Kamu Baik Banget - Bab 75 Simpati
"Benar. Bos yang ada di balik layar yang bisa merekrut orang seperti Hanif untuk membantu pekerjaannya pasti sangat luar biasa. "Nian merasa seperti sedang menghafal, mengulangi apa yang dikatakan oleh Sahra:" Dan Zuido memiliki banyak uang. Mereka pasti bisa mengeluarkan uang ini. "
"Begiu ya ..." Hati Frodo tergerak, jarinya mengetuk meja: "Aku sudah tahu, aku akan meminta seseorang untuk mengamatinya, kamu undur dulu."
“Baik.” Nian membungkuk dan pamit.
Begitu keluar dari kantor, Nian menyentuh bagian belakang lehernya, tangannya basah karena keringat. Hanya saja ini bukan ditakuti oleh Frodo, tetapi lebih banyak dari panggilan telepon dari Sahra.
Nona besar dari keluarga Azari benar-benar menakutkan, kejadian ini seperti yang diduga. Meskipun Frodo hanya mengatakan ingin mengamatinya dan tidak memberikan jawaban yang tegas, tetapi Nian tahu bahwa jika sesuatu yang tidak terduga terjadi, maka itu akan disepakati.
Setelah menerima jawaban dari Nian, Sahra tidak peduli dengan semua masalah yang berjalan sesuai dugaannya. Yang terpenting baginya sekarang adalah menyembuhkan lukanya, setelah setengah bulan, gips di jarinya baru dilepas.
Pemulihannya sangat baik, meskipun sekarang masih tidak begitu nyaman, tetapi tidak ada cedera yang terlewatkan.
Jenny mengangkat jari kelingking dan melihat ke atas dan ke bawah, tidak berani menggunakan sedikitpun tenaganya: "Mengapa kamu begitu berani memegang pisau dengan jari kecil seperti itu?"
“Sudahlah, kamu sudah melihatnya sepanjang hari, dan masih lihat?” Sahra mengenakan mantelnya setelah menarik tangannya, “Di mana Safrida beraktivitas akhir-akhir ini?”
"Jalan No 13 Selatan, jika ingin mencarinya harus tepat waktu."
Jenny cemberut. Sebagian besar bar dan kasino di kota Z berada di Jalan No 13 Selatan, jalan itu pada dasarnya adalah sebuah jalan di kota yang tidak pernah tidur. Pada siang hari, sangat sunyi, tetapi pada malam hari sangat berbeda.
Sahra tentu saja mengetahui hal ini, mengangkat alisnya: "Dia masih memiliki uang untuk pergi ke tempat itu?"
Keluarganya sudah bangkrut, dan ternyata masih bisa pergi menikmati dunia, Safrida ini juga hebat sekali.
“Aku tidak tahu tentang itu.” Jenny mengangkat bahu: “Dengar kata orang, dia mabuk di bar setiap hari.”
Mengangguk, Sahra tidak mengatakan apa-apa, lalu membawa Jenny berjalan keluar.
Karena jarinya cedera, Sahra meminta Jenny untuk menyetir dan dirinya sendiri duduk di kursi penumpang. Semua berada di dalam kota, tidak jauh jika ingin pergi ke Jalan No 13. Namun memerlukan setengah jam perjalanan.
Saat itu sudah tengah malam dan tidak banyak pejalan kaki dan kendaraan di jalan. Tapi begitu sampai Jalan No 13, rasanya seperti datang ke dunia lain.
Lampunya terang, para pejalan kaki sangat ramai, sorak-sorai yang begitu meriah, seperti karnaval terakhir sebelum kiamat.
Sahra seketika tidak bisa beradaptasi dan terkejut.
“Di sini seperti ini setiap malam. Orang-orang yang datang ke sini mengeluarkan emosinya.” Jenny menjelaskan.
Tampaknya dengan kebisingan dan kemeriahan seperti itu, bisa mengurangi kehidupan yang kurang baik.
Nada suara Jenny agak menyindir, tapi Sahra tidak banyak bicara. Kehidupan seperti ini tidak cocok dengannya, tetapi dirinya juga tidak memiliki pendapat tentang gaya hidup orang lain.
Karena secara sengaja telah melakukan penyelidikan sebelum kejadian, Jenny dengan cepat membawa Sahra ke bar tempat Safrida berada. Sepanjang jalan di bar ini seperti menjadi tempat yang penuh kebisingan, musiknya sangat keras, lampunya redup, dan di mana-mana terdapat sosok yang bergerak dan napas ambigu.
Melihat sosok putih dan cantik di depannya, Sahra mengangkat alisnya: "Apakah tempat ini mengadakan pesta?"
“Tidak juga, hanya saja yang datang ke bar ini lebih dinikmati dan bisa bersenang-senang.” Jenny mengangkat bahu: “Jika bukan karena ini, Safrida juga tidak akan ada datang kemari”.
