Kamu Baik Banget - Bab 25 Melindungi Makanan

Sebuah lagu berakhir, Sahra dan Frodo menarik kembali tangan mereka secara bersamaan. Orang-orang di sekitar bertepuk tangan dan bersorak, mereka berdua tersenyum munafik, kemudian keduanya mundur ke sudut.

Sahra memandang ke sekeliling, mencari sosok seseorang, seluruh tubuhnya terlihat tidak konsen.

“Apa yang sedang kamu cari?” Frodo menyerahkan segelas anggur merah padanya, senyumannya sangat sopan.

Tapi justru terlalu sopan.

Sahra menyesap seteguk anggur merah, seolah-olah tidak menyadari cara bergaul yang aneh ini. Sudut bibirnya terangkat sebuah senyuman lembut "Tidak, aku melihat ada lumayan banyak orang yang hadir, nanti kamu seharusnya akan sibuk bersosialisasi."

Jadi sebaiknya cepat pergi kalau tidak ada urusan lain, lumayan lelah berpura-pura di sini.

“Ya, harus menyambut lumayan banyak orang, apakah kamu sendirian baik-baik saja?” Frodo tidak mengecewakan harapan Sahra, langsung berjalan menuruni tangga.

Sahra tersenyum "Aku baik-baik saja."

“Oke.” Karena rasa bersalah, Frodo mengulurkan tangan memegang tangan Sahra.

Tetapi sebelum menyentuh tangannya, Sahra kebetulan mengangkat tangan mengambil kue-kue di samping. Dia memegang gelas anggur sambil mengambil kue dan memandang Frodo dengan polos.

Frodo menarik kembali tangannya, tidak banyak berpikir "Kalau begitu aku pergi dulu."

Melihatnya pergi, Sahra meletakkan kembali semua minuman dan makanan. Dia berjalan sambil memperhatikan, tetapi tetap tidak menemukan Edo, alisnya tanpa sadar berkerut dan dia berjalan semakin jauh.

Di suatu tempat di taman belakang, dia menggerakkan telinga dan melangkah mendekati.

Sebenarnya ketika Sahra muncul di taman belakang, Edo telah melihatnya. Pandangannya berkedip dan tiba-tiba menekan Safrida di depannya.

Safrida tertegun dan agak bingung.

“Kalau ingin melakukannya, percepat gerakanmu.” Edo berkata dengan nada dingin dan tidak sabar.

Safrida yang dipaksa jongkok, langsung mengerti dan rasa senang melintasi matanya. Agar pihak lain tidak berubah pikiran, dia segera bergerak mendekati dan menyenangkannya, dia menjilat celana setelan dengan ujung lidahnya, alisnya terangkat dan menatap Edo dengan tatapan penuh godaan.

Edo tidak melayaninya, dia bersandar malas di pohon, mengeluarkan rokok dan menyalakannya.

Ketika melewati semak-semak, Sahra melihat adegan ini, di bawah sinar cahaya bulan, wajahnya menjadi pucat. Safrida mencoba yang terbaik untuk menyenangkan dan menyanjungnya, dia bahkan tidak menyadari kedatangan Sahra, hanya terlihat jelas wajah Edo yang penuh ironis.

Di bawah pandangan Edo, Sahra malah merasa malu. Dia menarik napas dalam-dalam, mengepalkan tangan, membalikkan tubuhnya yang kaku dan pergi dengan tenang.

Edo merokok dan wajahnya terlihat sangat tenang.

Kemudian terdengar suara Safrida menarik ritsleting dengan mulutnya. Suara ini jelas tidak sekeras serangga di rumput, tapi bagaikan petir yang berbunyi di telinga Sahra.

Tali kesadaran di kepalanya putus dan menjadi berantakan.

Dia tiba-tiba berbalik dan segera berjalan ke sana, mendorong Safrida menjauh dari belakang! Safrida tidak siap dan langsung jatuh ke lantai.

"Kamu!" Safrida menjerit, bangkit dan merasa sangat marah "Apa yang kamu lakukan!"

Sahra tidak berani menatap Edo, dia hanya memandang Safrida dengan wajah dingin, bibirnya tertutup rapat, tidak mengatakan sepatah katapun. Sebenarnya dia tidak seharusnya datang, tapi dia tidak menahan diri.

Safrida sangat marah, kalau bukan karena Edo sedang memperhatikan, dia mungkin sudah mencekiknya.

Dia menghentak kakinya dengan kuat dan menggertakkan giginya "Sahra, dengan hak apa kamu mengurus urusan kami! Jangan lupa identitasmu, cepat pergi!"

Dia dengan tidak mudah dapat menjerat Edo dan Edo sedang dalam suasana hati yang baik, tapi tidak terduga muncul seseorang mengganggu, ini membuat Safrida sangat kesal.

“Edo mencarimu.” Sahra berwajah tenang, ekspresinya tidak berubah sama sekali ketika berbohong “Di ruang tunggu halaman belakang”.

