Kamu Baik Banget - Bab 53 Undangan

Karena kondisi tubuhnya, Sahra hanya bisa memanggil supir untuk mengemudi. Setelah kembali ke Villa keluarga Junda, Sahra menyuruh supir untuk pulang dulu dan dia sendiri istirahat sebentar di dalam mobil agar tidak ada yang meragukannya.

Setelah merasa agak baikan, Sahra baru mau membuka pintu mobil dan dia melihat Frodo berjalan kemari. Sahra segera kembali ke dalam mobil.

Dia tidak boleh membiarkan Frodo melihat penampilan dia sekarang, dia pasti akan curiga.

Untungnya Frodo tidak menyadari Sahra berada di dalam mobil, Frodo sedang menelepon dengan salah satu tangannya memegang jaket. Tidak tahu apa yang sedang dia perbicarakan, dia tiba-tiba berhenti berjalan ketika tiba di sisi mobil Sahra.

Sahra menyipitkan matanya dan memegang pintu mobil dengan lembut.

Hanya saja, Frodo tidak melihat ke arah dalam mobil, dia sedang melihat ke Layra yang berjalan kemari. Frodo menyimpan ponselnya ke dalam saku dan berkata dengan nada suara yang agak frustrasi "Aku sudah menyuruh kamu jangan datang ke sini, sangat merepotkan kalau ada yang melihatnya!"

"Frodo, aku benar-benar ada urusan darurat!" Hanya beberapa hari tidak berjumpa, Layra menjadi sangat kuyu. Mau bagaimanapun Layra sudah semakin tua, setelah terusik oleh urusan anaknya yang durhaka, jejak waktu di wajahnya menjadi tidak bisa ditutupi.

Meskipun eskpresi Frodo terlihat sangat frustrasi, suaranya melembut setelah melihat Layra yang cemas "Jumlah uang itu bukan jumlah yang kecil, jangankan sekarang aku masih kekurangan uang untuk membeli Zuper. Aku mau kemana untuk mencari uang berjumlah begitu besar untuk kamu?"

"Tetapi Frodo, kalau tidak ada uang, Lora tidak bisa kembali. Mereka bahkan berkata mau memotong tangan dan kaki Lora !" Layra langsung menangis dan suaranya menjadi lebih tajam.

Frodo mengerutkan alisnya dengan erat, dia bukan tidak mau membantu, tetapi benar-benar tidak memiliki uang.

Melihat ekspresi Frodo, Layra menarik tangannya dengan wajah yang kasihan "Frodo, kamu menarik sebagian uang dulu kepadaku. Pembelian Zuper juga tidak hari ini! Aku hanya memiliki satu anak putra ini, dari kecil aku mengasuhnya sampai sekarang, bagaimana kamu bisa hidup kalau ada sesuatu yang terjadi kepadanya?"

Karena mengira hanya ada mereka berdua di sini, mereka berdua menarik sana sini tanpa peduli. Tidak menyangka Sahra melihat semua itu dan merasa sangat tidak senang.

Dia menyuruh orang untuk menculik anak putra Layra, tentu saja dia tahu bahwa Layra akan mencari Frodo untuk meminjam uang dan tentu saja Sahra tahu Frodo pasti akan membantunya.

Tidak tahu karena kelainan jatuh cinta kepada ibu Frodo terlalu parah, dia bisa dibilang tulus juga kepada Layra.

Sesuai ekspektasi, setelah menarik sana sini untuk waktu yang lama, ujung-ujungnya Frodo juga memberikan Layra uang. Hanya saja, ekspresi Frodo juga terlihat sangat buruk, setelah memberi uang dia langsung kembali ke Villa dengan wajah gelap.

Setelah menunggu 10 menit lagi di dalam mobil, memastikan tidak ada seorang pun di luar, Sahra baru keluar dari mobil dan kembali ke kamari tidur melewati gang kecil. Setelah itu, Sahra mengeluarkan obat yang dia sudah beli dari kemarin, kemudian melepaskan pakaiannya dan mengoles obat untuk dirinya.

Sahra mengoles lukanya dari luar sampai dalam. Gerakan yang ringan saja bisa membuat dia kesakitan sampai keringatan. Edo benar-benar bertindak sangat kejam kali ini, luka seperti ini, tidak ada seminggu tidak akan bisa sembuh.

Sahra menarik nafas dalam dan istirahat untuk sejenak sebelum memakai baju lagi. Pintu bel sudah berdering beberapa saat, Sahra berjalan ke arah pintu dengan lembut dan lambat.

Yang berdiri di luar adalah Safrida dan yang berada di belakangnya adalah pengurus rumah.

"Nyonya muda kedua, Nona Asnawi ingin mencari anda" Pengurus rumah berkata dengan sopan, awalnya dia ingin datang melapor dulu, siapa tahu Safrida memaksa untuk memasuk tanpa izin.

Sahra mengangguk "Iya, kamu pergi sibuk dulu"

Pengurus rumah mengangguk dan turun ke lantai bawah dengan penuh hormat tanpa mengangkat kepala untuk sekali pun.

Safrida terus menatap kepada Sahra, melihat wajahnya yang pucat dan layu, beserta kulit di luar pakaiannya yang terluka parah, suasana hati Safrida langsung membaik, bahkan sudut bibirnya dipenuhi oleh perasaan senang.

Sahra tentu saja menyadari hal itu, dia menyandar ke sisi pintu dan sama sekali tidak memiliki maksud mau mengundang Safrida masuk ke dalam.

"Aku mengira aku akan menjumpai kamu di rumah sakit, tidak menyangka kamu lumayan pandai bertahan" Safrida juga tidak peduli, dia melipat kedua tangan di depan dada dan berkata dengan senang.

