Kamu Baik Banget - Bab 32 Teman Dan Bukan Musuh

Terkadang dunia memang hanya sekecil itu, saat Sahra keluar dari kedai kopi dia langsung bertemu dengan Edo. Tapi kedai ini memang dekat dengan gedung perkantoran Junda, jadi tidak mengherankan untuk bertemu Edo di sini.

Ketika Edo melangkah mendekat, Sahra bisa melihat bahwa Hanif Raka masih mengikuti Edo. Dia telah memprediksi bahwa Hanif pasti akan mencari Edo.

Wajah Sahra ditutupi oleh masker dan kacamata hitam, dengan payung di tangannya, Hanif yang berjalan ke arahnya tidak mengenalinya.

Dia menurunkan alisnya, bayangan dari masker dan payungnya menutupi sebagian besar sosoknya. Sahra tidak menyapa mereka, dia tidak yakin apakah Edo ingin dia tahu tentang Hanif.

Edo langsung mendekat, kepalanya menunduk dengan keresahan di dalam hatinya.

Terdengar dua langkah kaki di belakangnya dan pergelangan tangan Sahra menegang, Edo langsung meraihnya. Dia terkejut dan berbalik karena tarikan Edo.

“Karena aku tidak memanggilmu, kamu juga tidak akan menyapaku?” Edo menyipitkan mata dan berkara dengan suara tegas.

Merasa pria itu tampak sedikit marah, Sahra berkata "Aku..."

“Huh,” Edo menyela dan membuka kacamata hitam dan maskernya.

Sahra terkejut dan dengan patuh menangkap kacamata hitam dan masker yang dilempar ke arahnya. Kulitnya lebih putih dari biasanya dan bekas luka di pipinya menjadi lebih menarik.

Edo mengulurkan tangannya dan menyentuhnya di sudut bibirnya "Ini terlihat sangat enak dipandang."

“Asal kamu menyukainya.” Meskipun saat diluar agak merepotkan, hal itu masih dapat diatasi oleh Sahra.

Kata-kata ini dibalas dengan dengusan dingin Edo dan dia menarik tangannya pada saat yang sama "Aku akan kembali untuk makan malam."

Kedua matanya berbinar, Sahra dengan cepat bertanya "Lalu kamu ingin makan apa? Aku akan membeli bahan dan memasak."

"Terserah." Setelah Edo selesai berbicara, dia tidak lagi menatap Sahra, dia berkata kepada Hanif "Aku akan kembali ke perusahaan untuk rapat. Aku sudah memberitahumu semuanya, kamu juga kembalilah."

"Baik." Hanif memalingkan matanya, wajahnya datar tanpa ekspresi.

Melihat Edo yang hendak pergi, Sahra buru-buru bertanya "Apakah kamu ingin makan bakso goreng?"

"Tidak, jika kamu berani memasak itu, aku akan memberikannya kepada anjing untuk dimakan.”

"Bagaimana dengan hot pot?"

"Tidak suka!"

"Uh... kalau begitu aku akan memasak sup bebek untukmu, oke?"

“Apakah kamu atau aku yang memasak? Kenapa pertanyaanmu begitu banyak?” Edo tidak membalikkan kepalanya namun nada suaranya sangat tidak enak didengar.

Namun, Sahra tidak kesal, dia menundukkan kepalanya sedikit dan tersenyum, berpikir serius tentang apa yang akan dia masak untuk makan malam. Ini adalah pertama kalinya Edo menyatakan bahwa dia bersedia untuk memakan masakannya”

“Nona Sahra.” Hanif berjalan ke arahnya sebelum dia pergi.

“Ya?” Sahra mengangkat kepalanya, senyumnya sudah mengecil, matanya dingin.

Hanif tercengang, Dia selalu merasa bahwa Sahra saat ini sangat berbeda dari yang sebelumnya. Terakhir kali di hotel juga, ketika Edo pergi, temperamennya langsung berubah.

Melihat dia tidak berbicara, Sahra hendak pergi dengan wajah dingin.

“Tunggu sebentar.” Hanif kembali sadar dan berjalan cepat untuk menghentikan Sahra. Menatap matanya yang dingin dan tajam, Hanif tanpa sadar merasa bersemangat dan berkata "Maaf tentang terakhir kali. Jika Nona Sahrai membutuhkan bantuanku, anda selalu boleh untuk mencari saya."

Awalnya, dia ingin bertanggung jawab, tetapi dia sudah menikah dan menjadi istri orang lain. Dia hanya berharap untuk menebus kesalahannya sebanyak mungkin tanpa mengganggu Sahra.

“Tidak usah.”. Lagipula yang menidurinya bukanlah Hanif, ditambah lagi, gelagat dan ekspresi pria itu tidak menunjukkan adanya rasa bersalah.

Hanif ragu-ragu apakah dia benar-benar tidak peduli, tetapi tidak bisa menahan diri untuk tidak berbicara "Nona Sahra, apa hubungan anda dengan Tuan Junda?"

Sekarang dia telah berada di sisi Edo dan terakhir mereka pasti akan berhadapan dengan Frodo. Dia ragu-ragu lagi dan lagi, bukan terhadap Frodo, melainkan terhadap istri Frodo, Sahra.

Dia melakukan itu pada Sahra dan dia tidak bisa menyakitinya lagi.

"Menurutmu apa hubungan kita?" Mata tajam Sahra tampak mengejek dan suaranya dingin "Tidak salah, itu jenis hubungan yang ada di pikiranmu."

Dia akhirnya memilih memihak kepada Edo, alasannya adalah karena ia takut. Sebenarnya saat pemerkosaan di hotel terjadi, Hanif sudah melihat bahwa hubungan mereka berdua bukan hanya sebatas itu.