Safrida tertegun, menatapnya dengan ekspresi curiga "Kamu jangan menipuku."

“Tadi di kantor depan sedang membicarakan tentang Frodo telah menikah, lalu topiknya tertuju pada Edo, ayahmu juga ada di sana.” Hanya dalam waktu beberapa detik, Sahra mengatakannya seolah-olah menjadi sebenarnya.

Meskipun hatinya masih ragu, tapi saat ini Safrida sudah tidak bisa duduk diam. Pernikahan Edo telah dibahas sejak lama, dia juga pernah menjerat ayahnya mencari waktu untuk membicarakannya dengan Jaydo, sekarang kelihatannya........

“Edo, paman mencariku, aku, aku akan kembali lagi nanti.” Meskipun godaan di depannya sangat besar, tapi pernikahan lebih harus diutamakan. Safrida ragu-ragu, tapi tetap memutar kepala dan berkata pada Edo.

Edo menyalakan sebatang rokok di tempat sampah dan abunya berjatuhan, tidak tahu apakah dia mendengarnya.

Safrida mengerutkan kening, menatap Sahra dan Edo, dia tidak bisa menggerakkan kakinya. Setelah dia pergi, hanya tersisa mereka berdua, tidak tahu apa yang akan dilakukan Sahra si pelacur.

"Kamu masih belum pergi? Aku melihat Nona Asnawi dan beberapa Nona lainnya telah pergi." Sahra tersenyum berkata.

Meskipun tahu Sahra sengaja, tapi Safrida tidak berdaya. Sambil menggertakkan giginya, dia memelototinya dengan marah dan mengancam dengan wajah suram "Kamu sebaiknya jangan bermacam-macam, suamimu masih ada di luar!"

Sahra tidak membantah, matanya menunjukkan tatapan tidak senang.

Tidak peduli seberapa kesal si Safrida, dia hanya bisa pergi dengan enggan.

Begitu Safrida pergi, suasana langsung menjadi tertekan. Sahra tidak berani mengangkat kepalanya, kaki kanannya membelai daun-daun yang berguguran di tanah, jari-jarinya mengepal erat, karena kekuatan yang berlebihan jarinya menjadi putih.

Edo membuang puntung rokok, tatapannya menjadi suram. Kalau bukan selalu berada di sini, dengan melihat penampilan Sahra, dia akan menyangka Safrida yang membullynya.

Tadinya masih meraung bagaikan serigala, sekarang langsung berubah menjadi kelinci, tidak tahu bagaimana dia melakukannya.

"Ke sini." Edo berkata, suaranya agak serak.

Sahra segera berjalan ke sana, dia tetap tidak berani mengangkat kepala, hatinya merasa gugup.

Pria berkata dengan suara tidak keras "Berlututlah."

“Apa?” Sahra tertegun, dia segera mengangkat kepala dan memandang ke sana. Ketika saling bertatapan dengan pandangan pria yang dingin, bibirnya bergetar karena ketakutan dan tubuhnya menjadi tegang.

Tatapan Edo yang dingin dan berkata dengan nada kejam "Sekarang mulai berpura-pura, bukannya kamu mengusir Safrida karena ingin memuaskan dirimu sendiri? Berlututlah, jangan biarkan aku mengatakan yang ketiga kalinya."

"Aku bukan......" Sahra menggigit bibirnya dan tersipu ingin menjelaskan “Safrida sama sekali tidak berkualifikasi menyentuhmu, dia...."

Alis Sahra berkerut ketika teringat Safrida terbaring di bawah tubuh pria di hotel.

Edo malah seperti mendengar lelucon, dia mengejek "Emangnya kamu berkualifikasi?"

Begitu selesai berkata, dia menendang lutut Sahra! Sahra berseru dan berlutut, pipinya langsung menempel pada tubuh bagian bawah Edo.

Karena Safrida baru saja membuka ritsleting celananya, dia langsung mengenai sesuatu yang dilapisi celana dalam yang tipis, pikirannya hampir meledak.

Novel Terkait

Cinta Seorang CEO Arogan

Cinta Seorang CEO Arogan

Medelline
CEO
4 tahun yang lalu
Pengantin Baruku

Pengantin Baruku

Febi
Percintaan
4 tahun yang lalu
You're My Savior

You're My Savior

Shella Navi
Cerpen
5 tahun yang lalu
Satan's CEO  Gentle Mask

Satan's CEO Gentle Mask

Rise
CEO
4 tahun yang lalu
Asisten Wanita Ndeso

Asisten Wanita Ndeso

Audy Marshanda
CEO
4 tahun yang lalu
Ten Years

Ten Years

Vivian
Romantis
4 tahun yang lalu
Mata Superman

Mata Superman

Brick
Dokter
4 tahun yang lalu
Perjalanan Cintaku

Perjalanan Cintaku

Hans
Direktur
4 tahun yang lalu