Ten Years - Bab 3 EVE sebelumnya dipanggil Evan Xin

Saat di Desa Wushui, selain adiknya Andrew Yun, Aurora memiliki banyak teman bermain yang tumbuh bersama sejak kecil, tetapi belum naik ke bangku SMA, mereka semua sudah pergi meninggalkan kampung halaman dan mengejar impian di beberapa kota maju di bagian utara tiongkok. Sebelum pergi mereka semua memeluknya dan berkata kepadanya, "Aurora, Aurora, aku tidak rela harus berpisah denganmu, kita harus saling menulis surat setiap hari."

Dari awal saling berkomunikasi dengan mengirim surat hingga kehilangan kontak, hanya terjadi dalam beberapa bulan saja. Hanya saja hal ini benar-benar membuat Aurora merasa kikuk, setiap hari dia menghabiskan banyak untuk menulis surat, tetapi kemudian dia hanya bisa merasa galau menghadapi tumpukan surat "tak berpenerima" yang dikembalikan ini .

Sekolah tempat Aurora akan bersekolah adalah Xilin University, sekolah ini adalah sekolah terkenal di kota B yang terdiri dari SD, SMP dan SMA. Para siswa yang bersekolah di sana setidaknya memiliki salah satu dari kriteria di bawah ini, antara dia adalah siswa yang berprestasi, siswa yang kaya, atau siswa dari keluarga berpengaruh.

Setelah mempercayakan Aurora kepada Prof.Chen yang bertugas di biro administrasi akademik, Calvin langsung pergi dengan tergesa-gesa. Mendengarkan nada pujian dalam kata-kata Prof.Chen, Calvin pasti merupakan siswa yang memiliki prestasi yang luar biasa.

Prof.Chen tahu betul seberapa besar pengaruh yang dimiliki keluarga Wen. Mengetahui identitas Aurora yang sensitif, dia menempatkannya di kelas terbaik di SMA kelas 1 — Kelas C.

Aurora berdiri di depan pintu Kelas C, dengan sedikit bimbang, tangannya yang mengenggam tas sekolahnya berkeringat, mendengar pelajaran yang sedang berlangsung di dalam ruang kelas, dia mencoba masuk melalui pintu belakang dengan kikuk. Ketika berbalik, dia merasakan terpaan angin yang menghampiri dirinya, dia berputar lalu menabrak pintu yang tertutup rapat, dan jatuh dengan kebingungan.

"Sialan!, kenapa ada orang yang menghalangi pintu!" Dalam sekejap, ruang kelas menjadi sangat sunyi dan hanya terdengar suara gema dari umpatan kasar yang keras.

Aurora merasa pusing, dan matanya sedikit kabur, teriakan "Sialan" ini seakan membuatnya membuat rohnya keluar dari tubuhnya, ketika dia mengangkat kepalanya, dia merasa sangat terkejut saat melihat mulut berdarah dan delapan gigi putih besar milik orang yang menabraknya. Sepertinya berdarah, ketika Aurora melihat noda darah di telapak tangannya, akhirnya dia menyadari semua ini nyata.

Suasana yang awalnya tegang mulai mencair, dan suara gelak tawa yang keras langsung terdengar, dan bahkan ada yang mulai berteriak dengan berani : "Bibi, usiamu sudah tua, jaga kesehatanmu!"

Pria itu mengacak rambut hitamnya lalu dia berbalik dan berkata dengan marah: "Fuck you! Kamu yang bibi! Seluruh keluargamu adalah bibi!"

“Evan Xin !” wajah bu guru yang sedang berada di atas podium memerah seperti tomat, dan sekujur tubuhnya gemetar karena marah.

"Ah, ini Guru Guo, aku minta maaf, aku salah. Anda jangan marah, anda begitu cantik, raut wajah marah sangat tidak cocok dengan anda, menurut anda benar tidak? Banyak tersenyum akan membuat anda lebih muda sepuluh tahun!" anak muda itu tersenyum dengan jahil, lalu berkata dengan setengah mengejek dan setengah sinis.

"Kamu !!! Kembali ke tempat dudukmu !!!"

“Baik!” anak muda itu memberikan hormat militer, lalu dia memperlihatkan giginya yang putih dan tiba-tiba dia menjulurkan tangannya di depan Aurora .

Aurora terdiam, dan mulai berkeringat dingin.

“Kenapa diam saja?” anak muda itu menyeringai, lalu dia meraih pergelangan tangan Aurora dan menariknya dari lantai.

Setelah itu, Aurora yang belum sempat memperkenalkan dirinya, bergabung ke dalam kelas barunya dalam keadaan bingung.

