Kamu Baik Banget - Bab 91 Chapter Terakhir

Jika bukan karena waktu yang terbatas ini. Sahra juga tidak akan mungkin meninggalkan ponselnya begitu saja. Tapi dia menemukan proyeksi dengan menghindari penembakan, dan dia harus menunggu sampai ada listrik untuk memutar rekaman ini. Bagaimana dia bisa mendapatkan cara yang lebih baik.

Di album ponselnya, selain ada foto dirinya, ada juga foto Edo tiga tahun lalu. Serta juga ada banyak sekali foto Edo yang dia ambil diam-diam, mulai ketika Edo tidur, makan, bekerja, semuanya ada.

Jadi mana mungkin dia membiarkan orang lain menyentuh ponselnya!

Namun begitu Sahra selesai bicara, Jaydo baru saja membuka albumnya itu. Sebuah foto Edo dan Sahra muncul begitu saja. Di foto itu, wajah Edo tampak bangga dan Sahra tersenyum dengan bodohnya.

Hanya dengan melihat foto ini, Jaydo langsung tahu seperti apa hubungan antara kedua orang ini.

Kepalanya langsung sakit, Jaydo menggenggam erat ponsel itu sampai hampir hancur. Dia menoleh melihat Sahra, tatapan matanya begitu tajam dan mengerikan.

Dia tidak menyangka, semua perhitungannya ini malah membuat dirinya sendiri memasukkan serigala berbulu domba ke rumahnya sendiri!

Sahra pun juga memelototinya, memicingkan mata dan berkata, “Kembalikan ponselku!"

“Bruakkk!” Jaydo langsung membanting ponselnya. Hingga semua bagian ponsel itu hancur.

Sahra, "..."

Jaydo tersenyum dingin.

"Oh, tidak masalah. aku lupa kalau aku punya data cadangannya.” Setelah menyematkan rambutnya ke telinga, Sahra pun kembali ke samping Edo, lalu membentuk sebuah isyarat dengan tangannya, “Data cadanganku ada sebanyak sepuluhan. Foto itu tidak akan pernah hilang!”

Nada bicaranya itu cukup penuh kemenangan.

Semua orang, "..."

“Hubungan yang sangat bagus sekali. Kalau begitu pergilah ke dunia bawah untuk menjadi hantu bersama-sama.” Jaydo tersenyum dengan marah, lalu mengambil pistol dengan wajah dinginnya, “Minggirlah ke sisi lain jika kalian semua tidak ingin mati.”

Semua orang saling memandang, sembari mundur sedikit lebih jauh dari mereka.

Edo menghela napas dingin, "Kalian percaya padanya? Barusan sih enak saja bilangnya. Namun sekarang kalian semua tahu rahasianya, siapa juga yang bisa hidup-hidup turun dari kapan ini.”

Itu bukan rahasia biasa. Kalau gosip tidak masalah dibicarakan. Namun di dalam rekaman tadi jelas-jelas menunjukkan kalau Jaydo membunuh dua orang! Masalah seperti ini kalau tersebar luas, maka Jaydo akan habis sudah.

Ucapan ini sepertinya memulai ribuan gelombang lagi. Semua orang pun kembali panik.

Sahra menambahkan kata-kata yang lebih membuat panik, "Lihatlah ke sekeliling kalian. Orang-orang itu memegang senjata ke arah kalian."

Setelah mendengar ini, semua orang buru-buru melihat ke sekeliling. Dan seperti yang mereka bayangkan, di sekeliling mereka berdiri orang-orang berbaju hitam dengan memegang pistol!

"Karena kita semua akan mati, lebih baik berjuang untuk hidup bersama ..."

Sebelum kata-kata Edo yang acuh tak acuh selesai, Jaydo tiba-tiba berteriak, “Cari mati ya!”

Pada saat yang sama, dia mengarahkan pistol ke Edo dan....

Di situasi bahaya ini, Sahra langsung menghalagi tepat di depan Edo. Sebelum pingsan dan tak sadarkan diri, dia melihat kerumunan orang yang mulai bergerak.

"Ayo serang!"