Hanya mengandalkan video Safrida yang ada di tangan mereka, sudah bisa membuat mereka memahami preferensi pihak lain.
Awalnya, Sahra khawatir di sini ada begitu banyak orang dan lampunya juga sangat redup pasti sulit untuk menemukan Safrida. Tetapi segera, Sahra menyadari bahwa penilaiannya salah.
Di tempat duduk yang sangat mencolok, Safrida sedang duduk di sana.
Di depan Safrida ada beberapa botol anggur, ada yang kosong dan ada yang baru saja disajikan. Pakaiannya sangat terbuka dan memperlihatkan dua buah bundar kebanggaan di depan dada terlihat begitu megah, kedua kaki putih besar itu saling tumpang tindih, sangking putihnya hingga bisa memantulkan cahaya.
Ada beberapa orang pria di sekitarnya, semuanya berekspresi mesum, sesekali mengambil tindakan ingin memanfaatkan tubuhnya. Safrida sama sekali tidak peduli tentang ini, Safrida masih tersenyum manis dan mempesona.
Safrida mengambil botol anggur, dari samping langsung ada seorang pria yang membuka botol itu dengan penuh emosi. Setelah mengambilnya, Safrida meminumnya sampai habis dalam satu tegukan, para pria di sekitarnya langsung bersorak hebat.
Sahra melihat sebentar, lalu membawa Jenny ke sudut tersembunyi. Duduk di sini, tempatnya sangat gelap, bahkan sampai tidak bisa melihat jari tangan sendiri jika menggulurkan tangan, tapi masih bisa melihat dengan jelas ke arah Safrida.
“Apakah kita akan menanganinya?” Jenny tidak begitu mengerti alasan kenapa mendatangi Safrida.
Sebelumnya, Sahra mengatakan bahwa Safrida adalah bencana, setelah itu, langsung berkata mencari orangnya. Namun, Sahra tidak mengatakan bagaimana bertindak ataupun yang lainnya, sikapnya tidak jelas.
Sahra memandang Safrida beberapa saat, lalu berkata, "Aku tidak punya alasan untuk menyerangnya sekarang."
"Tapi ..." Jenny mengerutkan kening, secara naluriah hendak membantah.
“Aku tahu maksudmu.” Menyela perkataan teman baiknya, Sahra melanjutkan: “Tapi sekarang Safrida juga tidak melakukan apapun padaku. Sebelumnya, dia juga tidak melakukan apapun yang mengharuskan aku menghancurkan dirinya. Dia memang berbahaya bagiku, tapi dia tidak bertindak dan aku juga tidak boleh bertindak. "
Jenny merasa sedikit tertekan dan berbaring di atas meja: "Jangan bilang, kamu bersimpati lagi dengannya?"
“Bisa jadi,” Sahra menjawab dengan santai.
Sikap acuh tak acuh ini membuat Jenny merasa sangat tidak puas, lalu mengerutkan bibirnya: "Bersikaplah baik saja kamu, pernahkah kamu mendengar cerita tentang petani dan ular? Pada saat itu tiba, dia akan menggigitmu dan kamu langsung tamat!"
"Aku bukanlah petani, aku tidak akan mendapatkan masalah dan aku juga tidak berniat menyelamatkannya. Lagipula, dia tidak bisa membunuhku dalam satu gigitan."
Jenny memutar matanya ke atas dan melambai tangan dengan tidak berdaya.
Mereka berdua awalnya ingin duduk-duduk dan pergi begitu saja, tetapi tiba-tiba melihat sosok yang familiar.
“Itu…Hotman?” Jenny seketika tidak bisa mempercayainya saat melihat sosok kurus dan tua itu.
Hotman, kepala keluarga Asnawi, meskipun usianya sudah lima puluh tahun, namun penampialannya tampan dan tinggi, dan biasanya juga sosok tokoh besar nomor satu. Tapi Hotman di depannya ini, berpenampilan tua dan lesu, lebih buruk daripada lelaki tua pada umumnya.
Sahra menatapnya sebentar dan menghela nafas.
Hotman di sana sudah menemukan Safrida, memegang tangannya dan hendak membawa pergi orang itu. Safrida tentu saja tidak mau, memberontak keras, mulutnya terbuka dan tertutup, wajahnya mengerikan.
Meskipun jaraknya jauh, tetapi masih bisa mendengar dengan samar-samar kata-kata hinaan.
"Kamu pergi, kamu ini gila! Mesum! Jauhi aku, kamu membuatku merasa mual!"
"Pergi, keluar dari sini, aku tidak kenal denganmu!"
"Mesum, kamu sangat mesum! Aku membencimu!"