Para siswa di kelas menatap Aurora dengan acuh tak acuh. Dia adalah pelajar pindahan dari selatan, wajahnya biasa-biasa saja, keluarganya memiliki koneksi, mengetahui semua ini sudah cukup. Setiap orang mati-matian masuk ke kelas C agar bisa diterima di universitas bergengsi, dari pada mengurusi delapan belas generasi leluhur orang lain lebih baik mengerjakan dua soal lagi.

Tapi, ada beberapa hubungan yang sial telah dipupuk sejak saat ini.

Dalam sepuluh tahun berikutnya dari waktu ke waktu Evan Xin megalami kesedihan dan kemarahan, dia mengacak rambutnya yang sudah berantakan, lalu dengan jarinya yang gemetar dia menunjuk Aurora dan Wesley, dan dia sangat ingin memuntahkan sekendi darah kepada mereka: "Aku Evan Xin seumur hidupku, teman yang aku miliki sangat banyak, kenapa aku harus bertemu kalian berdua?! "

Aurora tersenyum, tatapan matanya sangat lembut, "Benarkah?"

Wesley tertawa sinis, lalu dia menggerakkan bibirnya dan berkata: "Whisper , benar-benar sudah menyusahkanmu?!"

Evan berkata dengan marah: "Wesley kamu tidak boleh memanggilku Whisper !!!"

Wesley membuka matanya lebar-lebar dan berkata dengan lugu: "Bagaimana kalau Ladycare?"

Wajah Evan penuh dengan air mata: "Apa bedanya?"

Aurora berpikir sejenak lalu menjawab dengan serius: "Ladycare tidak sebagus Whisper."

Mulut Evan langsung berbuih.

Bagi Evan Xin , jika Aurora dan Wesley bersama pasti akan membuatnya umurnya berkurang 50 tahun, tetapi jika mereka tidak bersama, mungkin akan membuat umurnya berkurang 100 tahun.

Dengan berlinangan air mata, dia berkata: "Kalian para berandalan jangan mengira kami mudah. Jika jika bukan demi hidup lima puluh tahun lagi, aku lebih memilih menggunakan Ladycare sebagai popok setiap hari, dari pada mengurusi dua orang yang tidak tahu malu itu!!! "

Intinya, bagi Evan Xin , yang sudah lama terkenal di Xilin University, "Bertemu dengan Aurora Wen merupakan kesalahan dalam hidupnya".

Sejak hari itu, di dalam kelas Aurora akan tersenyum ketika dia bertemu dengan orang, dan tidak dibenci sama sekali. Dia selalu duduk diam di tempat duduknya, seperti orang yang tidak terlihat.

Sangat kebetulan, Evan Xin , yang menabraknya, yang kebetulan duduk di belakangnya juga tidak suka berbicara, tetapi ketika dia beradu mulut dengan orang dia bisa membuat orang sesak nafas. Tetapi para gadis suka mencarinya beradu mulut dan dibuat marah olehnya hingga wajah mereka berubah menjadi merah dan ungu, tetapi dia tidak marah, dan hanya mengalihkan pembicaraan ke "Wesley , Calvin Wen ".

"Sejak kapan aku menjadi pembantu mereka berdua?" pemuda itu berkata dengan sinis

“Bukankah kamu Wesley dan Calvin Wen adalah teman sejak kecil?” wajah gadis berbicara dengannya itu memerah.

Aurora terkejut, dan bolpoin di tangannya menggoreskan sebuah garis yang tidak beraturan di buku latihannya.

"Jika aku mengatakannya aku khawatir idola kalian akan kecewa! Kakak-kakak, terserah kalian mau pergi kemana saja, aku sudah bertahun-tahun tidak menjadi paparazzi." pemuda itu tidak memberi muka dan mengibaskan tangannya untuk mengusir gadis-gadis itu.

Mengingat sebaskom air yang membasahi tubuh Calvin, Aurora langsung tertawa.

“Kakak, apa yang sedang kamu tertawakan?” pemuda itu terlihat bingung melihat ke bahu orang di depannya yang sedikit bergetar.

“Tidak apa-apa,” Aurora berkata dengan pelan, suaranya sangat lembut.

“Kenapa suara gadis ini terdengar begitu aneh?” Evan Xin bergumam pelan.

Aurora menutup mulutnya, dan kembali mengerjakan soalnya.

"Ah! Kenapa aku bisa melupakan hal ini!" pemuda itu sepertinya mengingat sesuatu, dia menepuk-nepuk dahinya, dan menatap punggung kurus di depannya, lalu mengambil pensil dan menusuk gadis itu dengan pelan dan bertanya, "Apa margamu?"

“Aurora Wen, aku.” Aurora berbalik dan menatap mata pemuda itu. Logat bicaranya masih aneh, dan memberikan kesan yang berbeda.