Sahra menatapnya dengan ekpsresi datar "Tentu saja tidak bisa berbanding dengan Nona Asnawi, setelah berjalin hubungan dengan belasan pria saja masih bisa berdiri dengan baik"

"Apa maksud kamu? Edo menyentuh kamu semalam?" Safrida tidak mempeduli penghinaan di dalam kata-katanya, yang dia lebih peduli adalah maksud kata-katanya.

Berdasarkan personalitas Edo, kalau mau menyiksa orang dia akan membuat orang itu merasa hidup seperti mati. Safrida sama sekali tidak menyangka berdasarkan kondisi kemarahan berat kemarin, Edo masih akan melakukan hal seperti itu kepada Safrida.

Personalitas seperti Edo, dia tidak mungkin mau menggunakan cara seperti itu untuk menyiksa seseorang.

Sahra mengangkat alisnya dan sudut bibirnya yang wajah tidak tahu malu "Ini adalah perbedaan aku dan kamu. Di dalam sisi ini, Edo akan bersikap beda kepada aku selamanya"

"......." Safrida mengigit giginuya dan berusaha menahan kemarahan di dalam hatinya.

Dia sudah mengejar Edo begitu banyak tahun, tentu saja dia mengerti personalitasnya. Edo adalah orang yang sangat dingin, banyak wanita yang berusaha menggodanya berakhir dengan tanpa mendapatkan apa pun.

Orang yang benar-benar membuat dia marah, pada akhirnya akan disiksa oleh Edo dengan kejam, berasa hidup seperti mati. Karena mengerti orangnya, Safrida baru tidak berani sembarang bertingkah di depannya dan hanya bisa mencari pria di luar untuk memuaskan dirinya.

Tetapi Sahra berbeda, wanita ini berbeda sejak muncul! Dia adalah satu-satu wanita yang pernah Edo sentuh dan cara Edo menyiksa dia berbeda total dengan orang lain.

Iri dan dengki selama begitu banyak tahun ini membanjiri hati Safrida sampai matanya memerah.

Sahra tersenyum dengan puas, tetapi di dalam hati dia terasa agak bingung.

Edo memang berbeda ketika menghadapi dia, tetapi dia sendiri saja tidak tahu apa arti perbedaan ini.

Waktu Sahra mengenal Edo, di sisi dia sudah terdapat banyak wanita. Tetapi setelah mengikuti dia selama 1 tahun, Sahra baru tahu ternyata dia adalah satu-satu wanita yang pernah Edo sentuh.

Karena hal ini juga, makanya Sahra bisa bersikap begitu emosional pada saat dia melihat Edo mau berhubungan seks bersama Safrida di depannya.

Berpikir tentang perbedaan ini, Sahra merasa ketakutan. Seolah-olah dia melakukan sebuah kesalahan besar.

Sahra berusaha memaksa dirinya untuk tidak banyak berpikir, dia berusaha untuk mengabaikan semua perasaan kacau ini.

"Aku datang memberikanmu undangan acara tunanganku dan Edo" Safrida menekan iri dan dengki yang dia rasakan dengan ekspresi yang agak tidak enak, kemudian dia mengeluarkan selembar undangan berwarna merah dan mengoyangkannya di hadapan Sahra.

Tanpa menunggu Sahra memberikan jawaban, Safrida sudah meletakkan undangan ke tangannya.

Melihat undangan berwarna merah segar itu, Sahra merasa tidak tahu harus berkata apa.

Safrida berkata "Acara akan diadakan 3 hari kemudian, kamu harus datang"

Mau seberapa berbedanya Sahra, Edo hanya bisa menjadi milik Safrida pada akhirnya!

Sahra juga tidak tahu kapan Safrida pulang. Dia menggerakkan jarinya dan undangan berwarna merah itu jatuh ke atas lantai. Dia sama sekali tidak bermaksud mau mengambilnya dan mulai melamun begitu saja.

3 hari kemudian, benar-benar sangat terburu-buru.

Safrida tentu saja buru-buru mau menikah, sementara Edo juga berharap bisa mengambil alih keluarga Asnawi secepat mungkin. Karena mau bagaimanapun, setelah Frodo memiliki dukungan dari keluarga Azari, dia terus melangkah dekat kepada Edo, jadi mereka terpaksa harus mencari dukungan dari luar.

Setelah menikahi Safrida, Edo bisa mendapatkan dukungan keluarga Asnawi dan hal ini bisa dikatakan memberikan sayap kepada harimau.

Sahra bisa berpikir dengan jernih dan melihat dengan jelas. Secara logika dia merasa hal ini merupakan hal baik untuk Edo, tetapi secara emosional dia tidak mau menerima hal itu.

Meskipun dia tidak bisa mendapatkan Edo selamanya, dia juga tidak berharap orang yang berada di sisi Edo pada akhirnya adalah wanita seperti Safrida.

Novel Terkait

Hei Gadis jangan Lari

Hei Gadis jangan Lari

Sandrako
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Because You, My CEO

Because You, My CEO

Mecy
Menikah
4 tahun yang lalu
Penyucian Pernikahan

Penyucian Pernikahan

Glen Valora
Merayu Gadis
3 tahun yang lalu
Air Mata Cinta

Air Mata Cinta

Bella Ciao
Keburu Nikah
4 tahun yang lalu
Satan's CEO  Gentle Mask

Satan's CEO Gentle Mask

Rise
CEO
4 tahun yang lalu
Cinta Tapi Diam-Diam

Cinta Tapi Diam-Diam

Rossie
Cerpen
4 tahun yang lalu
Awesome Husband

Awesome Husband

Edison
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Suami Misterius

Suami Misterius

Laura
Paman
3 tahun yang lalu