Ten Years - Bab 28 Teman masa kecil yang saling mempercayai (1)
Zoey kembali ke Kediaman Wen, Kakek Wen yang menjemputnya sendiri. Di ruang kerja, Calvin dimarahi, dan masalah ini sepertinya sudah berakhir.
Tapi, Aurora menjadi lebih tidak suka berbicara dibandingkan sebelumnya, tapi setiap dia bertemu dengan orang dia tetap tersenyum, penampilannya yang lembut dan ramah tidak banyak berubah.
Ibu membelikannya banyak makanan, pakaian, dan mainan, dan bahkan ingin memasukkan semua ke dalam karung dan membawanya pulang. Kasih sayang ini, entah berasal dari malam tanpa tidur yang mana dan perasaan bersalah selama berapa lama. Tapi, ibu akhirnya merasa puas, jika dia masih merupakan anak yang berbakti, dia hanya bisa memuaskan semua orang.
Yang sangat menyedihkan adalah setiap kali dia melihat Zoey , Aurora selalu merasa takut dan tidak bisa dekat dengannya. Tapi di mata Calvin, dia malah terlihat seperti merasa bersalah karena telah melakukan kesalahan.
Entah sejak kapan, tiba-tiba Wesley Yan menjadi akrab dengannya dan memperlakukannya seperti teman baik, yang sudah bertahun-tahun tidak berjumpa. Dia menerima kebaikan ini dengan senyuman, dan merasa hidup lebih penuh dengan sandiwara daripada serial TV yang disiarkan setiap jam delapan.
Entah karena musim semi sudah tiba, setiap akhir pekan, dia selalu suka tidur dan sering tidak meninggalkan kamar selama sepanjang hari.
Membahas soal kamar, dia berinisiatif meminta kepada kakek untuk pindah ke kamar yang paling jauh dari tangga. Begitu jendela dibuka di depanya ada pohon paulownia. Ketika dia pindah ke kamar itu, ada dahan baru yang hijau muda dan penuh dengan vitalitas yang baru tumbuh di pohon.
Nasi tim sangat menyukai kamar barunya. Setiap tengah malam, dia selalu menyelinap ke depan jendelanya, dan berdiri di dahan pohon paulownia sambil berceloteh meminta makanan, burung dan manusia itu saling berkomunikasi. Nasi Tim berkata "daging cincang daging cincang", dengan aneh, seperti majikannya, sementara dia, membacakan buku bahasa mandarin kepadanya, dengan bahasa mandarin masih tidak bisa tertolong.
Setiap kali membaca kalimat terakhir dari 《Chu Shi Biao》, "Meneteskan air mata sambil menuliskan surat, sungguh tidak tahu harus mengatakan apa", sambil menatap mata kecil Nasi Tim yang gelap dan terlihat kebingungan, selalu membuatnya gembira dan tertawa terbahak-bahak
Bibi Zhang juga sangat frustasi, dan mendesah: "Ada apa dengan anak ini? Pada dasarnya dia sudah bodoh, tapi jangan terus berjalan di jalan yang salah dan sesat."
Zoey meneteskan air matanya: "Semua ini salahku."
Aurora tertawa dan berpura-pura tidak mendengar.
Kapan kamu melakukan kesalahan itu? Dia sangat ingin sendirian dan melakukan semuanya sesuai dengan caranya sendiri, tetapi sayangnya di dunia ini masih ada orang yang dengan sukarela melimpahkan kesalahan kepada diri sendiri.
Setiap akhir pekan, Aurora selalu pergi ke Maoer Hutong sambil sekalian membawa makanan yang lezat. Melihat prestasi Joe membaik, dan pipi mungil itu yang gemuk dan merona, dia merasa lebih santai dan suasana hatinya jauh lebih baik.
Anak kecil itu selalu suka membahas makanan lezat dengannya, dan menceritakan tentang orang-orang menyebalkan di kelasnya, yang menindasnya karena dia bertubuh pendek, dan bagaimana dia membalas mereka kembali dengan katak. Dia sama sekali tidak memperlakukannya sebagai orang asing, sebalikanya dia sangat manja kepadanya.
“Kamu seperti merawat bayi, bagus bagus, kelak kamu pasti akan menjadi istri yang berbudi luhur dan ibu yang baik.” canda Evan Xin.