“Ternyata memang bermarga Wen.” tidak tahu ada apa dengan Evan Xin, dia teringat dengan gadis yang lain, suaranya berubah menjadi dingin, dan perlahan-lahan, tangannya yang sedang memegang pensil itu mengendur.

Meskipun sejak kecil Evan Xin semberono dan selalu melakukan sesuatu tanpa memikirkan konsekuensinya, tapi dia tidak pernah melakukan hal remeh seperti mengucilkan orang lain. Meskipun dia akan membuat pengecualian untuk Zoey, dia pasti tidak akan melampiaskan amarah kepada seorang gadis kecil yang patuh, kampungan, dan bahkan tidak bisa menggunakan bahasa mandarin dengan baik. Sebagai laki-laki, dia selalu harus menjaga muka, jika tidak, dia tidak akan bisa mengangkat kepalanya di depan Wesley ! ! !

Dia merasa kesal dan marah, oleh karena itu dia membanting bukunya.

Dalam hati Aurora samar-samar merasa hal ini berhubungan dengannya, mendengarkan suara kasar yang jelas, entah kenapa hatinya menjadi tenang, dan alisnya tetap terlihat datar, hanya saja terdapat sentuhan kelelahan di matanya.

Malam itu, sewaktu pulang sekolah, seperti biasa Sekretaris Lee menunggu Aurora dan Calvin di tempat parkir yang tidak jauh. Kelas Calvin satu tingkatan lebih tinggi dari Aurora, jadi dia pulang sekolah lebih lama.

Ketika Calvin keluar, dia terlihat tenang, tapi tiba-tiba, dia seperti telah melihat sesuatu, dia berteriak ke arah pilar batu dengan tidak percaya, dan tatapan matanya langsung tertuju ke sana: "Zoey!"

Hati Aurora menciut, dia menoleh dan melihat ke arah yang sama, dia melihat siluet seorang gadis yang kurus dan berambut panjang yang sedang membeku di samping pilar batu. Dia mendengar teriakan Calvin, tetapi dia bergegas pergi.

Saat ini, Aurora tidak memikirkan apa yang dimaksud dengan "Zoey", dia hanya merasakan ada perasaan aneh di dalam hatinya, seolah-olah jawaban yang selalu dia cari ada di depan matanya, tetapi tiba-tiba dia langsung kehilangan rasa keingintahuannya.

“Zoey, bisakah kamu tidak pergi?” di depan pintu sekolah yang kosong penuh dengan suara kesedihan yang terdengar dengan jelas. Jari-jari ramping Calvin perlahan-lahan mengepal, pinggiran kemeja berwarna biru es yang melekat pada kulitnya sedikit berubah bentuk karena digenggam olehnya. Dia menunjukkan kesedihan di dalam hatinya seperti anak kecil.

Tapi gadis yang akrab dipanggil "Zoey", berjalan lurus ke depan, seolah-olah dia tidak mendengar apa-apa, dia melangkahkan kakinya selangkah demi selangkah, perlahan-lahan dia menegakkan punggungnya, dan menjadi angsa putih yang anggun.

Calvin Wen kehilangan kelembutan dan kesopanannya, tetapi dia tidak menyusulnya. Dia berjalan ke kejauhan, dan bersandar di pilar batu, setelah waktu berlalu cukup lama dia baru berjalan kembali, matanya merah, saat dia melihat Aurora tatapan matanya semakin sopan dan semakin dingin.

Hati Aurora seakan diselimuti oleh kabut, semuanya kabur dan dia tidak bisa melihat wujud asli dunia ini. Apakah mereka-Calvin dan "Zoey", sedang tersesat? Berjalan di jalan yang berlawanan, berjalan begitu gigih, tetapi kehilangan arah.

Sedangkan dia, meskipun dia belum pernah melakukan apa pun, asalkan dia hidup dan bermarga Wen, maka berarti sebagai sebuah kehancuran?

Novel Terkait

Jalan Kembali Hidupku

Jalan Kembali Hidupku

Devan Hardi
Cerpen
5 tahun yang lalu
Cinta Dan Rahasia

Cinta Dan Rahasia

Jesslyn
Kesayangan
5 tahun yang lalu
Gue Jadi Kaya

Gue Jadi Kaya

Faya Saitama
Karir
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Berpaling

Cinta Yang Berpaling

Najokurata
Pertumbuhan
4 tahun yang lalu
Unplanned Marriage

Unplanned Marriage

Margery
Percintaan
5 tahun yang lalu
Cinta Tak Biasa

Cinta Tak Biasa

Susanti
Cerpen
5 tahun yang lalu
Husband Deeply Love

Husband Deeply Love

Naomi
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Precious Moment

Precious Moment

Louise Lee
CEO
4 tahun yang lalu