Ten Years - Bab 33 Tidak Lebih Baik Dari Vampir Dulu (2)

Setelah menutup telepon, Aurora kembali menelepon, "Apa ini Mary, aku bilang ya ...."

Langkah yang sama, perkataan yang sama.

"Kapan kamu memungut kembali semua baju-baju itu?" Wesley Yan menatap baju-baju yang beraneka ragam dengan sedikit benci.

"Wesley, bagaimana kalau berakting bersama?" Aurora tertawa.

"Bayarannya?" Wesley Yan menyodorkan tangannya yang putih.

"Armani, Calvin Klein, Givenchy, Versace, satu brand dua?" Aurora berkata dengan wajah yang lembut.

"Ok!" Wesley Yan merasanya dirinya sangatlah patuh dan langsung menjawab begitu saja.

Tidak lama kemudian, bel berbunyi, dan Evan Xin masuk dengan senang.

"Yo, yo, Aurora, kita adalah saudara. Dimana bajunya, jangan sungkan ya. Selama itu punya Welsey, berapa banyak pun aku bisa pakai."

Hehe, mendapat hadiah Armani adalah hal kecil, tapi mendapat keuntungan dari Wesley Yan, adalah suatu hal yang tidak dapat ditemui dalam waktu ribuan tahun.

Wesley Yan berpura-pura teriak dari samping, "Aurora, kenapa kamu bisa memberikan baju-baju ini kepada dia? Edisi terbatas nih. Kalau sekarang tidak bisa dipakai, tunggu aku gemuk dulu baru pakai!"

Evan Xin melihat baju yang terlipat rapi di atas sofa. Logo Armani terlihat baru, tapi warnanya saja yang agak aneh.

"Tunggu kamu gemuk dulu baru kukembalikan padamu!" Evan Xin sombong dan mengangkat baju-baju itu, "Ini 'kan. Kalau kamu tidak bilang, edisi terbatas berbeda dengan biasanya. Dilihat dari warnanya saja, sangat Armani. Hehe."

Wesley Yan membalikkan badan, kelihatannya sangat berduka, tapi sebenarnya bahunya bergetar tidak henti.

Aurora tersenyum, melihat pergelangan tangan, kira-kira sudah akan tiba.

Ting tong, bel rumah berbunyi lagi.

Joseph Chen berjalan masuk.

Mereka bertatapan, dan ada gledek yang menggelegar.

"Kenapa kamu datang. Belum cukup digigit olehku?!" kedua anak muda saling menunjuk satu sama lain, secara bersamaan bicara dan sangatlah marah.

"Aurora yang menyuruh aku datang tahu!" dilanjutkan dengan Joseph Chen.

Aurora tersenyum, menyodorkan tisu pada Wesley Yan, menggunakan suara yang bisa didengar oleh kedua orang, "Hapus."

Tertawa sampai air liur sudah akan menyembur keluar.

Kali ini, kedua anak muda menoleh ke arah Aurora.

Aurora tersenyum cantik, "Evan, aku yang mengundang Mary datang. Aku pikir, sebanyak ini, kamu juga tidak akan habis memakainya, lebih baik membagikan setengah pada Mary."

"Tidak perlu pikir lagi, aku tidak akan berbagi baju dengan monster ini!" kedua anak muda, yang satu putih, satu hitam, satu cantik, satu kasar, tapi ketika berdiri bersampingan, malah menampilkan pemandangan yang cantik.

Aurora tertawa dan merasa tidak berdaya, "Kalau begitu bagaimana?"

Joseph Chen pulang dari luar negeri. Beberapa hari lalu juga dengan mudah bisa menukar pertunjukkan Wesley Yan. Setelah dipikir-pikir, pasti sangat kaya.

"Aurora, baju-baju ini adalah edisi terbatas. Aku tidak akan membuatmu rugi. Aku beli saja semuanya!" kemudian, dia sekalian merendahkan Evan Xin.

Evan Xin juga sejak kecil hidup dalam kelimpahan, tidak pernah bertemu hal mewah apa, jadi bagaimana mungkin merendahkan harga diri sekarang.

"Sialan! Monster ini, kasar, tidak sopan, generasi kedua dari kapitalisme. Aku adalah orang yang lurus, tidak takut padamu! Aurora, katakan, berapa harga baju-baju ini. Aku beli semua, anggap saja berbakti pada Kakek Yan!"

Inilah yang Aurora tunggu-tunggu.

Aurora ingin tertawa tapi dia menahannya.

"Apa harus seperti ini?" Aurora mengerutkan dahi, lalu menunjuk baju-baju yang ada di atas sofa dengan kesulitan.

