Ten Years - Bab 6 Burung Bernama Nasi Tim

Semenjak hari itu, Calvin langsung sengaja menjaga jarak dengan Aurora, dibandingkan dengan sebelumnya yang tidak baik dan tidak buruk, sekarang malah sambil terasa sedikit bersembunyi darinya.

Beberapa hari kemudian, Bibi Zhang membelikan Aurora pakaian untuk musim gugur, katanya itu maksd dari Calvin.

Aurora mengerutkan keningnya, dan berkata kepada bibi Zhang, "Bibi, aku......"

Bibi Zhang sudah berumur, dia tentu saja mengerti, dia menepuk tangan Aurora dan menasehatinya, "Aku tahu kamu tidak punya rasa musuhan dengan Zoey, hanya saja kamu tidak mengerti kebaikan dari anak itu."

Aurora menatapi wajah bibi Zhang yang sedikit tidak berdaya, dia hanya bisa diam.

Zoey, mungkin saja sangatlah baik.

Aurora berpikir sejenak, hatinya terasa berat, dia seolah seperti terjatuh kedalam jurang dan ada batu yang menimpa diatas dadanya, dan merasa tegang.

Dia seolah dipisahkan dari dunia ini dengan sebuah halangan bernama Zoey Wen.

Namun, kehidupan tetap saja harus dilanjutkan, siapa yang bilang kalau kesalahan diawal pasti akan berjalan hingga ke akhir yang salah?

Aurora menarik nafas, dia menahan rasa sedih didalam hatinya secara perlahan.

Menurutnya, dunia diluar Desa Wushui pasti berbeda sekali, dan ada harapan yang diinginkannya, namun dia sedang ditekan oleh kehidupan nyata, dia berubah menjadi tampang yang menyedihkan seperti begini, sedikit menyedihkan, sedikit kesepian, tapi harus mempunyai sebuah alasan untuk bisa bergabung kedalam harapan.

Biasanya, proses dalam pencarian itu biasanya disebut sebagai bertahan hidup.

Hujan pertama pada musim gugur turun perlahan, dan membasahi gedung-gedung berwarna putih, cuaca perlahan cerah, udara segar melewati jendela dan menhembus diwajah.

Aurora terus saja mengejakan soal fisika dirumah, kepalanya terasa pusing, dia berjalan kesamping jendela dan menoleh keluar, disekitar sana diam saja, dan hanya ada angin musim gugur yang terus berbunyi.

Aurora menatap kearah kejauhan, dan dia dikagetkan oleh suara diatasnya.

Dia menatap kearah atap rumahnya, dan ada seekor burung beo berada diatap sana, cakar kecilnya terlihat berdarah, mata hitam kecilnya menatapi jendela dengan tampang sangatlah kasihan, dan menatapi Aurora.

Aurora menatapi burung beo itu, dia tahu burung ini pasti terluka dan terjebak diatas atap rumahnya lalu dia menopang jendela dan berjinjit mengulurkan tangan kanannya untuk memegang burungnya, namun dia menyadari bahwa masih berjarak satu telapak tangan lagi.

"Tenang saja, tunggu aku." Aurora merasa sedikit bersalah, dia berpikir bahwa apakah burung di kota B juga hanya bisa mendengar logat disini saja, bahasa dirinya yang lemah begitu apakah burung ini bisa mengerti apa tidak.

Namun tiba-tiba burung beo kecil ini berteriak, "Nasi Tim! Nasi Tim!"

Nasi TIm?

Aurora kaget, dia tidka tahu apakah burung itu bisa mengerti atau tidak, dia berusaha untuk tersenyum kearahnya dan bergegas pergi.

Calvin mendengar suara ketuk pintu yang panik, dia meremas matanya dan membuka pintu, dia melihat Aurora, awalnya dia canggung namun kembali wajahnya berubah merah, dia berkata, "Ada apa?"

Aurora langsung berkata, "Nasi Tim terluka, dia berada diatas atap dan tidak bisa turun."

Calvin fokus dan berkata dengan canggung sambil rasa bersalah, "Oh, Nasi Tim terluka, dia terjebak diatas atap rumah dan tidak bisa turun?"