Dia tersipu, dan tidak mengatakan apa-apa, sesuatu yang pribadi seperti ini, tidak baik dibicarakan di depan orang lain ... Tapi, semua perempuan pasti akan menikah dan melahirkan anak, menjadi istri yang berbudi luhur dan ibu yang baik. adalah hal yang baik, oleh karena itu ekspresi wajahnya kembali tenang lalu dia berbalik dan tersenyum kepada Evan: "He he, kata-kata yang bagus!"
Evan menertawakannya: "Gadis kecil, kamu masih umur berapa, sudah berpikir untuk menikah, kamu benar-benar tebal muka!"
Aurora menatapnya: "Baiklah, aku doakan selamanya kamu tidak dapat menemukan istri, tidak bisa memiliki anak dan tidak memiliki kesempatan untuk menjadi suami yang baik dan ayah yang baik!"
Beberapa tahun kemudian, ucapannya menjadi nyata dan membuat Aurora sangat terkejut.
Jika tahu dari awal seharusnya dulu dia mendoakan dirinya akan selalu menang setiap kali dia membeli berbagai jenis lotere, dan saat tertidur pun bisa di bangun kerena tertimpa uang!
Setiap ada waktu luang, Wesley Yan selalu memiliki banyak alasan untuk mengajaknya bermain di rumah. Dia menyadari Aurora cukup berbakat dalam bermain game, oleh karena itu dia menerimanya sebagai murid. Tapi sayangnya kemampuan sang murid sudah melebihi kemampuan sang guru, Aurora selalu mengalahkan karakter game Wesley Yan hingga babak belur, dan mengakibatkan pemuda itu tidak senang.
Untungnya, pemuda ini mudah dirayu, hanya dengan semangkuk mie iga, dia langsung tersenyum.
Belakangan ini ada yang salah dengan cicitan Nasi Tim, dia tidak lagi berceloteh"daging cincang daging cincang" , sebaliknya dia mulai berpura-pura dalam, dengan sayap kecilnya yang tersimpan di belakang tubuhnya, dia bercicit dengan penuh perasaan"Tidak tahu sedang mengatakan apa, tidak tahu sedang mengatakan apa".
Wesley Yan menertawakannya, lalu dia menyentuh kepala kecil burung kecil itu: "Kamu juga tahu tidak tahu apa yang sedang kamu katakan!"
Aurora tidak punya pilihan selain memegang Nasi Tim yang penuh air mata di telapak tangannya, dan menenangkannya selama beberapa saat.
"Aurora , jangan memanjakannya, dia tidak serapuh itu." Wesley Yan mengangkat alisnya.
Aurora tersenyum: "Tidak rapuh, tapi juga tidak kuat." burung sekecil itu harus dikasihi baru bisa merasa tenang.
Pemuda itu mencibikkan bibirnya: "Kecoak cukup kecil kan, bukankah dia tetap tak terkalahkan!"
Aurora menyeringai, jika bersilat lidah, dia benar-benar tidak bisa menang melawan Wesley.
Pemuda itu tiba-tiba membuka lebar-lebar matanya yang gelap, dan menatap lurus ke arah Aurora , melihat dia ketakutan, pemuda itu baru berbicara dengan penuh kasih sayang: "Ya ya ya, anak malang, belakangan ini kamu banyak kurusan, apakah kamu tidak makan dengan baik dan menggunakan cara mogok makan dan menyiksa diri untuk melawan Zoey ? "
Aurora tersenyum dan memutar bola matanya.
"Untuk menunjukkan rasa simpatiku, aku memutuskan ..." pemuda itu diam selama beberapa saat, lalu dengan ekspresi wajah yang berpura-pura serius dia berkata. "Mentraktirmu minum arak!"
Apa yang salah dengan otaknya?
Aurora tersenyum, lalu dia mengangguk dan berkata baik.
Dia memanfaatkan waktu saat Kakek Yan sedang makan malam di luar, dan Petugas Lee sedang tertidur, dia menariknya, diam-diam menyelinap ke ruang penyimpanan bawah tanah.
“Gelap sekali!” kata Aurora ketakutan.
“Shh, pelankan suaramu, jangan sampai ketahuan Ibu Lee!” Wesley Yan merendahkan suaranya.