Hanif memiliki perasaan yang aneh dan tanpa sadar dia mendorong kacamatanya "Tuan Muda Junda merupakan penyelamat hidup saya. Saya harus selalu memihaknya, tetapi saya juga berharap saya dapat membantu anda."

Kata-kata Sahra tadi telah menunjukkan kepadanya bahwa diaberada di sisi Edo. Ini membuat Hanif merasa lega, kali ini dia tidak membuat kesalahan.

“Ya.” Sahra merasa keduanya tidak memiliki apa-apa untuk dikatakan lagi. Dia mengangguk, memakai kacamata hitam dan masker dan beranjak tempat parkir dengan payung.

Melihat sosoknya yang ramping lurus berjalan pergi, Hanif merasa lega. Saat menghadapi Sahra sendirian, tekanannya tidak sebanyak saat dia menghadapi Edo.

Untungnya, mereka adalah teman dan bukan musuh.

Sahra pergi ke supermarket untuk membeli bahan makanan. Dalam perjalanan, dia menerima telepon dari Jenny. Jenny mengajaknya keluar untuk bertemu, tapi dia langsung menolak dan menyuruh Jenny Lubis untuk menuju ke supermarket.

Ketika Jenny tiba dan melihat Sahra memegang ikan di satu tangan, ekspresinya sedikit berubah.

“Pas sekali kamu disini. Menurutmu, mana dari dua ikan ini yang lebih baik?” Sahra bertanya sambil mengangkat kedua ekor ikan yang dimaksud..

Mulut Jenny berkedut dua kali dan menunjukkan jarinya ke kiri.

“Baiklah, yang ini saja.” Sahra mengangguk dan memasukkan yang dia pilih ke dalam keranjang belanja.

"..." Jenny menekan dahinya untuk menahan tanya, namun pada akhirnya dia masih tidak bisa menahan diri untuk tidak berkata "Kamu tidak punya juru masak di rumah Keluarga Junda? Sampai harus kamu, nona kedua kamu untuk membeli sayuran secara langsung?"

“Edo akan kembali untuk makan malam nanti.” Sahra melempar kembali ikan itu dan perlahan-lahan mengeluarkan tisu untuk menyeka tangannya, nada suaranya terdengar tenang.

Jenny mengangguk dan bergumam dengan suara rendah "Jadi, apakah kamu menikahi Frodo atau Edo?"

“Berhenti mengucapkan rumor.” Sahra tidak peduli, menundukkan kepalanya dan terus memilih udang. Dia tidak pernah mengakui bahwa dia menikah dengan Frodo dan bahkan hukum tidak akan mengakui hubungan mereka.

Melihat penampilannya, Jenny mengerutkan kening "Tetapi bahkan jika kamu dan Frodo benar-benar tidak ada hubungan apapun, kalian telah mengadakan pernikahan di depan semua orang! Kamu adalah istri Frodo di mata orang lain. Sedangkan kamu dan Edo... apa yang akan kamu lakukan? "

Istri adik laki-laki itu bersama kakak laki-lakinya lagi, ini akan menimbulkan banyak opini publik.

Sahra menggerakkan tangannya dan perlahan meletakkan udang di tangannya. Dia menundukkan kepalanya, rambut hitam lembutnya menutupi sebagian besar pipinya "Sejak aku memutuskan untuk mengadakan pernikahan itu, aku sudah tahu itu tidak mungkin bagiku dan Edo."

Edo merupakan sosok yang sangat penting baginya, bagaimana mungkin Sahra membiarkannya memikul omongan-omongan itu. Dia harus berada di atas, tidak terjangkau dan tidak boleh menjadi bahan tertawaan siapa pun.

Jenny menghela nafas lega saat mendengar itu "Sahra, apa yang sebenarnya kamu incar!"

“Aku hanya ingin membantunya dan membantunya mendapatkan apa yang seharusnya menjadi miliknya.” Sambil menarik rambutnya ke belakang telinganya, wajah Sahra tampak tenang “Kedepannya, jika dia membutuhkanku, aku akan tetap tinggal. Tapi Nenek Junda, Posisi itu tidak akan pernah menjadi milikku. "

"Sahra..." Jenny tidak berpikir bahwa Sahra telah memikirkan tentang hal ini sampai kesana, matanya memerah "Apakah menurutmu ini sepadan?"

“Jika aku rasa itu sepadan, maka sepadan.” Sahra mendorong keranjang belanja dan melangkah maju “Butuh waktu tiga tahun untuk bisa dekat dengannya dan menjadi salah satu kekasihnya. Aku pernah berfantasi tentang mendapatkan ketulusannya. Sekarang aku sangat puas dengan keadaan sekarang. "

Karena dia telah menyadarinya, dia memutuskan untuk mengambil langkah ini. Meskipun terkadang dia masih terus memimpikannya, namun dia tidak menyesal.

Kenyataan bahwa Sahra bisa membantunya, dia sudah merasa sangat beruntung.

Novel Terkait

You're My Savior

You're My Savior

Shella Navi
Cerpen
5 tahun yang lalu
His Second Chance

His Second Chance

Derick Ho
Practice
4 tahun yang lalu
Step by Step

Step by Step

Leks
Karir
4 tahun yang lalu
Jika bertemu lagi, aku akan melupakanmu

Jika bertemu lagi, aku akan melupakanmu

Summer
Romantis
5 tahun yang lalu
My Lady Boss

My Lady Boss

George
Dimanja
4 tahun yang lalu
Cinta Seumur Hidup Presdir Gu

Cinta Seumur Hidup Presdir Gu

Shuran
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Baby, You are so cute

Baby, You are so cute

Callie Wang
Romantis
4 tahun yang lalu
The Serpent King Affection

The Serpent King Affection

Lexy
Misteri
5 tahun yang lalu