Kamu Baik Banget - Bab 76 Ayah dan Putri Keluarga Asnawi
Wajah Hotman memang putih, kemudian berangsur-angsur menjadi pucat pasi, dan tidak memiliki kekuatan lagi untuk menarik Safrida. Safrida tiba-tiba mendorongnya ke samping dengan kuat, tubuh kurus Hotman jatuh ke satu sisi.
“Mesum, keluar!” Safrida meraung, ekspresinya sangat gila.
Hotman terhuyung dan bangkit, masih ingin berjalan mendekat, dengan ekspresi memohon di wajahnya.
"Pong!"
Safrida memecahkan sebotol anggur di kepala Hotman, dan tiba-tiba darah segar mengalir.
Darah mengalir mengikuti wajah Hotman, dan dirinya tampak tercengang, tidak beraksi untuk waktu yang lama. Safrida juga jelas terkejut dengan tindakannya sendiri, menggigit bibir bawahnya dengan erat dan tidak bergerak.
Gerakannya terlalu besar membuat semua orang di dekatnya melihat ke arahnya.
“Ayo kita pergi.” Pada saat ini, Sahra membawa Jenny berjalan keluar.
Keduanya meninggalkan bar, sepanjang jalan terdiam.
Di dalam mobil perjalanan kembali, Jenny membuka jendela mobil, angin sejuk di malam hari bertiup masuk ke dalam, membuat orang merasa segar. Jenny menyipitkan matanya, dan menghela napas dengan nyaman: "Udara di bar sangat buruk."
“Karena itu, baru bisa membangkitkan iblis di dalam hati setiap orang yang membutuhkan pelampiasan.” Sahra menyangga kepalanya, membiarkan angin meniup dan mengibarkan rambut hitamnya.
Jika bukan karena berada di dalam bar, Safrida mungkin tidak akan bertindak memukul Hotman dengan sebotol anggur. Perlu diketahui, reputasi Hotman menyayangi Safrida bukanlah main-main, tetapi prilaku dan sikap baik Safrida terhadap ayahnya tidak diketahui oleh orang lain.
Safrida adalah orang yang suka bersenang-senang dan tamak, tetapi saat kembali ke rumah, Safrida tetap masih merupakan putri yang baik dan sempurna.
Memikirkan penampilan gila Safrida barusan, Jenny tidak bisa menahan diri untuk berkata: "Safrida sudah hancur. Aku sebelumnya masih khawatir, tapi sekarang aku merasa sia-sia."
Safrida yang sekarang, hidup dalam ketidaksadaran dan linglung, mana mungkin ingat dengan balas dendam. Jika ingin balas dendam, paling tidak harus memiliki semangat juang, Safrida sama sekali tidak memiliki apapun.
Namun, Sahra malah menggelengkan kepalanya, jelas tidak setuju dengan kata-kata Jenny.
Jenny melihatnya gerakannya, saat mobil berhenti di lampu merah, kemudian menoleh ke arahnya.
Sahra tersenyum ringan dan mengumpulkan rambutnya yang berantakan dengan tangannya: "Jika tidak jatuh, maka tidak akan berdiri, ada banyak hal yang tidak diketahui."
Jika Safrida masih bisa bangkit dan berdiri, maka Sahra akan menjadi orang pertama yang dihadapinya. Ini adalah bom yang sangat besar dan kuat, tetapi pada saat ini, dirinya tidak punya alasan untuk membongkarnya.
Meskipun ingin menendang lawan ke dalam lumpur yang lebih dalam, Sahra juga tidak bisa menemukan alasan yang bisa menenangkan pikirannya.
Sambil menggelengkan kepala, Sahra membuang ide pikiran itu. Entah itu berkah ataupun kutukan, sama-sama tidak bisa dihindari.
Setelah kembali dari rumah sakit, Sahra tentu saja akan kembali ke Villa keluarga Junda. Jenny mengantarnya sampai ke depan pintu sebelum mengemudi pergi.
Kembali ke kamar tidur, Sahra menyesuaikan jam alarm sebelum tidur.
Pagi hari sebelum fajar, Sahra bangun dan dengan hati yang senang pergi melakukan "Pelayanan pagi" yang telah ditinggalkan selama beberapa hari. Sahra memiliki begitu banyak kunci laci pintu kamar Edo, jadi tentu saja dengan mudah bisa membuka pintunya dan masuk.
Menutup pintu kamar, Sahra berjongkok di depan Edo dan melihatnya tidur.
Ruangan saat itu redup, hingga matanya bereaksi, barulah bisa membedakan kontur secara samar. Edo biasanya tidur tidak begitu nyenyak, jangankan ada seseorang yang berjongkok di depannya, bahkan seseorang yang berjarak dua meter darinya, Edo juga akan segera bangun.