“Kenapa, kamu tidak boleh minum arak?” tanya Aurora tidak mengerti. Ketika dia berada di Desa Wushui, dia sering menemani ayahnya minum beberapa gelas, kalau bukan minum arak putih maka akan minum arak buah prem, toleransi alkoholnya juga tinggi.
"Nak, kamu masih di bawah umur, masih di bawah umur!"
Dalam kegelapan, ada sebuah tangan yang ragu-ragu sejenak, lalu tangan itu menepuk kepalanya dengan lembut, seperti sedang menepuk anak anjing.
“Oh.” Aurora mengangguk, dia juga tidak tahu apakah Wesley yang sedang menjulurkan tangannya itu bisa melihat dengan jelas di ruang bawah tanah ini.
Fakta membuktikan pemuda ini jelas-jelas terbiasa mencuri, setelah mencari-cari selama beberapa saat dia kembali dengan membawa arak.
Aurora sudah menyesuaikan diri dengan kegelapan di tempat penyimpanan arak, perlahan-lahan matanya bisa melihat siluet yang besar, tempat yang besar, dan arak yang banyak, sebagian besar arak itu disimpan dalam botol keramik, sepertinya mereka telah tersesat ke dalam tempat penyimpanan arak kuno.
Saat dia sadar dari lamunannya, Wesley Yan sudah duduk bersila di atas lantai.
Aurora terkekeh, mengikuti pemuda itu dan duduk di hadapannya.
“Ini.” Wesley berkata dengan sangat murah hati, dia mengambil satu botol untuk dirinya dan menyerahkan botol yang lain kepada Aurora .
“Langsung minum dari botol?” Aurora tercengang, setidaknya harus ada cangkir kan?
“Kalau tidak?” Wesley Yan tersenyum, “Tenang saja, disini ada banyak arak, tidak perlu membantu kakekku berhemat.”
Aurora sangat tidak berdaya, dia merasa kesulitan berkomunikasi dengan Wesley, tetapi melihat pemuda itu yang terlihat senang, dia kembali merasa dirinya tidak cukup mengesankan, bagaimana pun dalam hidupnya dia jarang bisa bertindak bebas. Oleh karena itu dia meraba-raba mulut botol, lalu da menarik sumbat lilin dengan ujung jarinya, sambil tersenyum dia meminum satu tegukan besar, aroma yang segar dan pedas merasuki lidahnya. Yang dimaksud dengan "nafsu untuk minum" ternyata dibiasakan dengan cara ini.
Novel Terkait
Love And War
JaneRahasia Istriku
MahardikaAdore You
ElinaIstri Pengkhianat
SubardiHarmless Lie
BaigeMore Than Words
HannyMy Secret Love
Fang FangPenyucian Pernikahan
Glen ValoraTen Years×
- Pendahuluan
- Bab 1 Sebaskom air yang disiramkan
- Bab 2 Ibu
- Bab 3 EVE sebelumnya dipanggil Evan Xin
- Bab 4 Sebuah bom yang bernama Zoey
- Bab 5 Pria idaman
- Bab 6 Burung Bernama Nasi Tim
- Bab 7 Tuan Muda Yan Ketika Gagah (1)
- Bab 7 Tuan Muda Yan Ketika Gagah (2)
- Bab 7 Tuan Muda Yan Ketika Gagah (3)
- Bab 8 Yang Lainnya Juga Adalah Satu
- Bab 9 Bola Voli Terlempar Kemari
- Bab 10 Kata-kata yang menyakitkan (1)
- Bab 10 Kata-kata yang menyakitkan (2)
- Bab 10 Kata-kata yang menyakitkan (3)
- Bab 11 Aku Bukan Siapa-Siapa
- Bab 11 Aku Bukan Siapa-Siapa (2)
- Bab 12 Orang yang Tidak Bersedia Jadi Budak (1)
- Bab 12 Orang yang Tidak Bersedia Jadi Budak (2)
- Bab 13 Kejujuran yang Dekat Namun Jauh
- Bab 13 Kejujuran yang Dekat Namun Jauh (2)