"Harus seperti ini!" kedua anak muda itu saling memandang dengan marah, tidak ada yang mau mengalah.

"Oh." Aurora mengelus hidung, masuk ke dalam ruang cuci, mengeluarkan baju-baju dengan jumlah sama yang sudah dilipat rapi, hanya warnanya saja yang agak aneh dan tersenyum.

"Nih, masih ada satu. Satu orang satu, jangan rebutan."

Kemarin Aurora sengaja membagi baju-baju menjadi dua set yang sama, agar tidak terjadi perselisihan yang tidak perlu.

Kedua anak muda bingung.

Wesley Yan tertawa sampai terjatuh dari atas sofa.

Masalah ini, dijadikan masalah ikonik dimana Aurora menjadi jahat yang diungkit ribuan kali oleh Evan dan Joseph. Begitu diungkit, akan menggunakan nada bicara sayang, "Aurora awalnya adalah anak yang sangat baik. Semenjak ikut dengan Wesley, berubah menjadi jahat. Wesley adalah bencana nih!"

"Sialan, kamu yang bencana! Satu keluarga kalian semuanya bencana." Wesley Yan mengangkat alis dan memarahi, "Aurora kami selalu merupakan anak yang patuh. Dari mana menjadi jahat? Cik! Sepasang gay! Kalau tidak ada Aurora, memangnya kalian bisa berhubungan? Dasar tidak tahu berterima kasih!"

Evan Xin dan Joseph Chen malu, tidak berkata apa-apa.

Yang jelas, kemudian, lalu kemudian lagi, Wesley Yan memakai Armani, Calvin Klein, Givenchy, Versace dengan senang. Satu brand dua baju.

Wesley Yan sangat malas, ribut ingin menggambar matahari pagi, tapi meskipun sudah membuat tiga alarm, merusakkan satu, menjatuhkan sampai rusak dua kali, tapi tetap tidak bisa memenuhi harapan.

Aurora berkata, "Aku bangunkan kamu saja."

Wesley Yan berkata, "Kalau aku tidak sengaja menganggapmu sebagai alarm ..." Wesley Yan berhenti berkata dan khawatir.

"Tidak apa-apa." Aurora tertawa. Aku adalah manusia yang cerdas, mana bisa dibandingkan dengan alarm-mu yang tidak bisa kabur? Bukanlah benda yang sama, mengerti tidak? Perkataan itu dikatakan di dalam hati, bukan dikatakan untuk Wesley Yan.

Keesokan harinya, hari sedikit gelap. Kabut seperti bunga yang tersusun panjang, di langit yang tanpa bulan dan matahari, menunggu takdirnya sendiri.

Aurora melihat Wesley Yan yang masih tidur dengan nyenyak. Wajah yang polos, alis rapi, mirip sekali dengan malaikat dan tidak tega untuk membangunkan. Tapi perkataan mimpi Wesley Yan waktu itu kembali datang, "Hei, Aurora, kenapa kamu begitu bodoh. Bodoh sekali, bodoh sekali ..."

Inilah perbedaan iblis dengan malaikat. Dulu ketika Lucifer dilempar ke dalam neraka, memang benar tidak boleh diampuni.

Aurora berjalan ke samping ranjang Wesley Yan, lalu meletakkan handuk yang sudah ditaruh semalaman di dalam kulkas ke atas wajah Wesley Yan. Satu, dua, tiga.

"Aaaaaaa!"

"Sudah bangun 'kan?" Aurora tertawa, melihat Wesley Yan terduduk di atas ranjang.

Wesley Yan membesarkan mata dan setengah menit kemudian baru tersadar. Kedua tangannya memukul bantal dengan kesal.

Kemudian, terbatuk dua kali, tidur kembali dengan sedih, memejamkan mata dan melanjutkan mimpi.

Novel Terkait

Mr. Ceo's Woman

Mr. Ceo's Woman

Rebecca Wang
Percintaan
4 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku CEO Misterius

Ternyata Suamiku CEO Misterius

Vinta
Bodoh
4 tahun yang lalu
Wanita Yang Terbaik

Wanita Yang Terbaik

Tudi Sakti
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Mendadak Kaya Raya

Mendadak Kaya Raya

Tirta Ardani
Menantu
4 tahun yang lalu
Adore You

Adore You

Elina
Percintaan
4 tahun yang lalu
My Japanese Girlfriend

My Japanese Girlfriend

Keira
Percintaan
4 tahun yang lalu
Love From Arrogant CEO

Love From Arrogant CEO

Melisa Stephanie
Dimanja
4 tahun yang lalu
Unperfect Wedding

Unperfect Wedding

Agnes Yu
Percintaan
5 tahun yang lalu