Kamu Baik Banget - Bab 8 Seorang Budak Murahan
Sahra terkejut dan tanpa sadar kakinya sedikit merenggang, seketika di bawahnya ada bercak air. Wajahnya memerah dan dengan cepat mengelapnya dengan handuk, karena takut Safrida melihatnya.
Dengan sebuah cibiran, Edo setengah menunduk dan menatapnya seolah-olah dia adalah burung yang ketakutan.
Safrida berlari kearahnya, saat melihat penampilan Sahra dia tercengang. Dia berkedip dan meraih tangan Edo "Edo, adik Sahra, kenapa ini?"
"Adik Ipar kerja mengurus rumah dan juga mau tidak mau mengurus keluarga, menghabiskan semuanya, mau tidak mau menjadi budak." Edo sama sekali tidak mengangkat kelopak matanya dan dia berkata dengan dingin "Kedepannya tidak ada adik Sahra lagi di sini, hanya ada seorang budak murahan. Apakah kamu mengerti?"
"Mengerti, mengerti!" Hati Safrida menciut karena takut dengan tatapan matanya dan tangannya tanpa sadar melepaskan lengannya. Dia dengan patuh menganggukkan kepalanya. Melihat penampilan Sahra yang menundukkan kepalanya, dia tiba-tiba berkata "Edo, bisakah aku tinggal di sini selama beberapa hari?"
Sahra terkejut dan tiba-tiba mendongak.
Edo menatap matanya yang ketakutan dan perlahan-lahan tersenyum "Tentu saja, kamu dapat menggunakan budak murahan ini sesukamu."
Mendengar kata-katanya, Safrida tertawa menjadi seperti sekuntum bunga. Dan di dalam hati Sahra ada sebesit rasa putus asa dan wajahnya seputih kertas.
Matahari berada tepat di luar jendela. Di dapur yang luas dan terang, Sahra sedang sibuk di sekitar kompor dengan celemeknya. Di sebelah panci rebusan, bau bubur tercium, dia dengan hati-hati membungkus bola udang ke dalam keju dan kemudian memasukkan satu per satu ke dalam wajan minyak goreng.
Pintu dapur didorong terbuka dan dia menoleh.
Edo mengenakan pakaian kasual, berjalan perlahan dengan mengigit bungkusan persegi kecil di mulutnya dan matanya setengah menyipit, kedua tangannya basah. Terlihat seperti baru saja selesai mencuci muka dan tangannya yang penuh butiran air itu sedang melepaskan ikat pinggang.
Kedua mata mereka bertemu, bibir tipis indah pria itu melengkung "Sahra, aku mau."
Seolah-olah seperti disetrum listrik, tubuh Sahra tiba-tiba melunak menjadiseperti genangan air. Sudut matanya basah dan saat ini dia tidak sabar untuk memasukkan dirinya ke dalam mulutnya dan membiarkannya memakannya dengan sesuka hati!
Dia ditekan di atas lemari marmer hitam dan pria itu menindih tubuhnya dengan erat di belakangnya, tubuhnya bergoyang dengan perlahana dan santai. Irama yang mengganggu ini membuat ekspresi awan Sahra tak tertahankan dan dasar mata semakin basah.
Keju yang manis dan berminyak bercampur dengan aroma udang memenuhi dapur. Edo menggerakkan matanya dan menggigit telinganya "Sahra, aku ingin memakannya."
Tak berdaya, Sahra sedikit menanaikkan tubuhnya dan tangannya yang lembut menarik keluar bakso satu persatu, dia dengan hati-hati mengulurkan satu buah ke belakang. Edo memegangnya dan ekspresinya puas. Irama tubuh bagian bawahnya yang bergoyang menjadi lebih dan lebih santai.
Dia menyuapi dia makan dan goyangan ini terjadi sepanjang pagi.
……
Setelah bangun dari mimpinya, Sahra duduk di tempat tidur. Cuaca cerah di luar jendela, tetapi dia dan Edo tidak bisa kembali.
Tidak bisa kembali ke masa-masa itu, kembali ke masa-masa indah.
Kenangan indah selalu berumur pendek, kenyataan yang kejamlah yang ada di depan. Meskipun dia lebih suka menikmati keindahan, dia tahu ada berapa banyak orang yang ingin menghancurkan pria yang memberinya semua keindahan itu.
Mereka ingin menghancurkannya, bahkan mengancamnya, jadi dia akan membuat mereka membayar harganya satu per satu!
Sahra menutupi wajahnya, mencoba untuk mengontrol moodnya yang meledak, menarik napas dalam-dalam dan dia bangun dari tempat tidur dengan tubuhnya yang pegal dan bengkak.
Sekarang dia adalah satu-satunya pelayan di dalam vila dan dia bekerja untuk enam orang sendirian. Meskipun dia sibuk bekerja sepanjang hari kemarin, dia hanya menyelesaikan kurang dari setengah dari pekerjaannya.
Edo melakukan apa yang dia katakan. Dia tidak mendapat makan sepanjang hari.
Setelah turun kebawah dan hendak menyapu halaman, ia justru kebetulan bertemu dengan Safrida. Dia tertegun dan kemudian terlintas dalam pikirannya bahwa Safrida baru saja pindah kemarikemarin.
"Kamu benar-benar hebat. Kamu sudah seperti ini dan masih bisa membiarkan Jinyu menyentuhmu." Melihat jejak cinta yang terpapar di kulit Sahra, wajahnya yang lembut sedikit berubah.