Aurora awalnya keringatan dingin, namun ketika melihat tampang Calvin berkata, dia tertawa, awalnya rasa marah didalam hatinya juga menghilang, dia menarik baju Calvin dan membawanya ke kamarnya, dia melihat keluar dari jendela,

dan menunjuk kearah burung kecil yang berada diatas atap rumah yang kasihan.

"Nasi Tim! Nasi Tim!" Ketika melihat Calvin, si burung beo langsung berteriak dan kedua matanya terlihat sangatlah kasihan dan ingin menangis.

"Ah, Nasi Tim!" Calvin langsung berkata, awalnya dia masih sedikit ragu-ragu, tapi ketika melihat burung beo itu, seketika dia membuka sendalnya dan memanjat naik keatas jendela.

"Aurora, bantu aku." Calvin mengerutkan keningnya, dia membungkukkan badannya dan berusaha untuk mendekati burung beo kecil ini, namun posisi ini sungguh lelah, tangan yang dikeluarkannya untuk menolong burung beo membuat badannya tidak ada topangan.

Aurora bergegas kedepan dan kedua tangannya memegang betis Calvin, dia mengangkat kepalanya dan menatapi lelaki muda ini, matanya terus berkedip, dia tiba-tiba menjadi tegang.

Burung beo ini juga nurut, dia perlahan melompat ketangan Calvin.

Lelaki muda ini membalikkan badannya dan menatapi tangan Aurora yang memegangnya, gerakan itu sungguh mirip dengan mengendongnya, Calvin menatapinya dan tercengang sejenak lalu merasa lucu dan tertawa, dia melompat turun dengan mudah.

Aurora juga tersenyum, dia menjemput burung beonya, dan matanya yang biasanya tenang itu terlihat sedikit terasa anak kecil.

"Kamu mengenalnya?" Aurora mencari kapas dan membersihkan darah diburung ini, melihat burung ini kasihan dan suara kicaunya lemah, mirip sekali dengan sedang manja-manjaan.

"Kenal." Calvin menjawab, dia mengeluarkan hp dan akan menelepon, namun langsung mendengar suara dering rumah yang terus berbunyi.

"Haha, ini majikannya datang." Calvin tersenyum dan menunjukkan giginya yang bersih dan rapi.

Aurora mengelus bulu burung ini, dia terus menatapinya dengan penuh kasih sayang, dia berpikir, burung kecil ini sungguh kasihan, majikannya pasti sangatlah kasar dan membuatnya keluar dari sangkar dan terluka.

Calvin keluar dan menjemput tamu, setengah menit kemudian, Aurora langsung melihat adanya suara naik tangga dan suara bercanda.

Sebuah angin berhempus lewat wajahnya, Aurora mengangkat kepalanya, dia melihat lelaki mudah yang tampan itu.

"Kamu?" Aurora membuka mulut dan terlihat sedikit impulsif.

"Kamu siapa?" Suara lelaki muda itu terlihat malas-malasan, dia menyebarkan aura seperti lelaki pada umumnya.

Dia sudah tidak ingat dengan Aurora.

"Aurora." Calvin menjilat bibirnya dna berkata.

"Oh?" Wesley mengangukkan kepalanya dan melirik kearah Aurora, dia lalu sedikit tersenyum layaknya tidak sama sekali.

Dia menundukkan kepalanya, dia melihat burung kecil ditangan Aurora, tatapannya langsung bersinar, tangannya yang putih mulus langsung mengetuk kepala burung kecil ini, "Kamu ini sembarangan pergi, sekarang terluka kan, duh, cakarnya terluka, dasar memang sepantasnya!"

Burung beo kecil itu sangatlah pintar, dia menatapi lelaki muda ini dan terlihat berekspresi kasihan, sayap kecilnya memeluk kepalanya dan matanya seperti bersinar air mata.

