihatnya secara tidak sengaja, bukan aku yang menyelidikinya.”

“Lalu siapa?”

“Hehe, kamu mau menikah dengan Edo, mungkin kamu telah menghalangi jalan orang lain. Mengenai siapa, kamu tebak sendiri saja.”

Percakapan sampai di sini, Sahra melewatinya pergi ke ruang kerja. Mendengar tidak ada suara dari belakang juga tidak mengejarnya, dia sudah tahu kalau kata-kata ini efektif.

Pintu ruang kerja tidak ditutup, tapi dia tetap sangat sopan mengetuk pintu.

Orang dalam ruangan yang duduk di belakang meja mengangkat kepala melihat ke sini, sangat tidak sopan pura-pura tidak melihat, menundukkan kepala terus sibuk.

Tapi karena tidak bicara maka Sahra anggap dia tidak keberatan, sesuka hati langsung melangkah ke dalam. Berdiri di samping pria itu, ternyata yang tersimpan di depan mejanya adalah buku perencanaan dari perusahaan pernikahan, dalam sekejap wajah mungil berkerut.

“Kamu benar-benar peduli dengan masalah pertunangan?” Dia pura-pura dirinya sangat tenang, hanya asal bertanya saja.

Edo mengabaikannya, tidak perlu mengatakan padanya bahwa itu dibawakan oleh Safrida, dia bahkan tidak membukanya.

Melihat pria mengabaikan dirinya, Sahra hanya bisa menundukkan kepala bermain dengan jari-jarinya.

Awalnya mengira kali ini Edo akan membiarkan dia digantung lagi, tidak menyangka dia hanya melihat dokumen sejenak, bahkan berinisiatif mengatakan: “Keluarga Azari telah mendanai Frodo sejumlah uang?”

Tadi pagi baru memberikan uang itu, sekarang sepertinya semua orang sudah tahu.

Sahra mengangguk, berpikir-pikir lalu menambahkan satu kalimat: “Tidak sebanyak yang diberikan padamu.”

Kata-kata ini membuat gerakan Edo terdiam sejenak, meletakkan dokumen. Dia membalikkan separuh tubuhnya, punggung bersandar di sandaran punggung, kedua tangan dilipat atas lutut: “Menurutmu ini termasuk sedang menyenangkanku?”

“......” Sahra tidak tahu maksudnya, tidak berani menjawabnya.

Mencibir sejenak, Edo mengangkat dagunya, sambil melihat matanya sepatah demi sepatah mengatakan: “Yang aku inginkan adalah satu-satunya.”

Kalau tidak, sedikit atau banyak juga tidak berguna.

Sahra tertegun, lama sekali tidak sadar, mulut kecil sedikit terbuka tapi tidak bisa mengatakan apa pun.

Menarik kembali tangannya, Edo membalikkan badan mengurus dokumen lagi, sepertinya orang yang ada di samping sama sekali tidak ada.

Hingga waktu makan malam, Sahra menghabiskan waktunya di ruang kerja Edo. Tapi orang itu sama sekali tidak menatapnya lagi, hanya dia sendiri yang terus berdiri di sana dengan bodohnya.

Melihat waktu sudah tiba, dia mengatakan mau pergi memasak baru melarikan dari sana.

Karena tidak fokus, jari Sahra hampir saja teriris saat sedang memasak. Di bawah seruan juru masak, dia menempel plester dan lanjut memasak dengan tenangnya.

Selalu merasa dalam ucapan Edo hari ini ada maksud lain. Yang dia berikan padanya sudah bukan satu-satunya yang ada dalam bayangan Edo, jadi walau berbuat sebanyak apa pun juga sudah tidak berarti lagi?

Situasi linglung ini terus berlangsung hingga sepanjang malam.

Pagi hari, setelah bangun Sahra dengan mata pandanya ingin pergi melaksanakan layanan paginya. Edo mengangkat alis menghadapi ekspresinya yang menyedihkan, langsung mendorongnya menjauh.

Pagi ini ada pemanasan sebelum penawaran kompetitif Zuper, Edo dan Frodo harus hadir. Demi persiapan, Edo atur alarm bangun lebih awal dari waktu jam biologis.

Sahra turun ke lantai bawah duluan, kebetulan melihat Frodo yang bangun awal juga dan akan berangkat.

