Ten Years - Bab 5 Pria idaman
Musim gugur tiba, perlahan-lahan cuaca semakin dingin, meskipun Ibu Wen beberapa kali membelikan pakaian untuk Aurora tapi Kakek Wen melihat dia tidak pernah memakainya sekali pun.
“Aurora, kenapa kamu masih mengenakan seragam sekolah?” Pria tua itu mengerutkan keningnya sambil melihat cucunya.
“Sekolah baru membagikannya, sangat bagus.” Aurora berkata dengan terbata-bata, dan suaranya sedikit pelan.
“Sekarang kamu ada di keluarga Wen, dan bukan di keluarga Yun.” pria tua itu semakin menegangkan dahinya, perlahan-lahan dia mulai marah.
Apakah anak ini menggunakan cara ini untuk melawan? Anak perempuan dari keluarga Wen, meskipun bermarga Wen, kapan pernah ditindas? Buat apa dia berbuat seperti ini!
Aurora menggenggam ujung bajunya dan menundukkan kepalanya dengan lembut, "Aku mengerti."
Mendengar logat Jiangnan gadis itu yang masih kentara, Kakek Wen terkejut karena dirinya telah mengatakan kata-kata yang kasar, memikirkan berbagai macam hal yang telah berlalu, dia merasa bersalah di dalam hatinya: "Jika kamu menyukai seragam sekolah, kamu pakai saja." Dia menghela nafas, "Hanya saja, apakah baju itu pas di tubuhmu ? "
“Ini sangat hangat.” Aurora menjawab dengan cepat dengan menggunakan logat Wushui, lalu dia kembali mengatakannya lagi dengan bahasa mandarin yang buruk, dengan lembut tangannya memperlihatkan bagian dalam mantel, yang tebal, dan terlihat sangat tahan dipakai.
"Bagus kalau hangat." Pria tua itu merenggangkan otot dahinya yang tegang, dan matanya yang tajam seperti elang berubah menjadi hangat. "Aku bisa mengerti logat Wushui, kamu tidak perlu merubah logat bicaramu."
Aurora terkejut dan langsung tersenyum, matanya cerah, dan berwarna lembut dan jernih.
“Ketika aku berusia sekitar delapan belas atau sembilan belas tahun, aku pernah memimpin pasukan selama beberapa bulan di Desa Wushui.” Suara pria tua itu tidak lagi tegas seperti biasanya, sebaliknya menjadi penuh dengan kelembutan, dia menatap Aurora, alisnya yang tegas juga berubah menjadi lembut
"Aurora , matamu sangat mirip dengan mata nenekmu."
Lambat laun, Aurora tahu jalan ke sekolah, jadi dia terbiasa pulang dan pergi ke sekolah dengan berjalan kaki atau naik bus sendirian.
Jika dikatakan sangatlah kebetulan, jelas-jelas mereka adalah satu keluarga, tapi Aurora selalu tidak bertemu dengan Calvin, dia hanya bisa bertemu dengannya saat sedang makan malam.
Meskipun dia ingin berbicara dengan Calvin, tapi mengingat dia tidak pandai berbicara, akhirnya dia mengurungkan niatnya. Mengenai Ibu Wen, dia selalu sibuk dengan konser pianonya, jadi Aurora juga jarang bertemu dengannya.
Di dalam kelas, Aurora selalu bersikap baik, dan dia tidak pernah marah dan hanya tersenyum saat mendengar orang lain mengejeknya. Perlahan-lahan mereka merasa bosan dan berhenti menggodanya.
Seiring waktu, semua orang menyadari kesabaran Aurora membawa banyak manfaat. Saat tidak ingin bertugas, mereka hanya perlu memanggil Aurora, dan mereka akan selalu mendapat jawaban "Baik", lalu seluruh kelas akan dibersihkan dan diatur dengan rapi.
Di dunia ini, hal yang paling mengerikan adalah kebiasaan, dan hal yang paling membuat orang terbiasa adalah hal yang mudah
Dan kebiasaan Aurora ini membuat semua orang kaget. Jika orang lain, bahkan Bodhisattva juga mungkin akan meledak karena memendam amarah, tetapi Aurora merasa kadang-kadang sedikit menderita merupakan sebuah berkah.
Satu hari ini, setelah dia selesai membersihkan ruang kelas, langit sudah menjadi gelap, jika pulang dengan menaiki bus terakhir dia masih harus menunggu setengah jam oleh karena itu Aurora memilih untuk berjalan kaki.
Dia terbiasa berjalan menyusuri gang sempit, lampu jalan yang oranye dan redup dengan anehnya membuatnya merasa hangat dan tenang. Jalan ini terbuat dari bebatuan, ketika dia menginjakkan kakiknya di jalan ini dia akan merasakan ada sesuatu yang sedikit tajam.
