Ten Years - Bab 38 Perbedaan Cerita di Atas dan di Bawah Panggung (1)
Tahun ajaran baru dimulai.
Dengan prestasi yang dimiliki, Wesley tentu tidak berkesempatan duduk bersama Aurora.
Semua murid di kelas sangat akrab dengan Aurora, mereka merasa gadis ini berhati baik, prestasi belajarnya juga menakjubkan, duduk bersamanya pasti memberikan manfaat yang baik. Oleh karena itu, saat memilih tempat duduk tahun ini, Aurora pasti menjadi sasaran untuk diperebutkan.
Hasilnya, berbekal prestasi yang dibanggakan, Joseph berjalan perlahan ke samping Aurora: “Hei saudaraku, kita jodoh sekali!”
Aurora tersenyum kecil, berkata: “Benar, benar, jodoh sekali!”
Secara tiba-tiba saja Evan Xin berjalan menghampiri sambil meliriknya, terlihat sangat berbahagia: “Banci, hehe, habislah kamu, oh yee!”
Joseph tidak mengerti apa yang dikatakan, hanya menunjuknya dengan kuku jari berwarna ungu: “Pheii, sejak kapan kamu berubah dari babon menjadi gagak? Kamu yang akan habis! Percaya tidak aku akan menggigitmu sekarang juga, chhhh!”
Sayangnya belum lama duduk, Wesley berjalan dengan wajah suram dan tersenyum licik, melemparkan tas ke meja Rosie, berkata: “Bagaimana, Anda pergi sendiri, atau aku yang mengantar Anda pergi?”
Mata Rosie terbelalak, secara samar-samar melihat benda bersayap hitam yang terus berputar di kepala Wesley, teringat pengalaman menghadapi lidah beracun berkali-kali, dia pun berdiri dan tersenyum: “Bagaimana mungkin, bagaimana mungkin, Tuan Muda Yan silahkan duduk, kaum lemah telah mengganggumu, sungguh dosa yang besar.”
“Sial, dasar mulut ibu-ibu!” Evan Xin meremehkannya.
Rosie bergeser secara perlahan: “Yoo, Tuan Muda Xin, Anda hebat sekali, kaum lemah masih harus banyak belajar darimu.”
Setelah itu, dia langsung duduk di samping Evan Xin.
Empat mata bertemu dan membentuk percikan api.
Sekelompok orang menunggu perombakan tempat duduk sambil heboh, “Lihatlah, cinta segiempat yang sangat nyata! Awalnya Evan Xin mencintai Aurora secara diam-diam, Aurora pun bermain mata dengannya, mereka pun menjadi pasangan yang serasi. Hanya saja karena berpisah dengan Mary, Wesley Yan menerima tekanan berat dan merasa rumput tetangga lebih hijau, tidak rela membiarkan orang lain menikmatinya. Dia pun merebut pasangan saudara sendiri, menjalin hubungan cinta dengan Aurora, meninggalkan Evan dan Mary yang terluka, membuat mereka putus asa, kehilangan semangat hidup…..”
Orang lain yang sudah ditetapkan posisi duduknya pun meraung-raung: “Penyiksaan, penganiayaan, sial sekali!!”
Ini pertama kalinya Aurora mendengar Zoey Wen bermain piano, tepatnya di konser musik yang diadakan Ibunya untuk dia.
Dia tidak mengerti musik, hanya merasa terlalu enak didengar. Sepasang tangan itu, menari dengan ringan dan lincah, jauh lebih menguasai tuts daripada soal matematika.
Saat alunan musik berhenti, tepuk tangan semua orang terdengar mengguncang telinga.
Zoey mengenakan gaun pesta berwarna putih bersih, menampakkan leher putih dan mulus, memberikan wibawa yang sangat tinggi pada dirinya. Dia berdiri meninggalkan piano itu, mengambil mic, berkata dengan malu sekaligus serius, “Terima kasih pada Ibuku, aku paling paling paling menyayangi Ibu.”
Setelah itu, Aurora yang sedang duduk di kursi barisan depan yang dikhususkan untuk tamu, melihat Ibu Zoey yang sama cantik dan berwibawa itu berjalan ke atas panggung, memeluk anak perempuan itu dengan penuh kasih sayang, “Ini adalah anak kesayanganku, teman-teman.”
Suara tepuk tangan kembali membanjiri lokasi acara.
Dia hanya tersenyum manis, hanya saja bagian telinga terasa sedikit sakit.
Wesley melihatnya, rasanya aneh sekali. Dia mengenakan sepasang jas berwarna putih, tetapi malah menggulung lengan dengan tidak teratur, kedua tangan menutupi telinga, sambil terus berbicara.