Namun, hal ini tidak berlaku di sisi Sahra, mungkin karena mereka berdua sudah hidup bersama selama tiga tahun, dan radar Edo sama sekali tidak bisa mendeteksi tubuhnya. Bahkan dalam situasi ini, Edo tidak memperhatikan pendekatan Sahra.
Setelah menunggu beberapa saat, memastikan waktunya sudah sampai, Sahra buru-buru berjalan ke arah pria itu, menunjukkan senyuman kemenangan.
Saat Edo membuka matanya, bibir Sahra dengan terampil langsung menangkapnya.
Mungkin karena sudah tidak melakukannya selama setengah bulan lebih. Edo seketika langsung bingung sejenak. Membuka matanya yang masih belum sadar sambil menggerakkan kepalanya ke atas dan ke bawah menatap Sahra.
“Madam Azari?” Edo bersuara dengan linglung, suara dinginnya yang biasa berubah total, sangat lemah lembut, dengan sedikit keluhan dalam nadanya, dan sudut mulutnya sedikit cemberut.
Orang yang kurang akrab memanggilnya dengan sebutan Sahra, Nona besar Azari, dan yang lebih akrab memanggilnya Sahra. Di dunia ini, hanya Edo yang memanggilnya Madam Azari.
Namun, panggilan ini tidak pernah terdengar lagi sejak Sahra mengenakan gaun pengantin dan berdiri di pesta pernikahan Frodo.
Wajah bingung Edo tumpang tindih dengan ingatannya, Sahra menarik napas berat.
"Madam Azari, aku ingin ~ menginginkanmu!"
"Madam Azari, aku merasa tidak nyaman, aku sangat merasa tidak nyaman."
"Madam Azari, aku tidak ingin makan iga, aku ingin makan bola udang keju, yang manis."
...
Tanpa disadari, giginya mengetuk sesuatu di dalam mulutnya.
"Hiss——" Edo gemetar kesakitan, seluruh tubuhnya juga langsung sadar. Seketika kebingungan di mata hitamnya langsung menghilang, seolah-olah belum pernah muncul sebelumnya.
Mata dingin Edo menatap tajam ke arah seseorang yang sedang berbaring di atas kakinya.
Sahra yang membeku seperti terbangun dari mimpi, tidak berani menatap Edo, lalu menundukkan kepalanya, pertama-tama menjilat lebih dulu tempat gigitan, dan kemudian menciumnya dengan lembut. Sahra sangat mendalaminya, seolah-olah barusan tidak terjadi apa-apa.
Namun, kali ini, setelah Sahra berusaha selama hampir setengah jam, Edo masih lurus menghadapnya, sama sekali tidak menunjukkan tanda-tanda. Mulutnya sangat sakit dan pegal, dan merasa dilema seketika.
Sambil terengah-engah, Sahra melakukan seks oral, tetapi reaksi pihak lawan tetap sama.
Tidak berdaya, Sahra hanya bisa mengangkat matanya yang basah dan menatap pria itu dengan tidak berdaya.
Edo yang terus menutup matanya, akhirnya membuka matanya saat ini, dan bergerak sedikit untuk menarik diri. Menyadari gerakannya, Sahra terkejut, dan mengikuti pipinya mengisap dengan erat, tidak ingin membiarkannya keluar.
“Lepaskan.” Edo merasa kesal, tatapan matanya menajam.
Sahra membuka mulutnya secara diam-diam dan melepaskannya dengan ekspresi sedih.
Edo mengangkat selimutnya, menatapnya dari atas ke bawah, lalu berkata, "Lepaskan pakaian, buka kakimu."
“Um?” Awalnya, Sahra masih tidak bereaksi. Lalu, seolah-olah kepalanya dipukul, memperlihatkan senyuman konyol : "Edo, kamu mau?"
Mustahil untuk menyesuaikan wanita bodoh ini dengan sebutan Nona besar Azari di mulut semua orang. Edo mengerutkan kening dan berkata dengan tidak sabar: "Berhenti bicara omong kosong, cepat!"
“Ah, baik!” Sahra buru-buru menganggukkan kepalanya, bergegas menanggalkan pakaian dan melebarkan kakinya tanpa ragu-ragu.
Setelah berpose, Sahra baru ingat bahwa dirinya harus malu, sementara perasaan malu dibenamkan di belakang kepalanya.
Edo sudah terbiasa dengan Sahra yang tindakan yang lebih cepat dari otak, Edo malas mengucapkan sepatah kata pun, melangkah maju dan menekannya.
Hari ini, aksi Edo tidak kasar dan tidak juga lembut. Sahra sangat tersentuh hingga menangis dengan sedihnya. Dalam periode waktu ini, kali ini adalah satu-satunya yang tidak terlihat darah!
Karena terbawa emosi, cahaya putih yang memalukan terlintas di depan matanya, dan mencapai kebahagiaan.
Edo menghentikan aksinya, meletakkan tangannya di kedua sisi pipi Sahra, memandangnya dari posisi tinggi, tanpa ekspresi di wajahnya: "Aku baru saja masuk."