Ketika berjalan sampai di bagian gang yang dalam Aurora berhenti. Dia bisa melihat dengan jelas sosok dua yang saling berdempetan dengan ambigu.
Terang, gelap, bertautan, romantis, membara.
Anak muda itu, mengenakan sweter berleher rendah yang berwarna fuchsia.
Dia berdiri di bawah cahaya lampu, tulang punggungnya yang kurus membuatnya terlihat arogan, lehernya sedikit ditekuk, dan lengannya memeluk gadis berambut panjang yang wajahnya tidak begitu kelihatan, bibirnya bertautan dengan bibir gadis yang berada di dalam pelukannya. Rambut hitamnya yang menyapu telinga terlihat indah, perlahan-lahan tanpa sadar menyapu leher yang putih. Wajahnya indah yang tersembunyi dalam cahaya dan bayangan, membuat orang tergoda.
Saat Aurora yang masih polos melihat pemandangan ini, dia merasa malu dan canggung. Tapi, pada detik ini, dia lupa untuk bersembunyi, sambil menggendong tas sekolahnya dia menatap lurus kearah pemuda itu.
Wesley.
Bibir Aurora sedikit menekuk, dia menghela napas tanpa bersuara, dalam hati dia merasa yakin, dan bahkan dia merasa tidak masuk akal.
Jelas-jelas dia tidak pernah benar-benar melihat wajah pemuda itu dengan jelas, dan dia tidak pernah mengucapkan sepatah kata pun kepadanya, tetapi dia memiliki kesan yang jelas di hatinya.
Tiba-tiba, pemuda itu sepertinya merasakan tatapan mata di belakangnya, dia melepaskan tangannya dari pinggang gadis itu, lalu dia berbalik, dan dengan tenang menatap tukang intip yang tidak sengaja menerobos.
Aurora terkejut dan merasakan dirinya tidak sopan, dengan takut dia menatap mata pemuda itu.
Tapi tiba-tiba, hanya ada satu suara yang terdengar di telinga, suara itu sangat akrab, seperti suara nafas yang terdengar saat semuanya menghilang di kala dia kecil saat dia tidak sengaja tenggelam karena terlalu sibuk bermain.
Perasaan ketakutan, keputusasaan, keengganan yang membuatnya merasa dirinya merasa lega, mulai menghampirinya.
Aurora kembali melirik pemuda itu, pupil mata pemuda itu yang hitam, menatap matanya dengan tatapan acuh tak acuh, arogan dan tidak peduli.
Dia menundukkan kepalanya, kepang panjangnya mengenai pipinya, dan dengan panik dia bergegas pergi meninggalkan tempat itu.
Ketika dia kembali ke rumah, hari sudah gelap, dan Bibi Zhang sudah menunggunya.
Dia berlari di sepanjang jalan, pikirannya kosong, dan dia hanya merasa kehausan. Dia mengambil teh di atas meja dan menuangkannya ke dalam mulutnya, tetapi air itu masuk di hidungnya dan membuatnya tersedak dan batuk dengan keras.
Calvin yang kebetulan turun ke bawah melihat wajah Aurora yang memerah, dan dia sedang batuk tidak berhenti, oleh karena itu dia membantu menepuk punggungnya, untuk memperlancar pernafasannya. Setelah beberapa saat, Aurora akhirnya berhasil mengatur nafasnya, dan saat dia berbalik dia melihat Calvin .
“Tersedak?” Calvin bertanya dengan hangat sambil tersenyum.
Aurora mengangguk. Saat berhadapan dengan keluarga Wen dia selalu tidak pandai berbicara, saat dia harus berbicara dia akan menggunakan kata-kata yang paling sederhana dan kata-kata dengan logat bahasa yang paling jelas
Calvin tahu Aurora merasa tidak nyaman ketika bertemu dengan dirinya dan dia tidak merasa keberatan dengan hal ini. Setelah mengucapkan beberapa kata, dia bersiap untuk pergi.
"Tunggu ..." beberapa hari ini Aurora terus merasa gelisah di dalam hatinya, meskipun malu, dia tetap menghentikan Calvin.
“Hmm?” Calvin berbalik, dia merasa sedikit bingung.
Aurora mengangguk lalu dia berbalik ke atas, setelah beberapa saat, dia berjalan turun sambil mengangkat sebuah koper.
“Apa ini?” tanya Calvin curiga.
“Bajunya ... di sini.” Aurora menunjuk ke koper dan menjelaskan dengan lembut.
“Dia?” Senyuman di wajah Calvin perlahan-lahan menghilang, dan tatapan matanya menjadi dingin.