Sejak dia memberi uang untuk pendekatan, sikap Frodo padanya jadi jauh lebih lembut. Keduanya berpamitan, bagi Frodo kelihatannya suami istri yang saling menghormati bagaikan memperlakukan tamu, tapi bagi Sahra kelihatannya suami istri yang saling menghormati bagaikan sedingin es.

Saat Edo turun ke bawah dia tidak sarapan, langsung membuka pintu utama dan pergi. Sejak awal Sahra sudah ada persiapan, membawa kotak makan ikut ke sana.

Melihat dia lebih dulu masuk ke dalam tempat duduk samping pengemudi, pria juga tidak peduli dengannya, langsung menginjak pedal pegas dan pergi. Ikut sampai kantor, dia baru meletakkan kotak makan ke hadapannya.

Edo melemparnya ke samping, setelah minum secangkir kopi lalu membaca informasi sejenak, tiba saatnya langsung pergi. Sahra diam-diam mengikuti, sama-sama masuk ke dalam jok samping pengemudi.

Tiba di depan gerbang utama Zuper, Edo naik ke lantai atas, Sahra berdiri di samping mobil sambil melamun.

Lalu lalang, banyak orang yang muncul. Tak terhindarkan akan ada yang mengenalinya, Sahra memakai kacamata hitam dan topi besar, mobil menutupi sebagian besar tubuhnya.

Saat dalam kebosanan, mendadak Jenny menelepon.

Ternyata tanpa dipikirkan dahulu mendadak Jenny mengikuti ayahnya berpartisipasi dalam pertemuan pemanasan Zuper. Belum lama sudah merasa bosan sekali, langsung mencari alasan keluar untuk menelepon.

“Apakah kamu tahu aku sudah melihat siapa? Hanif Raka setan yang menyebalkan itu!”

Sahra mengedipkan mata: “Hmm? Untuk apa dia datang?”

“Mewakili Zuido untuk menawar Zuper. “Jenny memonyongkan bibir, sedikit berisik: “Harga yang mereka berikan ternyata sangat tinggi, tepat di belakang Frodo Junda! Selain itu, aku merasa hubungan bos Zuper dan Zuido sepertinya sangat baik. Mendadak muncul satu orang seperti ini, hati semua orang juga menjadi tegang.”

Sahra mengerutkan kening.

Harga yang diberikan Zuido ternyata ada di belakang Frodo Junda, lalu, bagaimana dengan Edo? Sebelumnya sejumlah uang yang telah diberikan padanya itu, tidak mungkin tidak bisa menaikan harga.

Memikirkan hal ini, dia bertanya: “Apakah kamu sudah melihat Edo?”

“Ah, lihat.” Jenny selalu menjawab semua pertanyaan: “Namun keberadaannya seperti tidak ada, seolah-olah hanya datang untuk menonton, harga yang diberikan juga sangat tidak positif, tampangnya sangat asal-asalan.”

Berbicara sampai di sini, sebenarnya dia juga tidak mengerti: “Bukankah ini masalah besar mengenai dia dan Frodobersaing mendapatkan keluarga Junda, kenapa aku melihatnya sangat tidak peduli?”

Setelah merenung sejenak, Sahra mendadak mengerti, hanya merasa sedikit tidak mempercayainya.

Novel Terkait

Cantik Terlihat Jelek

Cantik Terlihat Jelek

Sherin
Dikasihi
4 tahun yang lalu
Memori Yang Telah Dilupakan

Memori Yang Telah Dilupakan

Lauren
Cerpen
4 tahun yang lalu
The Richest man

The Richest man

Afraden
Perkotaan
4 tahun yang lalu
That Night

That Night

Star Angel
Romantis
4 tahun yang lalu
Gaun Pengantin Kecilku

Gaun Pengantin Kecilku

Yumiko Yang
CEO
3 tahun yang lalu
Angin Selatan Mewujudkan Impianku

Angin Selatan Mewujudkan Impianku

Jiang Muyan
Percintaan
4 tahun yang lalu
Perjalanan Selingkuh

Perjalanan Selingkuh

Linda
Merayu Gadis
3 tahun yang lalu
Beautiful Love

Beautiful Love

Stefen Lee
Perkotaan
3 tahun yang lalu