Wesley tersenyum alisnya dinaikkan, dia terlihat tidak mau tahu, dia lalu memaki, "Hmph, jangan berpura-pura kasihan didepanku, kamu ini, masih berani saja keluar dari rumah, kamu sudah besar ya Nasi Tim!" Seusai itu, tangannya yang cantik itu langsung menarik sayap burungnya dan seperti ingin menariknya keatas.

Aurora merasa sayang melihatnya, dia lalu memeluk burung beo dan mundur, lelaki muda itu tidak berhasil.

"Sakit!" Aurora mengangkat kepalanya dan menatapi lelaki muda yang kurus tinggi, dia mengandeng burung beo kecil selayaknya melindungi anaknya dan berkata seperti itu.

Wesley kaget, dia juga mundur, dia menganggukkan kepalanya dan menendang Calvin yang berada disampingnya.

Calvin merasa dirinya kasihan, dia lalu berkata dengan lembut kepada Aurora, "Burung ini adalah peliharaan Wesley, dia paling menyayanginya, dia tidak akan melukainya."

Wesley mencibir, dia menendang pantat Calvin, "Aku tidak menyayangi burung sialan ini! Setelah nanti gendut, aku akan memasaknya menjadi sup!"

sekali mendengarnya, burung kecil itu langsung terbaring didalam pelukan Aurora, bulunya naik dan cakarnya mengeras, dia seperti putus asa dan berpura-pura mati.

Aurora mengerti maksuda dari Calvin, dia tahu dirinya kelewatan batas, dia sedikit canggung dan melepaskan tangannya memberikan burung kepada Wesley.

Lelaki muda itu menerima burung beonya, dia tersenyum bangga, "Dasar kamu, nanti pulang akan aku layani dengan hukuman keluarga!"

Aurora bergeser kesamping Calvin, dia berbisik, "Hukuman keluarga?"

Calvin menahan ketawa dan berkata dengan pelan, "Yah kurang lebih Wesley menutup telingannya sendiri dan memainkan biola ke burung ini!"

Aurora mengiyakan, dia menatapi Calvin dengan penuh rasa ingin tertawa.

Calvin tahu apa yang terpikir dibenak Aurora, wajahnya merah, dia berpura-pura batuk dan mengganti topik, "Wesley, kapan kamu belikan sebuah sangkar? Nasi Tim sering kabur kesana kemari dan terluka, ini juga bukanlah sebuah hal yang baik."

Aurora sedikit bingung, apakah orang dikpta B tidak membeli sangkar burung ketika memelihara burung?

"Tidak mau beli." Lelaki muda ini memainkan rambutnya.

"Dia adalah dia, aku adalah aku, manusia punya kebebasan, burung juga punya kebebasan, selain memberikannya makan, aku juga tidak melakukan apapun, atas dasar hak apa aku merebut kebebasan darinya?"

Calvin merasa tercengang.

Wesley menatapinya dengan penuh percaya diri dan merasa memang seharusnya begitu.

Aurora tersenyum, dia menyadari bahwa Calvin menjadi sangat mudah untuk menjadi lemah ketika berada dihadapan Wesley, pertemuan pertama kali seperti begitu, dan begitu juga dengan hari ini.

Lalu terakhir dia tahu bahwa ada sebuah kata yang bernama aura.

dan kata ini seperti khusus dibuat untuk Wesley.

Novel Terkait

Menantu Hebat

Menantu Hebat

Alwi Go
Menantu
4 tahun yang lalu
Because You, My CEO

Because You, My CEO

Mecy
Menikah
4 tahun yang lalu
Cinta Dibawah Sinar Rembulan

Cinta Dibawah Sinar Rembulan

Denny Arianto
Menantu
4 tahun yang lalu
Loving Handsome

Loving Handsome

Glen Valora
Dimanja
3 tahun yang lalu
Thick Wallet

Thick Wallet

Tessa
Serangan Balik
4 tahun yang lalu
After The End

After The End

Selena Bee
Cerpen
5 tahun yang lalu
Love at First Sight

Love at First Sight

Laura Vanessa
Percintaan
4 tahun yang lalu
Cinta Seorang CEO Arogan

Cinta Seorang CEO Arogan

Medelline
CEO
4 tahun yang lalu