“Baju, harus dipakai.” Aurora tahu Calvin telah salah paham dengan apa yang dia maksudkan, tetapi saat ini dia tidak tahu harus bagaimana menjelaskannya.
“Kamu tidak harus seperti ini.” Calvin tahu bahwa Aurora sedang berbicara tentang Zoey, ekspresi wajahnya penuh dengan perasaan yang bercampur aduk.
Meskipun dirinya dan Aurora adalah kakak beradik, tapi karena Zoey dia merasa curiga dan cemburu terhadapnya, tetapi melihat dia tidak pernah membahas soal Zoey, perlahan-lahan dia merasa lega.
Tapi sekarang, secara terang-terangan dia membicarakan soal Zoey, dan dia berbicara tentang pakaian Zoey di depannya. Bagi Calvin , itu seperti ejekan terhadap Zoey dan dia seperti kembali melakukan pengusiran memalukan terhadap Zoey.
Aurora meletakkan koper di depannya, sambil menatap Calvin dengan lembut, lalu dia memberikan isyarat kepadanya untuk membukanya.
Calvin langsung merasa marah, wajah langsung berubah menjadi dingin, dia menyingkirkan tangannya, dan koper itu langsung jatuh ke lantai.
Begitu mendengar suara yang keras Bibi Zhang yang sedang memasak bubur di dapur dan masih mengenakan celemeknya, bergegas pergi ke ruang tamu, saat dia sampai di ruang tamu dia melihat pakaian berserakan di mana-mana, kebanyakan adalah pakaian musim gugur yang belum dibuka.
“Ada apa? Aurora, kenapa kamu menurunkan semua pakaian baru yang dibelikan ibumu untukmu?” dengan bingung Bibi Zhang melihat pakaian yang Clairine belikan untuk Aurora beberapa hari yang lalu. Meskipun saat itu anak itu tidak mengatakan apa-apa, tapi dia terlihat sangat bahagia, tetapi anehnya dia tidak pernah menggunakannya sama sekali.
Calvin terkejut, dan dia tertegun di tempat. Setelah beberapa saat, dengan lembut dia mengambil sepotong pakaian dari lantai dan melihat di bagian label. Ternyata itu memang ukuran Zoey. Saat dia mendongak dia melihat wajah Aurora yang terlihat sangat tenang, dia merasa sangat malu.
"Bu, dia ..." Calvin mencoba mengatakan sesuatu, tetapi ketika dia melihat seragam sekolah Aurora yang sangat sederhana dan bagian lengannya yang sudah usang, dia tidak bisa berkata apa-apa.
Ibu, tidak mungkin tidak tahu, Aurora jauh lebih tinggi daripada Zoey.
Dia sengaja menggunakan cara ini untuk melampiaskan ketidakpuasannya terhadap kakek.
Untuk pertama kalinya, Calvin terkejut dengan ketidakadilan dirinya dan ibunya terhadap Aurora.
Baik disengaja atau tidak, Ibu melampiskan rasa sakitnya kepada Aurora .
Sedangkan dia, sambil tersenyum, dia menambahkan minyak ke dalam api .
Gadis itu bisa melihat semuanya tetapi dia hanya tersenyum dengan tenang.
Novel Terkait
Cinta Dibawah Sinar Rembulan
Denny AriantoBretta’s Diary
DaniellePejuang Hati
Marry SuHabis Cerai Nikah Lagi
GibranDon't say goodbye
Dessy PutriLoving Handsome
Glen ValoraTen Years×
- Pendahuluan
- Bab 1 Sebaskom air yang disiramkan
- Bab 2 Ibu
- Bab 3 EVE sebelumnya dipanggil Evan Xin
- Bab 4 Sebuah bom yang bernama Zoey
- Bab 5 Pria idaman
- Bab 6 Burung Bernama Nasi Tim
- Bab 7 Tuan Muda Yan Ketika Gagah (1)
- Bab 7 Tuan Muda Yan Ketika Gagah (2)
- Bab 7 Tuan Muda Yan Ketika Gagah (3)
- Bab 8 Yang Lainnya Juga Adalah Satu
- Bab 9 Bola Voli Terlempar Kemari
- Bab 10 Kata-kata yang menyakitkan (1)
- Bab 10 Kata-kata yang menyakitkan (2)