Tidak ingin mempedulikannya sama sekali, Sahra mengerutkan kening "Menyingkir, aku harus bekerja."
"Masih berani memerintahku!”, dia mengigit giginya, Safrida berhasil mengendalikan ekspresinya, mengulurkan tangan dan memaikan rambut keritingnya yang ada di samping telinga dan berbalik ke aula "Buatkan aku secangkir teh. Kamu seharusnya tidak perlu mengingatkanku tentang identitasmu. "
Seperti yang dikatakan Edo, budak murahan bisa menggunakannya sesuka hati.
Novel Terkait
Bretta’s Diary
DaniellePenyucian Pernikahan
Glen ValoraDemanding Husband
MarshallMy Charming Lady Boss
AndikaNikah Tanpa Cinta
Laura WangAwesome Husband
EdisonKamu Baik Banget×
- Bab 1 Aku Adalah Mempelai Wanita Adikmu
- Bab 2 Penikmat Bawah Rok
- Bab 3 Malam Pernikahan
- Bab 4 Frodo Sudah Kembali?
- Bab 5 Ambisi Kamu Cukup Besar
- Bab 6 Telpon Dari Suamimu
- Bab 7 Tidak Mau Disini
- Bab 8 Seorang Budak Murahan
- Bab 9 Mencari-Cari Kesalahan
- Bab 10 Tidak Belajar Patuh
- Bab 11 Akulah Yang Bodoh
- Bab 12 Ketidakpuasan
- Bab 13 Skandal Besar Keluarga Terpandang
- Bab 14 Keterlaluan
- Bab 15 Mandi Dan Menungguku
- Bab 16 Cinta Berbahaya Di Kantor
- Bab 17 Cekik Dia
- Bab 18 Situasi Sulit
- Bab 19 Maaf
- Bab 20 Salah Paham
- Bab 21 Memeriksa
- Bab 22 Menutup Sebelah Mata
- Bab 23 Main-Main Saja
- Bab 24 Hambatan
- Bab 25 Melindungi Makanan
- Bab 26 Jatuh Ke Neraka
- Bab 27 Membalas Dendam
- Bab 28 Identitas
- Bab 29 Pergi Menjaga Di Luar Pintu
- Bab 30 Tidak Patuh
- Bab 31 Bencana
- Bab 32 Teman Dan Bukan Musuh
- Bab 33 Sengaja Mempersulitkan
- Bab 34 Aku Menyuapimu
- Bab 35 Aroma Parfum
- Bab 36 Menawarkan Diri Untuk Bersamanya
- Bab 37 Mencoba Mengetahui Info Orang Lain
- Bab 38 Tengah Malam Memanjat Dinding
- Bab 39 Aku Ingin Tidur Di Sisimu
- Bab 40 Kamu Membuat Aku Jijik
- Bab 41 Kompleks Oidipus
- Bab 42 Dibatasi Dinding
- Bab 43 Tanpa Harapan
- Bab 44 Membakar Diri Sendiri
- Bab 45 Berakting
- Bab 46 Berakting
- Bab 47 Mulutmu Penuh Dengan Bauku
- Bab 48 Serigala Adalah Serigala
- Bab 49 Mainan Kecil
- Bab 50 Tertarik
- Bab 51 Kebencian Terbesar
- Bab 52 Kamu Mencari Mati
- Bab 53 Undangan
- Bab 54 Berbagai Jenis Hitam
- Bab 55 Beruntung Atau Sial
- Bab 56 Lelucon Jahat
- Bab 57 Lebih Baik Berhati-hati
- Bab 58 Merangsang Dengan Kata-kata
- Bab 59 Sebanyak Apa Pun juga Tidak Mau
- Bab 60 Penculikan
- Bab 61 Lebih Baik Putus Saja
- Bab 62 Percaya Atau Tidak Percaya
- Bab 63 Cinta Yang Murahan
- Bab 64 Wajah Tampan Adalah Sebuah Kemenangan
- Bab 65 Jangan Menimbulkan Masalah
- Bab 66 Beraksi Juga
- Bab 67 Siksaan
- Bab 68 Nikamati Baik-Baik
- Bab 69 Hubungan Kakakmu Dan Istrimu Dekat
- Bab 70 Pencuri Yang Meneriaki Pencuri
- Bab 71 Coba Jelaskan
- Bab 72 Orang Yang Menyusahkan
- Bab 73 Masalah Yang Belum Diselesaikan
- Bab 74 Pemerasan
- Bab 75 Simpati
- Bab 76 Ayah dan Putri Keluarga Asnawi
- Bab 77 Manfaatkan Diriku
- Bab 78 Menjamin Ketidakbersalahannya Dengan Kematian
- Bab 79 Musuh Cinta Bertemu
- Bab 80 Orang Jahat Akan Mendapat Ganjarannya
- Bab 81 Masalah Pemakaman
- Bab 82 Hadiah Buruan
- Bab 83 Bunga Liar Sangat Harum
- Bab 84 Terpesona Oleh Pria Tampan
- Bab 85 Kelinci Yang Jatuh Ke Dalam Perangkap
- Bab 86 Menguping
- Bab 87 Pergi Ke Keluarga Junda
- Bab 88 Pesta Kapal Pesiar
- Bab 89 Melarikan Diri
- Bab 90 Penembakan Di Kapal Pesiar
- Bab 91 Chapter Terakhir