Dalam seketika, dunia terasa hening.
Dia tersenyum melihat Wesley, membuka mulut dan mengeja kata-kata dengan terburu-buru: “Patuh…patuh….patuh….. jika…..Aurora…….belajar piano…..pasti……akan……..lebih……hebat……”
Oh, begitu ya?......
Aurora tersenyum kecil, berkata: “Wesley, lepaskan, kamu menekan telingaku terlalu kuat, sakit sekali.”
Wesley melepaskan tangannya, duduk berlutut di atas kursi, menatapnya sambil tersenyum manis: “Benaran, benaran, Aurora, kamu harus percaya padaku.”
Aurora, percayalah padaku. Jika juga mempelajari piano sejak kecil, sayang, kamu pasti jauh lebih hebat dan berharga darinya.
Calvin Wen mengalihkan pandangan dari atas panggung ke bawah panggung, berkata dengan lembut: “Sedang bicarakan apa, kelihatannya seru sekali.”
Wesley merapatkan bibir, lalu berkata: “Rahasia.”
Calvin semakin memperlembut perkataannya: “Aku saja tidak boleh tahu?”
Wesley sama sekali tidak perduli, hanya berkata: “Dasar otak tumpul, namanya juga rahasia.”
Calvin tersenyum pahit mendengarnya: “Sejak kapan, kamu merahasiakan sesuatu seperti merahasiakannya dari orang lain?”
Mendengar penyampaian kesan dan pesan di atas panggung dan sorakan tepuk tangan di bawah panggung, Wesley pun memanfaatkan kesempatan: “Apa yang kamu katakan? Disini terlalu ribut, sama sekali tidak kedengaran.”
Semua ahli yang profesional sibuk menilai penampilan Zoey yang sangat spektakuler itu.
Dengan tegas, Aurora berkata pada Wesley: “Wesley, aku rasa aku sangat tertarik pada musik.”
Wesley pun menjawab dengan sangat serius: “Ini adalah hobi yang sangat mulia, juga sangat memancing rasa kantuk.
Tetapi, hidup ini sangat membosankan, kita boleh saja mencari kesenangan secara sembarang.
Dia menyeret sebuah piano yang telah ditelantarkan bertahun-tahun keluar dari gudang, mempelajari kembali buku not yang telah ditumbuhi jamur, lalu meminta Aurora mencobanya.
Dia berkata: “Aurora, kenapa rasanya saat ini aku mirip sekali seorang pelayan di sebuah toko.”
Aurora melihat kulit Wesley yang halus dan lembut itu, bertanya dengan hati-hati: “Koboi club malam?”
Wesley hampir saja muntah darah melihatnya: “Jelas-jelas pianis di hotel mewah. Astaga, dimana letak kesalahan ajaran keluargaku….”
Dengan ekspresi datar Aurora berkata: “Dimana-mana bermasalah.”
Novel Terkait
Menaklukkan Suami CEO
Red MapleDemanding Husband
MarshallLove and Trouble
Mimi XuSee You Next Time
Cherry BlossomCinta Seorang CEO Arogan
MedellineHis Soft Side
RiseCinta Adalah Tidak Menyerah
ClarissaTen Years×
- Pendahuluan
- Bab 1 Sebaskom air yang disiramkan
- Bab 2 Ibu
- Bab 3 EVE sebelumnya dipanggil Evan Xin
- Bab 4 Sebuah bom yang bernama Zoey
- Bab 5 Pria idaman
- Bab 6 Burung Bernama Nasi Tim
- Bab 7 Tuan Muda Yan Ketika Gagah (1)
- Bab 7 Tuan Muda Yan Ketika Gagah (2)
- Bab 7 Tuan Muda Yan Ketika Gagah (3)
- Bab 8 Yang Lainnya Juga Adalah Satu
- Bab 9 Bola Voli Terlempar Kemari
- Bab 10 Kata-kata yang menyakitkan (1)
- Bab 10 Kata-kata yang menyakitkan (2)
- Bab 10 Kata-kata yang menyakitkan (3)
- Bab 11 Aku Bukan Siapa-Siapa
- Bab 11 Aku Bukan Siapa-Siapa (2)
- Bab 12 Orang yang Tidak Bersedia Jadi Budak (1)