- Bab 10 Kata-kata yang menyakitkan (3)
- Bab 11 Aku Bukan Siapa-Siapa
- Bab 11 Aku Bukan Siapa-Siapa (2)
- Bab 12 Orang yang Tidak Bersedia Jadi Budak (1)
- Bab 12 Orang yang Tidak Bersedia Jadi Budak (2)
- Bab 13 Kejujuran yang Dekat Namun Jauh
- Bab 13 Kejujuran yang Dekat Namun Jauh (2)
- Bab 14 Siapa yang lupa akan gadis keluarga Yun (1)
- Bab 14 Siapa yang lupa akan gadis keluarga Yun (2)
- Bab 14 Siapa yang lupa akan gadis keluarga Yun (3)
- Bab 15 Waktu bersama Wesley Yan dan Aurora Wen (1)
- Bab 15 Waktu bersama Wesley Yan dan Aurora Wen (2)
- Bab 15 Waktu bersama Wesley Yan dan Aurora Wen (3)
- Bab 16 Menjelang Tahun Baru Imlek (1)
- Bab 16 Menjelang Tahun Baru Imlek (2)
- Bab 17 Perkelahian
- Bab 17 Perkelahian (2)
- Bab 17 Perkelahian (3)
- Bab 18 Siapa yang Dimarahi (1)
- Bab 18 Siapa yang Dimarahi (2)
- Bab 19 Kamu Sangat Baik (1)
- Bab 19 Kamu Sangat Baik (2)
- Bab 20 Bukan Sebuah Lelucon (1)
- Bab 20 Bukan Sebuah Lelucon (2)
- Bab 21 Berkeliaran Sendirian (1)
- Bab 21 Berkeliaran Sendirian (2)
- Bab 22 Ada Gadis Cantik Bernama Rosie (1)
- Bab 22 Ada Gadis Cantik Bernama Rosie ( 2)
- Bab 22 Ada Gadis Cantik Bernama Rosie ( 3)
- Bab 23 Susu dan Arak (1)
- Bab 23 Susu dan Arak (2)
- Bab 24 Siapa yang Akan Terlebih Dahulu Mendapatkan Wanita Cantik itu? (Bagian 1)
- Bab 24 Siapa yang Akan Terlebih Dahulu Mendapatkan Wanita Cantik itu? (Bagian 2)
- Bab 25 Joe Kecil yang Bahagia dan Polos (1)
- Bab 25 Joe Kecil yang Bahagia dan Polos (2)
- Bab 26 Masa lalu mengubah masa kini (1)
- Bab 26 Masa lalu mengubah masa kini (2)
- Bab 27 Memainkan sinetron (1)
- Bab 27 Memainkan sinetron (2)
- Bab 28 Teman masa kecil yang saling mempercayai (1)
- Bab 28 Teman masa kecil yang saling mempercayai (2)
- Bab 29 Orang yang berjodoh (1)
- Bab 29 Orang yang berjodoh (2)
- Bab 30 Kegenitan remaja (1)
- Bab 30 Kegenitan remaja (2)
- Bab 31 Tidak Ada Keberuntungan Tidak Panjang Umur Benar-Benar Tampan (1)
- Bab 31 Tidak Ada Keberuntungan Tidak Panjang Umur Benar-Benar Tampan (2)
- Bab 31 Tidak Ada Keberuntungan Tidak Panjang Umur Benar-Benar Tampan (3)
- Bab 32 Selamanya Tidak Melakukan Perbuatan Yang Melukai Perasaan (1)
- Bab 32 Selamanya Tidak Melakukan Perbuatan Yang Melukai Perasaan (2)
- Bab 32 Selamanya Tidak Melakukan Perbuatan Yang Melukai Perasaan (3)
- Bab 33 Tidak Lebih Baik Dari Vampir Dulu (1)
- Bab 33 Tidak Lebih Baik Dari Vampir Dulu (2)
- Bab 33 Tidak Lebih Baik Dari Vampir Dulu (3)
- Bab 34 Aku Mulai Permulaianmu (1)
- Bab 34 Aku Mulai Permulaianmu (2)
- Bab 34 Aku Mulai Permulaianmu (3)
- Bab 35 Ucapan Selamat Ulang Tahun di balik lensa kamera (1)
- Bab 35 Ucapan Selamat Ulang Tahun di balik lensa kamera (2)
- Bab 35 Ucapan Selamat Ulang Tahun di balik lensa kamera (3)
- Bab 36 Momen setelah hujan (1)
- Bab 36 Momen setelah hujan (2)
- Bab 37 Seluruh dunia mengetahuinya (1)
- Bab 37 Seluruh dunia mengetahuinya (2)
- Bab 37 Seluruh dunia mengetahuinya (3)
- Bab 38 Perbedaan Cerita di Atas dan di Bawah Panggung (1)
- Bab 38 Perbedaan Cerita di Atas dan di Bawah Panggung (2)
- Bab 38 Perbedaan Cerita di Atas dan di Bawah Panggung (3)
- Bab 39 Grinch juga Sangat Penting (1)
- Bab 39 Grinch juga Sangat Penting (2)
- Bab 40 Kepalsuan di Balik Topeng (1)
- Bab 40 Kepalsuan di Balik Topeng (2)