- Bab 14 Siapa yang lupa akan gadis keluarga Yun (1)
- Bab 14 Siapa yang lupa akan gadis keluarga Yun (2)
- Bab 14 Siapa yang lupa akan gadis keluarga Yun (3)
- Bab 15 Waktu bersama Wesley Yan dan Aurora Wen (1)
- Bab 15 Waktu bersama Wesley Yan dan Aurora Wen (2)
- Bab 15 Waktu bersama Wesley Yan dan Aurora Wen (3)
- Bab 16 Menjelang Tahun Baru Imlek (1)
- Bab 16 Menjelang Tahun Baru Imlek (2)
- Bab 17 Perkelahian
- Bab 17 Perkelahian (2)
- Bab 17 Perkelahian (3)
- Bab 18 Siapa yang Dimarahi (1)
- Bab 18 Siapa yang Dimarahi (2)
- Bab 19 Kamu Sangat Baik (1)
- Bab 19 Kamu Sangat Baik (2)
- Bab 20 Bukan Sebuah Lelucon (1)
- Bab 20 Bukan Sebuah Lelucon (2)
- Bab 21 Berkeliaran Sendirian (1)
- Bab 21 Berkeliaran Sendirian (2)
- Bab 22 Ada Gadis Cantik Bernama Rosie (1)
- Bab 22 Ada Gadis Cantik Bernama Rosie ( 2)
- Bab 22 Ada Gadis Cantik Bernama Rosie ( 3)
- Bab 23 Susu dan Arak (1)
- Bab 23 Susu dan Arak (2)
- Bab 24 Siapa yang Akan Terlebih Dahulu Mendapatkan Wanita Cantik itu? (Bagian 1)
- Bab 24 Siapa yang Akan Terlebih Dahulu Mendapatkan Wanita Cantik itu? (Bagian 2)
- Bab 25 Joe Kecil yang Bahagia dan Polos (1)
- Bab 25 Joe Kecil yang Bahagia dan Polos (2)
- Bab 26 Masa lalu mengubah masa kini (1)
- Bab 26 Masa lalu mengubah masa kini (2)
- Bab 27 Memainkan sinetron (1)
- Bab 27 Memainkan sinetron (2)
- Bab 28 Teman masa kecil yang saling mempercayai (1)
- Bab 28 Teman masa kecil yang saling mempercayai (2)
- Bab 29 Orang yang berjodoh (1)
- Bab 29 Orang yang berjodoh (2)
- Bab 30 Kegenitan remaja (1)
- Bab 30 Kegenitan remaja (2)
- Bab 31 Tidak Ada Keberuntungan Tidak Panjang Umur Benar-Benar Tampan (1)
- Bab 31 Tidak Ada Keberuntungan Tidak Panjang Umur Benar-Benar Tampan (2)
- Bab 31 Tidak Ada Keberuntungan Tidak Panjang Umur Benar-Benar Tampan (3)
- Bab 32 Selamanya Tidak Melakukan Perbuatan Yang Melukai Perasaan (1)
- Bab 32 Selamanya Tidak Melakukan Perbuatan Yang Melukai Perasaan (2)
- Bab 32 Selamanya Tidak Melakukan Perbuatan Yang Melukai Perasaan (3)
- Bab 33 Tidak Lebih Baik Dari Vampir Dulu (1)
- Bab 33 Tidak Lebih Baik Dari Vampir Dulu (2)
- Bab 33 Tidak Lebih Baik Dari Vampir Dulu (3)
- Bab 34 Aku Mulai Permulaianmu (1)
- Bab 34 Aku Mulai Permulaianmu (2)
- Bab 34 Aku Mulai Permulaianmu (3)
- Bab 35 Ucapan Selamat Ulang Tahun di balik lensa kamera (1)
- Bab 35 Ucapan Selamat Ulang Tahun di balik lensa kamera (2)
- Bab 35 Ucapan Selamat Ulang Tahun di balik lensa kamera (3)
- Bab 36 Momen setelah hujan (1)
- Bab 36 Momen setelah hujan (2)
- Bab 37 Seluruh dunia mengetahuinya (1)
- Bab 37 Seluruh dunia mengetahuinya (2)
- Bab 37 Seluruh dunia mengetahuinya (3)
- Bab 38 Perbedaan Cerita di Atas dan di Bawah Panggung (1)
- Bab 38 Perbedaan Cerita di Atas dan di Bawah Panggung (2)
- Bab 38 Perbedaan Cerita di Atas dan di Bawah Panggung (3)
- Bab 39 Grinch juga Sangat Penting (1)
- Bab 39 Grinch juga Sangat Penting (2)
- Bab 40 Kepalsuan di Balik Topeng (1)
- Bab 40 Kepalsuan di Balik Topeng (2)