- Bab 12 Orang yang Tidak Bersedia Jadi Budak (2)
- Bab 13 Kejujuran yang Dekat Namun Jauh
- Bab 13 Kejujuran yang Dekat Namun Jauh (2)
- Bab 14 Siapa yang lupa akan gadis keluarga Yun (1)
- Bab 14 Siapa yang lupa akan gadis keluarga Yun (2)
- Bab 14 Siapa yang lupa akan gadis keluarga Yun (3)
- Bab 15 Waktu bersama Wesley Yan dan Aurora Wen (1)
- Bab 15 Waktu bersama Wesley Yan dan Aurora Wen (2)
- Bab 15 Waktu bersama Wesley Yan dan Aurora Wen (3)
- Bab 16 Menjelang Tahun Baru Imlek (1)
- Bab 16 Menjelang Tahun Baru Imlek (2)
- Bab 17 Perkelahian
- Bab 17 Perkelahian (2)
- Bab 17 Perkelahian (3)
- Bab 18 Siapa yang Dimarahi (1)
- Bab 18 Siapa yang Dimarahi (2)
- Bab 19 Kamu Sangat Baik (1)
- Bab 19 Kamu Sangat Baik (2)
- Bab 20 Bukan Sebuah Lelucon (1)
- Bab 20 Bukan Sebuah Lelucon (2)
- Bab 21 Berkeliaran Sendirian (1)
- Bab 21 Berkeliaran Sendirian (2)
- Bab 22 Ada Gadis Cantik Bernama Rosie (1)
- Bab 22 Ada Gadis Cantik Bernama Rosie ( 2)
- Bab 22 Ada Gadis Cantik Bernama Rosie ( 3)
- Bab 23 Susu dan Arak (1)
- Bab 23 Susu dan Arak (2)
- Bab 24 Siapa yang Akan Terlebih Dahulu Mendapatkan Wanita Cantik itu? (Bagian 1)
- Bab 24 Siapa yang Akan Terlebih Dahulu Mendapatkan Wanita Cantik itu? (Bagian 2)
- Bab 25 Joe Kecil yang Bahagia dan Polos (1)
- Bab 25 Joe Kecil yang Bahagia dan Polos (2)
- Bab 26 Masa lalu mengubah masa kini (1)
- Bab 26 Masa lalu mengubah masa kini (2)
- Bab 27 Memainkan sinetron (1)
- Bab 27 Memainkan sinetron (2)
- Bab 28 Teman masa kecil yang saling mempercayai (1)
- Bab 28 Teman masa kecil yang saling mempercayai (2)
- Bab 29 Orang yang berjodoh (1)
- Bab 29 Orang yang berjodoh (2)
- Bab 30 Kegenitan remaja (1)
- Bab 30 Kegenitan remaja (2)
- Bab 31 Tidak Ada Keberuntungan Tidak Panjang Umur Benar-Benar Tampan (1)
- Bab 31 Tidak Ada Keberuntungan Tidak Panjang Umur Benar-Benar Tampan (2)
- Bab 31 Tidak Ada Keberuntungan Tidak Panjang Umur Benar-Benar Tampan (3)
- Bab 32 Selamanya Tidak Melakukan Perbuatan Yang Melukai Perasaan (1)
- Bab 32 Selamanya Tidak Melakukan Perbuatan Yang Melukai Perasaan (2)
- Bab 32 Selamanya Tidak Melakukan Perbuatan Yang Melukai Perasaan (3)
- Bab 33 Tidak Lebih Baik Dari Vampir Dulu (1)
- Bab 33 Tidak Lebih Baik Dari Vampir Dulu (2)
- Bab 33 Tidak Lebih Baik Dari Vampir Dulu (3)
- Bab 34 Aku Mulai Permulaianmu (1)
- Bab 34 Aku Mulai Permulaianmu (2)
- Bab 34 Aku Mulai Permulaianmu (3)
- Bab 35 Ucapan Selamat Ulang Tahun di balik lensa kamera (1)
- Bab 35 Ucapan Selamat Ulang Tahun di balik lensa kamera (2)
- Bab 35 Ucapan Selamat Ulang Tahun di balik lensa kamera (3)
- Bab 36 Momen setelah hujan (1)
- Bab 36 Momen setelah hujan (2)
- Bab 37 Seluruh dunia mengetahuinya (1)
- Bab 37 Seluruh dunia mengetahuinya (2)
- Bab 37 Seluruh dunia mengetahuinya (3)
- Bab 38 Perbedaan Cerita di Atas dan di Bawah Panggung (1)
- Bab 38 Perbedaan Cerita di Atas dan di Bawah Panggung (2)
- Bab 38 Perbedaan Cerita di Atas dan di Bawah Panggung (3)
- Bab 39 Grinch juga Sangat Penting (1)
- Bab 39 Grinch juga Sangat Penting (2)
- Bab 40 Kepalsuan di Balik Topeng (1)
- Bab 40 Kepalsuan di Balik Topeng (2)