Novel Terkait
Istri ke-7
Sweety GirlCinta Yang Paling Mahal
Andara EarlyGaun Pengantin Kecilku
Yumiko YangLoving The Pain
AmardaDoctor Stranger
Kevin WongLelah Terhadap Cinta Ini
Bella CindyMarriage Journey
Hyon SongKamu Baik Banget×
- Bab 1 Aku Adalah Mempelai Wanita Adikmu
- Bab 2 Penikmat Bawah Rok
- Bab 3 Malam Pernikahan
- Bab 4 Frodo Sudah Kembali?
- Bab 5 Ambisi Kamu Cukup Besar
- Bab 6 Telpon Dari Suamimu
- Bab 7 Tidak Mau Disini
- Bab 8 Seorang Budak Murahan
- Bab 9 Mencari-Cari Kesalahan
- Bab 10 Tidak Belajar Patuh
- Bab 11 Akulah Yang Bodoh
- Bab 12 Ketidakpuasan
- Bab 13 Skandal Besar Keluarga Terpandang
- Bab 14 Keterlaluan
- Bab 15 Mandi Dan Menungguku
- Bab 16 Cinta Berbahaya Di Kantor
- Bab 17 Cekik Dia
- Bab 18 Situasi Sulit
- Bab 19 Maaf
- Bab 20 Salah Paham
- Bab 21 Memeriksa
- Bab 22 Menutup Sebelah Mata
- Bab 23 Main-Main Saja
- Bab 24 Hambatan
- Bab 25 Melindungi Makanan
- Bab 26 Jatuh Ke Neraka
- Bab 27 Membalas Dendam
- Bab 28 Identitas
- Bab 29 Pergi Menjaga Di Luar Pintu
- Bab 30 Tidak Patuh
- Bab 31 Bencana
- Bab 32 Teman Dan Bukan Musuh
- Bab 33 Sengaja Mempersulitkan
- Bab 34 Aku Menyuapimu
- Bab 35 Aroma Parfum
- Bab 36 Menawarkan Diri Untuk Bersamanya
- Bab 37 Mencoba Mengetahui Info Orang Lain
- Bab 38 Tengah Malam Memanjat Dinding
- Bab 39 Aku Ingin Tidur Di Sisimu
- Bab 40 Kamu Membuat Aku Jijik
- Bab 41 Kompleks Oidipus
- Bab 42 Dibatasi Dinding
- Bab 43 Tanpa Harapan
- Bab 44 Membakar Diri Sendiri
- Bab 45 Berakting
- Bab 46 Berakting
- Bab 47 Mulutmu Penuh Dengan Bauku
- Bab 48 Serigala Adalah Serigala
- Bab 49 Mainan Kecil
- Bab 50 Tertarik
- Bab 51 Kebencian Terbesar
- Bab 52 Kamu Mencari Mati
- Bab 53 Undangan
- Bab 54 Berbagai Jenis Hitam
- Bab 55 Beruntung Atau Sial
- Bab 56 Lelucon Jahat
- Bab 57 Lebih Baik Berhati-hati
- Bab 58 Merangsang Dengan Kata-kata
- Bab 59 Sebanyak Apa Pun juga Tidak Mau
- Bab 60 Penculikan
- Bab 61 Lebih Baik Putus Saja
- Bab 62 Percaya Atau Tidak Percaya
- Bab 63 Cinta Yang Murahan
- Bab 64 Wajah Tampan Adalah Sebuah Kemenangan
- Bab 65 Jangan Menimbulkan Masalah
- Bab 66 Beraksi Juga
- Bab 67 Siksaan
- Bab 68 Nikamati Baik-Baik
- Bab 69 Hubungan Kakakmu Dan Istrimu Dekat
- Bab 70 Pencuri Yang Meneriaki Pencuri
- Bab 71 Coba Jelaskan
- Bab 72 Orang Yang Menyusahkan
- Bab 73 Masalah Yang Belum Diselesaikan
- Bab 74 Pemerasan
- Bab 75 Simpati
- Bab 76 Ayah dan Putri Keluarga Asnawi
- Bab 77 Manfaatkan Diriku
- Bab 78 Menjamin Ketidakbersalahannya Dengan Kematian
- Bab 79 Musuh Cinta Bertemu
- Bab 80 Orang Jahat Akan Mendapat Ganjarannya
- Bab 81 Masalah Pemakaman
- Bab 82 Hadiah Buruan
- Bab 83 Bunga Liar Sangat Harum
- Bab 84 Terpesona Oleh Pria Tampan
- Bab 85 Kelinci Yang Jatuh Ke Dalam Perangkap
- Bab 86 Menguping
- Bab 87 Pergi Ke Keluarga Junda
- Bab 88 Pesta Kapal Pesiar
- Bab 89 Melarikan Diri
- Bab 90 Penembakan Di Kapal Pesiar
- Bab 91 Chapter Terakhir