"Kita disini banyak orang, ayo kita serang sampai mati!”

...

Saat Sahra sadar lagi, Sahra melihat langit-langit atap seputih salu, dinding seputih salju, seprai seputih salju dan wajah pucat sedang baring di depannya, wajah mereka saling berhadap-hadapan.

Dengan lekuk wajah yang bagus dan indah, dia tidak bisa mengalihkan pandangan mata dari pesonanya.

Untuk menghindari orang di depannya bangun, Sahra tidak berani bergerak dengan keras. Dia mengukir orang di depannya ini dalam-dalam di benaknya dengan nostalgia. Dia memaksa tubuhnya untuk duduk.

Peluru telah menembus bahu kirinya, rasa sakit menyerang tubuhnya hingga tersentak.

Namun, dia memaksakan diri untuk turun perlahan dari ranjang. Dia menggigit bibirnya, lalu memandangi dengan dalam Edo yang sedang tidur. Dia membuka pintu kamar dengan pelan tanpa bersuara, lalu pergi dari situ.

Dia tahu kalau Edo terus menjaga di samping ranjangnya siang dan malam. Dia tahu kalau Edo tidur karena obat tidur yang diminumnya.

Di luar rumah sakit, Jenny menunggunya dengan mata memerah sembab.

“Ini tiketmu.” Jenny menyerahkan tiket ke Sahra, sambil berusaha menahan air matanya, dia berkata, “Apa kamu benar-benar mau pergi?”

"Aku tidak bisa membiarkan Edo dibicarakan lagi oleh orang-orang di belakangnya.” Kata Sahra sudah bertekad bulat.

Kebenaran telah terungkap, Edo tidak akan membiarkannya pergi. Namun, sebagai adik iparnya, Sahra tahu dia tidak mungkin bisa bersama sama sekali dengan Edo.

Jaydo dan Frodo sekarang di penjara. Yang tertinggal di Keluarga Junda hanyalah Edo. Hidupnya sangat cemerlang, Sahra tidak ingin menjadi noda dalam hidupnya.

Ketika dia memutuskan untuk menikahi Frodo, akhir ceritanya pun juga sudah pasti.

Jenny mengertakkan gigi, "Paman dan Bibi sedih sekali ketika tahu tentang masalah Atta. Jika kamu pergi, bagaimana mereka bisa bertahan dan menerima ini."

Sahra diam sejenak, lalu bertanya, "Bagaimana dengan Atta sekarang?"

Kejadian itu terjadi tiba-tiba, banyak sekali hal yang belum sempat dia selesaikan. Setelah kejadian itu, dia baru menyadari kalau sepertinya Atta sudah tahu dia dan Edo berada di luar jendela, dan dengan sengaja mengungkapkannya.

"Di rumah sakit jiwa." Jenny mengerutkan kening, "Hasil diagnosa forensik keluar dan mengatakan kalau dia punya masalah mental."

"...kalau begitu, baguslah.”

Bagi Atta, ini adalah akhir terbaik untuknya.

Orang tua Sahra tidak punya anak selama bertahun-tahun. Mereka tanpa sengaja keluar dan menemukan Atta yang baru berusia tujuh tahun saat itu. Mereka pun mengangkatnya sebagai anak angkat. Tak pernah terpikir bahwa setahun kemudian, ibu Sahra secara tidak sengaja hamil.

Kedatangan Sahra memang mengejutkan, tapi Atta tak diperlakukan dingin karena kelahiran Sahra.

Sayangnya, masuknya Atta ke Keluarga Azari adalah konspirasi dan rencana yang dibuat oleh Jaydo dan 黎莉. Jaydo yang awalnya mendapatkan tekanan besar dari keluarga Rongsi pun merasa tidak puas. Dia berniat menggunakan anak haram itu untuk dimasukkan ke dalam keluarga Azari.

Orang tua kandungnya diam-diam menceritakan kehidupannya ini. Ayah dan ibu angkatnya diam-diam memberikan kehangatan untuknya. Akhirnya Atta sangat tertekan setelah mengetahui semuanya. Pada akhirnya, depresi mental yang berlebihan menyebabkan distorsi ini.