"..."
Novel Terkait
Cutie Mom
AlexiaAfter Met You
AmardaLoving Handsome
Glen ValoraIstri Yang Sombong
JessicaAku bukan menantu sampah
Stiw boyHalf a Heart
Romansa UniverseBehind The Lie
Fiona LeeHusband Deeply Love
NaomiKamu Baik Banget×
- Bab 1 Aku Adalah Mempelai Wanita Adikmu
- Bab 2 Penikmat Bawah Rok
- Bab 3 Malam Pernikahan
- Bab 4 Frodo Sudah Kembali?
- Bab 5 Ambisi Kamu Cukup Besar
- Bab 6 Telpon Dari Suamimu
- Bab 7 Tidak Mau Disini
- Bab 8 Seorang Budak Murahan
- Bab 9 Mencari-Cari Kesalahan
- Bab 10 Tidak Belajar Patuh
- Bab 11 Akulah Yang Bodoh
- Bab 12 Ketidakpuasan
- Bab 13 Skandal Besar Keluarga Terpandang
- Bab 14 Keterlaluan
- Bab 15 Mandi Dan Menungguku
- Bab 16 Cinta Berbahaya Di Kantor
- Bab 17 Cekik Dia
- Bab 18 Situasi Sulit
- Bab 19 Maaf
- Bab 20 Salah Paham
- Bab 21 Memeriksa
- Bab 22 Menutup Sebelah Mata
- Bab 23 Main-Main Saja
- Bab 24 Hambatan
- Bab 25 Melindungi Makanan
- Bab 26 Jatuh Ke Neraka
- Bab 27 Membalas Dendam
- Bab 28 Identitas
- Bab 29 Pergi Menjaga Di Luar Pintu
- Bab 30 Tidak Patuh
- Bab 31 Bencana
- Bab 32 Teman Dan Bukan Musuh
- Bab 33 Sengaja Mempersulitkan
- Bab 34 Aku Menyuapimu
- Bab 35 Aroma Parfum
- Bab 36 Menawarkan Diri Untuk Bersamanya
- Bab 37 Mencoba Mengetahui Info Orang Lain
- Bab 38 Tengah Malam Memanjat Dinding
- Bab 39 Aku Ingin Tidur Di Sisimu
- Bab 40 Kamu Membuat Aku Jijik
- Bab 41 Kompleks Oidipus
- Bab 42 Dibatasi Dinding
- Bab 43 Tanpa Harapan
- Bab 44 Membakar Diri Sendiri
- Bab 45 Berakting
- Bab 46 Berakting
- Bab 47 Mulutmu Penuh Dengan Bauku
- Bab 48 Serigala Adalah Serigala
- Bab 49 Mainan Kecil
- Bab 50 Tertarik
- Bab 51 Kebencian Terbesar
- Bab 52 Kamu Mencari Mati
- Bab 53 Undangan
- Bab 54 Berbagai Jenis Hitam
- Bab 55 Beruntung Atau Sial
- Bab 56 Lelucon Jahat
- Bab 57 Lebih Baik Berhati-hati
- Bab 58 Merangsang Dengan Kata-kata
- Bab 59 Sebanyak Apa Pun juga Tidak Mau
- Bab 60 Penculikan
- Bab 61 Lebih Baik Putus Saja
- Bab 62 Percaya Atau Tidak Percaya
- Bab 63 Cinta Yang Murahan
- Bab 64 Wajah Tampan Adalah Sebuah Kemenangan
- Bab 65 Jangan Menimbulkan Masalah
- Bab 66 Beraksi Juga
- Bab 67 Siksaan
- Bab 68 Nikamati Baik-Baik
- Bab 69 Hubungan Kakakmu Dan Istrimu Dekat
- Bab 70 Pencuri Yang Meneriaki Pencuri
- Bab 71 Coba Jelaskan
- Bab 72 Orang Yang Menyusahkan
- Bab 73 Masalah Yang Belum Diselesaikan
- Bab 74 Pemerasan
- Bab 75 Simpati
- Bab 76 Ayah dan Putri Keluarga Asnawi
- Bab 77 Manfaatkan Diriku
- Bab 78 Menjamin Ketidakbersalahannya Dengan Kematian
- Bab 79 Musuh Cinta Bertemu
- Bab 80 Orang Jahat Akan Mendapat Ganjarannya
- Bab 81 Masalah Pemakaman
- Bab 82 Hadiah Buruan
- Bab 83 Bunga Liar Sangat Harum
- Bab 84 Terpesona Oleh Pria Tampan
- Bab 85 Kelinci Yang Jatuh Ke Dalam Perangkap
- Bab 86 Menguping
- Bab 87 Pergi Ke Keluarga Junda
- Bab 88 Pesta Kapal Pesiar
- Bab 89 Melarikan Diri
- Bab 90 Penembakan Di Kapal Pesiar
- Bab 91 Chapter Terakhir