Di menit-menit terakhir, dia memberi Sahra dan Edo sedikit kesempatan untuk hidup. Apalagi, Sahra curiga mungkin sudah lama Atta sudah mengetahui hubungannya dengan Edo.

Ada banyak korban di pesta kapal. Dalam hal ini, Atta tidak bisa lepas dari masalah ini.

Kini di rumah sakit jiwa, meski terisolir dari dunia luar. Namun, kehidupannya tidak akan terlalu suram dan menderita. Sahra tahu orang tuanya, dua orang tua dari Keluarga Azari tidak akan mungkin tidak memedulikannya.

Perasaan yang sudah dipupuk selama lebih dari 20 tahun ini tidak akan bisa begitu saja hilang dan pergi dengan begitu saja.

Inilah akhir yang terbaik.

“Aku pergi.” Kata Sahra tanpa berpikir lagi. Dia menepuk pundak sahabatnya, berbalik dan pergi.

Mata Jenny memerah, air mata menetes tanpa suara tapi dia tidak mengejar Sahra.

Di gerbang keberangkatan.

Sahra menunggu dengan antrian tiket di tangannya. Ketika melamun, dia tiba-tiba melihat sosok yang dikenalnya juga di antrian lain di gerbang keberangkatan.

Wajah Safrida sangat pucat, dia memegang sebuah tiket pesawat di tangannya dan menarik koper di belakangnya. Seperti merasakan tatapan mata seseorang, lalu Safrida pun mengangkat kepalanya melihat ke arah tatapan mata itu.

Dia tidak terlihat baik karena dia baru saja melakukan aborsi. Tapi melihat Sahra, dia tiba-tiba menunjukkan senyuman yang tak bisa dijelaskan.

Dia berada di antrian paling depan. Gilirannya akan segera tiba. Setelah tiket di tangannya discan oleh mesin bandara, dia memandang ke Sahra untuk terakhir kalinya dan bersiap untuk masuk.

Namun, tatapan matanya tiba-tiba tampak terkejut. Orang-orang di belakangnya sudah mendesaknya segera masuk. Dia pun tersenyum pahit melihat ke belakang Sahra, menundukkan mata merahnya, dan mengangkat kakinya bergegas masuk ke gerbang keberangkatan.

Sahra merasa aneh, dia pun ikut melihat ke arah dimana Safrida tadi melihat.

Di sana berdiri seorang pria kurus namun tegap. Pria dengan wajah tampan dan halus. Begitu bertemu dengan tatapan mata Sahra, pria itu menunjukkan ekspresi yang sangat marah.

Sahra benar-benar membeku, dia tidak pernah menyangka kalau Edo akan muncul di sini.

Di bawah tatapannya yang membeku, Edo berjalan menghampirinya. Selangkah demi selangkah dengan tegas bergerak ke arahnya disertai dengan tatapan marah.

Punggung Sahra terasa dingin, kakinya tidak bisa bergerak seolah dipaku.

Melihat pria itu semakin mendekat. Dia hanya punya satu pikiran di otaknya.

Kali ini, dia khawatir dirinya akan disiksa dengan kejam, sangat kejam..…

(Tamat)

Novel Terkait

Hei Gadis jangan Lari

Hei Gadis jangan Lari

Sandrako
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Love From Arrogant CEO

Love From Arrogant CEO

Melisa Stephanie
Dimanja
4 tahun yang lalu
The Serpent King Affection

The Serpent King Affection

Lexy
Misteri
5 tahun yang lalu
Because You, My CEO

Because You, My CEO

Mecy
Menikah
5 tahun yang lalu
Penyucian Pernikahan

Penyucian Pernikahan

Glen Valora
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Air Mata Cinta

Air Mata Cinta

Bella Ciao
Keburu Nikah
5 tahun yang lalu
Suami Misterius

Suami Misterius

Laura
Paman
4 tahun yang lalu
Hidden Son-in-Law

Hidden Son-in-Law

Andy Lee
Menjadi Kaya
4 tahun yang lalu